30. Hukuman Lagi!

43 28 22
                                    

"Cukup jalan cerita ku yang flat. Jangan tambahkan beban di cerita ku kembali."

—author
©apsaapena 2022
Februari

Mungkin Ana belum terbiasa tidur di kamar bawah. Selain mencari kenyamanan, Ana memang type yang susah tidur di tempat baru meski itu masih di lingkungan rumah nya.

Tadi malam, tepat nya seusai makan malam dan berakhir cekcok antara Fatih dan Arvian, Ana memutuskan untuk pergi tidur.

Namun, saat dia ingat akan tugas sekolah yang belum ia kerjakan sama sekali, Ana memutuskan untuk mengerjakan nya malam itu juga.

Sampai tengah malam, Ana belum bisa tidur. Alhasil, Ana putuskan untuk membaca beberapa novel dan mendengarkan musik dari ponsel nya.

Akibat itulah, kini Ana terlambat bangun. Buku yang tadi malam ia gunakan untuk belajar, Ana langsung memasukan asal ke dalam tas nya.

Ana tidak tahu saja, jika tadi pagi Nia masuk ke dalam kamar nya dan mengambil tugas yang telas Ana kerjakan.

Nia, cewek tidak tahu diri itu langsung saja melempar buku tugas milik Ana ke dalam tong sampah.

"Baiklah anak anak. Sekarang kumpulkan tugas yang ibu kasih kemarin." titah bu Isti.

Saat akan mengambil buku tugas itu, Ana tidak menemukan buku tugas nya satu pun. Saat ini, Ana merasa benar benar sial. Pikiran Ana menunjuk ke Nia, cewek yang sudah beberapa hari ii tinggal di rumah nya.

"Anak anak, siapa yang belum mengumpulkan. Ini baru 34 anak?!" tanya Bu Isti.

Sebenar nya Ana merasa ragu untuk menunjukan diri nya. Namun, jika dipikirkan kembali akan sangat tidak sopan jika Ana tidak bertindak jujur.

"Saya bu,"

Sontak saja seluruh mata mengarah ke Ana. Yaa, bagaimana tidak. Selama ini Ana terkenal dengan kerajinan nya bahkan hal itu pun menjadi salah satu ke irian di lubuk hati murid yang lain.

Bu Isti menghela napas lelah, murid yang selama ini di bangga banggakan oleh pihak sekolah, baru kali ini berbuat kesalahan.

"Alasan?" tanya bu Isti to the point.

"Ketinggalan, maybe." jawab Ana sekena nya.

Arvian, jangan tanyakan cowok itu. Jam pertama cowok itu bahkan belum hadir. Ya mungkin saja masih di perjalanan atau bisa jadi membolos. Tapi bukan berarti Arvian tidak mungkin tidak berangkat.

Kata nya sih, kalo gak berangkat rugi tidak merasakan cilok pak mamet, ataupun melihat ayang nya.

Bucin.

Tentu saja. Cowok yang belum lama menjadi murid baru dan menjadi bahan bincangan seluruh sekolah itu sangat bucin ke Ana, murid kebanggaan SMA Adicandra.

"Klasik. Nanti jam istirahat terakhir, kamu membersihkan perpustakaan sampai bel pulang." titah bu Isti.

Ana hanya mengangguki. Lagian, di jam terakhir kata nya jamkos. Dari pada terbuang sia sia di kelas, mending ia bersih bersih perpustakaan.

***

Istirahat jam pertama kantin sudah di penuhi oleh yang nama nya siswa. Bahkan di antara mereka saling berdesak desakan. Tapi tidak dengan most wanted satu ini. Siapa lagi kalo bukan Arvian dkk.

Ya, mereka bertiga dengan santai nya memakan cilok pesanan nya. Bukan hanya cilok, Alby yang memang perut karet, memesan beberapa makanan bahkan sampai meja yang mereka tempati penuh.

"Lo rakus amat jadi anak." cerca Arvian.

Alby menyengir lebar. Dengan santai nya dia menyantap cilok terkenal di sekolah nya itu.

"Gue dari rumah emang belum sarapan bege. Di tambah lagi tadi terakhir Kimia, beuuh pusing nih otak." curhat Alby panjang lebar.

"Curhat lo." decak Arnold.

"Hm,"

"Dih, sok dingin. Muka kaya banci perempatan aja sok cool." cibir Arvian.

Alby tidak mengidahkan ucapan kedua curut itu. Apapun masalah nya, yang penting jangan lupa makan. Begitulah prinsip dari seorang Alby.

Sedang enak enak nya makan, kegiatan mereka terganggu oleh salah satu cewek. Yaa siapa lagi kalo bukan Nia. Oh iya, Nia sudah dapat teman atau bisa di katakan mereka satu geng.

"Hay, kak Vian." sapa Nia senyum manis.

Alby dan Arnold yang mengerti bagaimana sikap Vian pun acuh. Mereka berdua juga sama seperti Arvian, sangat benci yang nama nya di dekati cewek. Rasa nya tidak mainstream, jika cewek yang mendekati mereka terlebih dahulu.

"Nold, By. Alergi gue kambuh." Arvian sengaja mendengus kesal.

Arnold dan Alby pun mengangguki.

"Lo tau kan, gue alergi dengan yang nama nya ular. Apalagi anak konda." lanjut Arvian.

Nia dkk, mendengus mendengar ucapan kakak kelas nya itu. Tapi gengsi nya ia tepis.

"Kak, aku boleh duduk sini gak. Kita gak kebagian tempat nih." ujar Nia.

"Yuk, cabut." ajak Arnold.

Arvian pun segera bergegas. Lain hal nya dengan Alby. Makanan yang sedikit lagi akan habis terpaksa ia tinggal begitu saja.

"Lo!" tunjuk Alby satu persatu ke adik kelas nya.

"Kalian, tahu letak kesalahan kalian dimana? Lo pada ganggu tau gak. Makan gue jadi gak berselera lagi. Lain kali gak usah caper deh. Gak bakal mempan. Oh iya satu lagi, lo pada itu masih anak sekolah, tolong dandanan nya di kondisikan, jangan kaya lonte kurang belaian." sinis Alby.

Nia terdiam. Dia mengepalkan tangan nya di bawah meja. Sama dengan teman teman nya. Mereka tidak terima dengan ucapan Alby itu.

"Kurang ajar. Mereka berani hina kita." geram salah satu teman Nia.

"Tenang saja, kita bakal cari cara buat mereka tunduk sama kita." senyum licik Nia tercetak jelas.

Di sepanjang perjalanan, Alby masih saja mendumel karena makan nya terganggu. Arnold melirik Alby jengah. Hanya sebuah makanan mulut cabe Alby tidak akan berhenti mengoceh.

Saat sedang berjalan menuju rooftoop, Arvian melihat Ana yang tenfah berjalan ke arah perpustakaan. Dengan langkah cepat, Arvian memanggil Ana dan menjadikan mereka sebagai bahan tatapan aneh.

"AYAAAANG REAA, tungguin 'aa dong."

Teriakan Arvian terdengar jelas di telinga Ana. Shitt, lagi dan lagi Ana harus menghadapi tingkah tengil murid baru itu.

Tidak berhenti, Ana terus berjalan sampai di tujuan nya. Namun, bukan Arvian nama nya kalo tidak bisa menjaili siapapun. Arvian langsung menaruh tangan nya di pundak Ana.

"Ayang, mau jalan gak sama 'aa?" tanya Arvian.

Ana mendengus kesal. Ana langsung melepaskan tangan Arvian dari pundak nya.

"Bisa gak sih lo, gak usah ngikuti gue mulu." geram Ana.

Arvian melongo mendengar ucapan Ana. Baru kali ini dia mendengar Ana berkata panjang lebar.

"Gak bisa. Kan ayang punya 'aa." wajah polos dan tengil yang menjadi perpaduan muka Arvian sekarang, membuat Ana ingin menendang Arvian ke segitiga bermuda, atau lebih jauh lagi ke antartika.



Tbc!!!

Hey hey, saya up lagi nih. Jangan lupa voment. Mood lagi naik. Terima kasih.

MY ASH LIFE [end]Where stories live. Discover now