17. Maafkan Papah

57 38 23
                                    

Happy reading!

“Bukan kah dengan berdamai semua akan baik baik saja”
-Ana Abraham-

©apsaapena 2021
Desember

Sesuai dengan perintah mamah nya. Kini Rafa tengah mengendarai motor nya menuju apartemen kakak nya. Dengan mood yang baik, bahkan tak tanggung tanggung dia memberi salam ke polisi yang tengah bertugas.

Sampai nya di apartemen, Rafa segera berjalan menuju lantai empat, dimana kakak nya tinggal. Bahkan Rafa tidak sadar jika tingkah nya kalo ini mengundang kaum cewek menjerit histeris.

Bagaimana tidak menjerit, di sepanjang perjalanan yang Rafa lakukan hanya senyum tipis membayangkan reaksi kakak nya. Dan jangan lupakan di sepanjang jalan, Rafa tidak sadar jika dia selalu menyugarkan rambut tebal nya ke belakang serta melipat lengan kemeja nya yang sesekali turun.

Sampai nya di depan pintu apartemen kakak nya, Rafa segera menekan bell nya. Tidak lama kemudian, pintu itu terbuka dan nampak lah Ana yang masih belum siap.

"Ada apa?" tanya Ana dengan judes.

Rafa terkekeh. Cowok itu dengan lancang masuk ke apartemen kakak nya tanpa permisi. Ana hanya menatap adik nya itu dengan tatapan datar menghunus tajam.

"Kak, kok belum siap?" tanya Rafa.

"Siap? Emang mau kemana?" tanya nya bingung. Rafa berdecak.

"Ck, disuruh mamah pulang. Buru siap siap. Rafa tunggu 10 menit."

"Ck, pasti ngadu nih bocah." dumel Ana yang beranjak pergi.

Dari pada memperpanjang suasana, Ana memilih untuk siap siap kembali ke rumah nya.

Setelah beberapa menit, Ana sudah rapih dengan style pilihan nya.

Setelah beberapa menit, Ana sudah rapih dengan style pilihan nya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Yuk, kakak udah siap." ajak Ana.

"Ck, lama. Ngapain aja sih kak," gerutu Rafa. Ana memandang Rafa datar.

Lama. Tidak nyampe 10 menit di bilang lama. Ingin rasa nya nenggelamin Rafa.

"Jadi gak. Kalo gk kakak masuk lagi." decak Ana.

"Eh eh, jangan. Ntar yang ada gak jadi suprise." Rafa langsung menyeret Ana. Cowok itu membuat Ana jengah dengan tingkah nya.

*skip

Setelah menikmati beberapa menit perjalanan, kini Rafa sampai di depan rumah nya. Ana gugup. Apakah diri nya sanggup untuk melupakan dan mengikhlaskan kejadian beberapa pekan lalu.

"MAHH, PAHH  RAFA PULANG." teriak Rafa sampai nya di teras rumah. Ana mendengus kesal.  Adik nya satu ini tidak punya urat malu.

"Rafa, kenapa kamu teriak teriak sih. Ini rumah bukan hutan." gemas Ratih pada sang putra nya.

"Iya iya, maaf. Gak Rafa ulangi deh."

Ana menunduk berusaha menyembunyikan rasa gugup nya. Dia berdiri di belakang tubuh Rafa, adik nya.

"Ana," panggil Ratih parau melihat putri nya yang kini tengah menunduk.

Dengan langkah tertatih, Ratih berjalan ke arah Ana. Rafa yang peka pun langsung menggeser tubuh nya.

Ana semakin menundukan kepala nya. Bahkan jantung Ana berdebar tidak karuan. Usapan lembut di pipi Ana langsung meruntuhkan pertahanan Ana.

"Hiks,"

"Putri mamah," Ratih langsung memeluk Ana erat. Bahkan, wanita paruh baya itu juga ikut menangis.

"Maafkan mamah, nak. Harus nya mamah tidak langsung percaya dengan kejadian itu, hikss."

"Mamah hikss Ana rindu hikss."

"Mamah juga,"

Cuup

Mamah nya terus menciumi muka putri nya itu. Bahagia? Tentu. Sekian pekan tidak bertemu dengan putri nya rasa nya separuh raga Ratih hilang.

"Sudah, yuk masuk. Kebetulan mamah masak makanan kesukaan kamu." ajak Ratih yang diangguki Ana.

"SAYANG, MAS MAU KE KAN— "

Teriakan Rizal terhenti saat diri nya tiba tiba mendapat sebuah pelukan yang selama ini ia rindukan.

"Pah," lirih Ana.

"Ana, kamu beneran Ana. Putri kecil papah?" tanya Rizal dengan mata yang berkaca kaca.

Ana mengangguk lirih. Dengan sigap, Rizal langsung memeluk erat putri kecil nya itu.

"Sayang, maafin papah. Maaf sudah nampar kamu." sendu Rizal.

Tangan Rizal mengelus pelan pipi putri nya yang pernah ia tampar. Satu tetes air mata nya keluar. Bahkan, isakan nya kini terdengar.

"Maaf, maafkan papah."

"Papah gak salah hikss. Ini salah Ana. Harus nya, Ana bisa ngelindungi oma hikss. "

"Gak. Ini semua sudah bagian darj takdir. Sekarang kamu ikhlas kan oma. Biar oma tenang." ujar Rizal.

Pria itu membawa Ana kedalam pelukan nya. Sesekali mencium dari Ana. Bahkan rasa nya tidak rela ia lepas putri nya jika sudah dewasa nanti.

Aroma khas rambut nya membuat siapa saja menjadi candu. Pantas saja, Rafa adik nya itu senang sekali menempel ke Ana.

"Papah mau kemana?" tanya Ana serak.

"Niat nya mau ke kantor. Ada beberapa berkas yang perlu di tanda tangani." jelas Rizal.

"Tapi, berhubung kamu sudah kembali papah akan cancel itu. Kita full time bareng. Mumpung weekend." lanjut Rizal.

"YEESSS FULL TIME BARENG." teriak Rafa yang memasuki ruang tengah.

Cowok itu, langsung ikut berhambur ke dalam pelukan kakak dan papah nya. Ratih melihat nya pun ikut senang. Niat pergi kedapur, tapi suami jail nya itu menarik lengan nya.

Jadilah mereka berpelukan berempat. Saling menyalurkan rasa rindu nya pada putri nya.

Tbc!
Pendek? Sengaja siih. Soalnya keseringen banyak, mbok siapa tau ada yang bosan dengan karya saya😌.

See you. Bismillah, niat nya akhir desember ini mau di end kan. Tapi gak tau nanti sitkon nya kaya apa. Doain aja ya(✿❛◡❛)

Buat kamu yang bentar lagi ngadepin ujian, SEMANGAT YA. KAMU PASTI BISA.

Kiss jauh dari saa💞

Kiss jauh dari saa💞

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
MY ASH LIFE [end]Where stories live. Discover now