36. Mencoba Mengikhlas kan

16 8 0
                                    

“Titik terendah dari kasih sayang adalah ketidakpercayaan suatu keluarga.”

—coretanpermata

©apsaapena 2022
Maret

Halo,udah tanggal muda aja nih🤭. Siap siap dong yang udah gajian bisa cekot🤭.

Back to story.

Cewek itu masih dengan santai nya bergelung selimut. Merasa ada cahaya masuk ke dalam retina nya dan mengganggu acara istitahat nya, dia akhir nya terbangun.

"Ck, kesiangan kan." decak Ana.

Tanpa kata, dia langsung berjalan ke arah kamar mandi. Tidak memakan waktu lama, Ana keluar dari kamar mandi dan segera pergi untuk sarapan.

Sederhana, hanya roti sandwich yang dia buat dan segelas susu putih.

Setelah merasa kenyang, Ana pergi ke sekolah nya dengan menggunakan motor. Bukan pemberian dari papah nya, melainkan dari usaha  nya sendiri.

| SMA Adicandra |

Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, Ana memasuki gerbang sekolah.

Banyak cibiran yang terlontar dari mulut netizen yang sok tahu menurut Ana. Dia hanya bersikap acuh dan tidak memperdulikan cibiran cibiran itu.

Baru saja memasuki kelas, banyak sorot mata tertuju pada Ana. Terlebih lagi, Arvian cowok tengil yang mengganggu hari hari Ana.

Arvian langsung beranjak dari bangku nya. Cowok itu langsung menghampiri Ana dan memastikan kondisi Ana baik baik saja.

"Re, kenapa kemarin gak masuk. Terus kenapa chat gue gak di bales. Lo marah ya sama sikap gue kemarin. Reaaa, jawab dong."

Pertanyaan beruntun dari Arvian membuat Ana jengah. Bahkan sorot mata teman sekelas nya menatap Ana tidak suka.

Arvian yang di kenal sosok dingin di kelas nya malah lebih memilih Ana yang notabe nya di kenal sosok dingin juga.

Hal itu membuat para cewek di kelas itu memandang iri dan tidak suka ke Ana.

Ana tidak peduli dengan tatapan mereka. Toh sama saja, mau baik ataupun jahat mereka tetap menganggap Ana caper.

"Brsk."

Ana mengambil bangku nya dan duduk di sana. Arvian mengikuti langkah Ana.

"Lo kenapa?" tanya Arvian.

Tidak ada jawaban dari Ana. Arvian inisiatif untuk membangunkan Ana. Menyender di bahu Ana, memainkan rambut panjang Ana, apapun itu yang terpenting dia dapat merespon nya.

"Ck, bisa diam gk sih!" sentak Ana.

Arvian menyengir lebar. Dia menggeleng sebagai jawaban nya. Ana menghela napas nya kasar.

Kondisi Ana cukup buruk. Kantung mata terlihat hitam di pandangan Arvian. Arvian yang cemas dengan keadaan dia langsung menempelkan punggung tangan nya ke dahi Ana.

Panas. Satu kata untuk kondisi Ana saat ini. Arvian langsung saja menarik Ana ke UKS.

"Lo mau bawa gue kemana?"

"UKS. Lo perlu istirahat. Kalo merasa sakit, harus nya lo gak usah berangkat dulu. Badan lo panas semua. Mending gue anter lo pulang gimana?"

Ana menggeleng, dia sudah pasrah mau di bawa ke mana oleh cowok pindahan itu.

MY ASH LIFE [end]Where stories live. Discover now