22. Murid baru? LAGI?!!

42 34 1
                                    

“Hidup ini terlalu berharga untuk habiskan waktumu memikirkan dia yang tak memperlakukanmu dengan baik dan tak pernah menganggapmu ada.”

Habib Syekh Bin Abdul Qodir Assegaf

©apsaapena 2021
Desember


Mood Ana pagi ini sangatlah buruk. Bagaimana tidak, Ana harus sarapan bersama si titisan medusa. Sebenar nya ia sangat malas. Namun, teringat jika dia memiliki magh itu akan lebih memperpuruk hari. Tidak ada pilihan lain, Ana pergi ke ruang makan.

"Pagi, kak. Gimana tidur nya? Nyenyak?" sapa Nia sokab. Ana memutar mata nya malas.

"Gak usah panggil gue Kak. Gue bukan kakak lo. Dan lo," tunjuk Ana pada dahi Nia,"dan lo bukan adek gue. Adek gue hanya Rafa. Paham." tekan Ana lalu beranjak pergi.

"Awas aja lo. Gue akan buat lo sengsara di keluarga ini," smirk Nia. Tanpa cewek itu ketahui, Rafa mendengarkan semua nya. Rafa yang turunan Abraham pinter nya masyaallah tidak menyiayiakan itu.

Rafa langsung merekam nya sebagai bukti kelicikan jalang kecil itu.

Rafa sedikit membutuhkan bantuan abang nya itu, Fatih. Mungkin nanti di sekolah Rafa akan mengabari Fatih jika kakak nya itu sudah dirumah.

Dan jelas, Rafa akan meminta bantuan Fatih untuk mencari siapa Nia sebenarnya.

"Ekhem, minggir." desis Rafa.

Raut pias Nia langsung Nia kondisikan dengan wajah polos nya.

"Eh, iya iya. Maaf aku ngehalangin jalan kamu." ujar Nia menunduk.

'Cih, kirain wajah polos lo bisa nipu gue. Gak semudah itu furguso. Calon dokter plus psikolog tau bagaimana raut wajah nya.'batin Rafa memaki Nia.

Sampai nya di ruang makan, Rafa langsung duduk di samping Ana. Cowok itu mengambil nasi goreng sesuai porsi nya. Belum lama duduk, Nia datang menghancurkan mood makan Rafa. Namun Rafa tepikan rasa itu. Tidak ingin menaruh curiga pada orang tua nya, Rafa menatap Nia datar. Yaah seperti biasa nya.

"Pagi, mah pah kak Ana, Rafa." sapa Nia manis.

"Pagi, sayang. Sekarang kamu makan sarapan kamu. Habis ini papah akan antar kamu ke sekolah baru mu." ujar Rizal. Nia mengangguk dan tersenyum.

Beda hal nya dengan Ana. Cewek itu mendengus kesal.

"Mah, pah. Ana berangkat. Assalamu'laikum," pamit Ana, tidak lama kemudian, Rafa pun ikut menyusul Ana tidak lupa juga pamitan.

Sekarang yang tersisa di meja makan itu hanya orang tua Ana serta Nia. Mereka menikmati makanan nya dengan hening. Seperti keluarga bahagia bukan. Namun, bagi Ana dan Rafa itu sangat memuakan.

Tidak lama kemudian, Nia pun bangkit dan pamit untuk berangkat sekolah. Sesuai yang Rizal ucapkan, Nia kali ini di antar Rizal.

Perjalanan menuju SMA Adicandra memakan cukup waktu. Ditambah lagi, Jakarta kota metropolitan yang begitu padat dengan kendaraan umum maupun pribadi.

***

Seperti sebelum nya, kedatangan murid baru membuat murid SMA Adicandra rusuh. Ada yang menebak adik kelas, kakak kelas, cewek, cowok. Atau bahkan guru pindahan.

Ana mendengar nya pun begitu risih. Kenapa setiap ada hal baru mereka mesti berteriak histeris. Bahkan mereka tidak tahu siapa murid itu.

"AYAAAANNNGGG, TUNGGUIN AKU DONG." teriakan seseorang menghentikan langkah Ana.

Ana paham betul siapa yang berani memanggil nya dengan sebutan 'ayang'. Belum sempat berbalik, sebuah tangan kekar langsung bertengger di bahu Ana.

MY ASH LIFE [end]Where stories live. Discover now