Happy reading!!
“Semesta punya kenyataan, keinginan juga punya tujuan, sedangkan aku hanya punya harapan yang di tentang kepercayaan.”
aksara remaja🌻
©apsaapena 2021
November
"Maaf."Hanya kata itu yang mampu Ana ucapkan. Bagi Ana, ucapan mereka sangat menusuk.
Rafa yang mendengar respon Ana tambah terisak. Bahkan, remaja satu ini terlihat seperti anak yang minta dibelikan balon sama permen.
"Kak, hikss. Kakak gak mau pulang. Hikss k—kakak ga–k sa—yang sama Rafa lagiiii, hikss."
Ana menghela nafas pelan. Sikap adik nya ini sangat manja. Dia tidak akan tega membenci adik kecil nya ini. Meski dalam hati dia berusaha membenci Rafa karena permintaan tak langsung dari Rafa sendiri.
"Sudah, cowok kok nangis." ejek Ana.
"Hikkss, gak mau."
"Mau ikut kakak?" tanya Ana.
Dengan sesenggukan, Rafa mengangguk sebagai jawaban nya. Ana terkekeh ringan.
Ana menggandeng tangan Rafa. Rafa dengan senang hati mengikuti langkah Ana. Terdapat satu pertanyaan di otak Rafa.
"Kak, kenapa jalan kaki?" pertanyaan Rafa yang sedari tadi ia pikirkan akhirnya keluar.
"Tempat tinggal kakak gak jauh kok dari sini." jawab Ana.
"Tapi motor Rafa ada di seberang." decak Rafa.
Ana berhenti dan menghadap ke arah Rafa. Rasa nya Ana ingin menabok bibir adik nya itu.
"Ck, ya udah ambil gih."
Tanpa menunggu lama, Rafa mengambil motor nya. Rafa berhenti di samping kakak nya. Dia menyuruh Ana untuk segera naik dan menunjukan jalan ke tempat yang Ana tinggali.
Rafa sempat tercengang saat tahu diri nya berhenti di depan apartemen yang terbilang cukup elit.
"Kak, kakak gak salah nunjukin jalan kan?" tanya Rafa yang masih syok.
"Ya enggaklah. Lagian tadi kan kakak udah bilang, tempat kakak gak jauh dari jalan tadi." jelas Ana gemas.
"Gak mau tau. Pokok nya kakak harus jelasin semua ke Rafa."
"Iya iya."
Berhubung apartemen Ana di lantai empat, Rafa terpaksa bersabar untuk mengantre dengan beberapa orang untuk menaiki lift itu.
Setelah lama menunggu, Rafa bisa bernafas lega dan menjauh dari kerumunan orang. Terlebih lagi, para cewek yang terlihat seperti mahasiswi membuat Rafa bergidik ngeri.
Tahu lah kalo Rafa anti banget sama cewek.
"Kenapa, Raf?" tanya Ana.
Melihat ekspresi adik nya itu, Ana tidak kaget sih. Pada kenyataan nya, Ana memiliki adik yang dingin dan sesuai kriteria dikalangan para gadis.
"Tahu lah, Kak. Kenapa sih apartemen kakak harus di lantai empat. Gak liat apa tadi pandangan mereka ke Rafa. Udah kaya mau nerkam." cerocos Rafa sambil bergidik ngeri.
Ana menggelengkan kepala nya mendengar cerocosan Rafa. Heran saja, sikap adik nya yang dingin kepada orang lain, namun berbeda jika sudah bersama diri nya.
Kadang Ana berpikir, akan seperti apa jodoh Adik nya nanti. Gak mungkin kan jika pasangan Rafa nanti cowok. Yang ada, Ana ogah punya adik yang gak normal.
YOU ARE READING
MY ASH LIFE [end]
Teen Fiction[𝐑𝐄𝐕𝐈𝐒𝐈 𝐒𝐄𝐃𝐀𝐍𝐆 𝐁𝐄𝐑𝐉𝐀𝐋𝐀𝐍] ⚠️𝐅𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰 𝐚𝐤𝐮𝐧 𝐚𝐮𝐭𝐡𝐨𝐫 𝐭𝐞𝐫𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐝𝐚𝐡𝐮𝐥𝐮! ⚠️𝐉𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐥𝐮𝐩𝐚 𝐯𝐨𝐭𝐞 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐨𝐦𝐞𝐧! ⚠Note : Semua jalan cerita hasil pemikiran sendiri. Untuk visual tokoh hanya untuk...