38. Tidak Peduli

20 6 0
                                    

“It's okey. Semua akan baik baik saja.”

—coretanpermata

©apsaapena 2022
Maret


"Re," panggil Arvian.

Ana menengok ke arah Arvian. Dia menyeritkan alis nya heran.

"Hm?"

"Kenapa lo sembunyiin hal terbesar ini?" tanya Arvian penuh penekanan.

"Maksud lo?"

Arvian menghela napas sejenak. Seperti nya gadis nya itu ingin bermain tebak tebakan.

"Donor ginjal."

Degh,

Ana mengubah mimik wajah nya menjadi datar. Seperti nya rahasia itu terbongkar oleh satu cowok di depan nya.

"Bukan urusan lo." ujar Ana dingin.

"Gue tau. Tapi harus nya lo sadar, dengan lo ngedonorin ginjal lo pada orang lain, lo juga harus ngerti efek samping nya juga."

Arvian mengacak rambut nya prustasi. Mengambil langkah yang tergesa gesa akan membuat kesalahan besar.

"Orang lain? Lo kira gue ngedonorin ginjal gue ke orang lain?!"

Ana terkekeh miris. Sama saja, tidak ada yang mengerti bagaimana diri nya. Dia kira cowok yang notabe nya murid baru itu akan mengerti dengan kondisi nya, tetapi pemikiran dia salah.

"Gue tahu, tapi harus nya lo mikir lagi astaga."

"Lo kira Rafa orang lain?" tanya Ana lirih.

"Rafa adek gue kecelakaan karena gue."

"Kalo saja waktu itu gue gak kejebak di perpus bareng lo, Rafa gak akan kecelakaan."

Penjelasan Ana cukup mengagetkan Arvian. Jadi bisa Arvian simpulkan, jika kejadian yang menimpa Ana adalah sabotase orang lain.

"Takdir, gue yakin itu."

"Huh, lo bisa bilang ini takdir, tapi bagi gue ini musibah karena kecerobohan gue."

"Lo tau? Setelah kejadian itu gue gak tinggal di rumah orang tua gue lagi."

"Lo, lo pergi atau—?" pertanyaan Arvian di potong Ana.

"Diusir. Gue di usir bahkan ...."

Ana mendongak ke atas, merasa cairam liquid nya akan jatuh. Dia langsung mengusap nya kasar.

"Tamparan. Hah, lo gak akan pernah tahu rasa nya di tampar sama orang terdekat lo, terlebih dia bokap lo."

Ana lagi lagi terkekeh miris. Sekelebat otak memori nya yang memutar di otak nya.

Hati Arvian berdenyut nyeri saat mendengar penjelasan Ana. Tanpa hitungan, Arvian membawa Ana ke dalam rengkuhan nya.

"Please, don't cry babe. Gue ada disisi lo. Apapun yang terjadi gue ada di samping lo." bisik Arvian.

"Hikss, pipi gue sakit hikss tapi hikss hati gue lebih sakit."

Tangisan Ana terdengar menyakitkan di telinga Arvian. Arvian bertekad untuk mencari siapa dalang di balik semua ini.

***

Di kediaman Abraham, lebih tepat nya kediaman Rizal dan Ratih mereka tengah berkumpul.

Kepulangan Rafa di sambut senang oleh mereka, terlebih lagi Bintang. Cowok yang sepantaran dengan nya itu dengan antusias mengajak Rafa bermain game.

MY ASH LIFE [end]Where stories live. Discover now