24. Terlambat

45 39 19
                                    

“Dia, cowok dengan sejuta tingkah yang berusaha masuk tanpa salam ke dalam hati yang beku.”

-Ana Abraham-

©apsaapena 2021
Desember

Pagi ini, Ana berangkat terlambat. Kali ini dia kesiangan. Jika tadi malam dia tidak berdebat dengan si ular medusa tidak bakal ia terlambat.

Karena Nia, dia yang melaporkan ke Rizal jika di sekolah ia tidak belajar melainkan pacaran. Hell, pacaran dari mana. Deket dengan satu cowok aja enggan, kecuali Rafa adik nya.

"Ck, pake acara mogok segala." gerutu Ana di pertengahan jalan.

Sudah hampir jam 7, namun Ana masih di pertengahan jalan. Dia sangat kesal. Jika saja Rafa belum berangkat, mungkin Ana akan ikut dengan nya.

Sebuah kendaraan berhenti tepat di samping Ana. Si pengendara dengan cepat melepas helm yang melekat di kepala nya. Terlihat jelas siapa orang itu. Arvian. Lagi lagi Ana harus bertemu dengan sosok tengil itu.

"Rea, ngapain di sini. Udah hampir telat loh." ujar Arvian.

Ana mendengus. Tidak lihatkah dia sedang apa. Andai ada taksi atau angkot lewat, mungkin diri nya sudah sampai di sekolah.

"Naik," titah Arvian.

Niat nya sih mau pdkt, tapi berhubung kondisi nya kurang pas Arvian lebih memilih untuk menawari Ana tumpangan. Lebih tepat nya paksaan dari Arvian.

Ana nampak nya masih bergeming. Seperti tidak ada niatan sama sekali untuk merespon Arvian.

"Yakin lo gak mau naik. Gue tau lo murid kebanggaan sekolah. Kalo lo telat, pasti banyak yang cibir lo." desak Arvian.

Arvian turun dari kuda besi nya itu. Dia meminggirkan motor matic milik Ana lalu dia menghubungi seseorang.

"Dah, motor lo aman. Sekarang lo ikut gue ke sekolah." ajak Arvian.

Tidak ada pilihan lain, Ana akhir nya mengangguk. Walau setengil apapun cowok ini, ternyata dia baik. Begitulah pikir Ana.

Jika Ana berpikir positif, lain hal nya dengan Arvian. Di balik helm full face nya, cowok itu dengan girang nya tersenyum. Sesekali, ia menengok ke arah spion yang memperlihatkan wajah Ana dengan rambut panjang bergelombang yang terngah tertepa angin.

Sedang asik nya menikmati perjalanan, Arvian hampir melewati gerbang sekolah jika Ana tidak menepuk keras pundak nya.

Kaget dengan tepukan keras Ana, Arvian mengerem motor nya mendadak. Ana reflek memeluk Arvian dari belakang.

Cukup lama, namun deheman seseorang menyadarkan dua orang itu. Bu Rindu.

Guru BK yang tengah keliling melihat siapa saja yang tidak mengikuti pelajaran. Bukan tanpa alasan, Bu Rindu datang ke arah gerbang. Memang siapa saja yang terlambat mereka tidak akan berani lewat belakang. Yaa, soal nya pintu belakang selama ini terkunci dan tidak pernah di buka.

"Ekheem, bagus yaa, sudah terlambat ehh pake acara pelukan segala." sindir Bu Rindu,

Sadar dengan posisi nya, Ana segera melepas pelukan nya. Namun, Arvian menahan kedua tangan Ana.

"Oh, jelas dong bu. Kan nama nya juga pacaran. Ya jelas pelukan. Wajar dong." ujar Arvian santai.

Bu Rindu mendelik tajam. Ternyata bukan hanya Alby dan Arnold yang pandai mengeles ucapan nya. Namun, anak dari pemilik sekolah ini tidak jauh berbeda dengan mereka berdua.

"Halah, ibu gak percaya kalo Ana suka sama kamu." cerca nya.

"Wah, jangan jangan ibu cemburu nih sama saya. Wajar sih, muka saya kan ganteng. Ya gak yank?" tanya Arvian.

Ana berusaha melepaskan tautan tangan Arvian. Posisi mereka masih di atas motor. Ana sebenarnya risih. Dengan sekuat tenaga Ana melepas nya.

"Eeh, yank. Kok dilepas sih. Haduuhhh ibu sih, kan pacar saya ngambek tuh."

"Ayaaaang, jangan di lepas." rengek Arvian.

Bu Rindu memijat pangkal hidung nya, sedangkan Ana dia tengah membenarkan rambut serta rok sekolah nya.

"Maaf, bu saya terlambat. Motor saya mogok." jelas Ana.

"Sudah, karena kalian terlambat akan ibu hukum." putus Bu Rindu.

Ana menghela nafas kasar. Baru kali ini dia mendapat hukuman. Jika sampai terdengar ke telinga papah nya, Ana pasti akan mendapat ceramah lebih dari satu jam.

"Yah, kok gitu. Kan saya terlambat juga nolongin Rea," sungut Arvian tidak terima. Iyalah tidak terima toh yang salah juga diri nya. Kenapa habis subuh tadi, dia lanjut tidur. Yang ada dia telat. Dan sekarang, sudahlah.

"Ibu, gak percaya sama omongan kamu anak baru." sinis Bu Rindu.

"Sekarang kalian masuk, dan kalian tunggu di Masjid sekolah." perintah Bu Rindu kali ini, tidak dapat di ganggu gugat.

Dengan berat hati, Ana mengikuti perintah Bu Rindu. Kalau bukan motor nya mogok, pasti sekarang dia tengah mengikuti pelajaran Kimia.

Sampai nya di depan masjid sekolah, Bu Rindu menyuruh sebagian murid yang terlambat untuk berwudhu.

"Hufftt, kenapa juga gue terlambat yah. Anak ganteng punya dosa apa sih?" gerutu Arvian menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal.

"Hey, kamu anak baru. Cepet wudhu, jangan kebanyakan omong." ujar Bu Rindu pedas.

'PMS nih guru." batin Arvian menggerutu.

Tidak sampai 10 menit, mereka masuk ke dalam masjid. Mereka di bagi dua, meski tidak ada pembatas. Murid cowok di wajib kan memakai sarung dan songkok, sedangkan cewek di wajibkan memakai mukena. Karena Bu Rindu tahu, membaca Al Quran harus menutup aurat.

"Sebelum kalian baca, kalian baca ta'awud, lalu di lanjutkan membaca surah al fatihah baru kalian baca surah Al Baqarah." titah Bu Rindu.

Bu Rindu sengaja memilih hukuman yang berbeda dengan sekolah lain. Karena beliau tahu, jaman sekarang aktivitas remaja hanya tergantung dengan gadget.

Walau sekolah SMA Adicandra belum mewajibkan siswi nya menggunakan seragam yang panjang, namun hukuman dari Bu Rindu tidak lah main main.

Sebagian murid berpikir, hukuman dari Bu Rindu sebenar nya gampang. Namun, terkadang mereka malas dan lebih memilih untuk berangkat tepat waktu.

Mereka yang menjadi langganan BK, sangat senang. Karena mereka dapat melanjutkan bacaan al quran nya yang pernah berhenti waktu sekolah SMP.

Jangan salah. Pemilik sekolah ini juga mengizinkan nya. Setelah memberi penjelasan yang logika, pihak sekolah sangat menyetujui nya.

Tbc!!

Jangan lupa Voment!

Kiss jauh dari saa💞

MY ASH LIFE [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang