31. Perpustakaan

49 27 30
                                    

Jika rasa ini memang benar benar ada, tolong jangan pernah berniat untuk pergi.

—author
©apsaapena 2022
Februari


Sesuai yang di perintah Bu Isti, Ana kini akan melaksanakan hukuman nya.

Saat berjalan menuju perpustakaan, suasana koridor nampak sepi. Hampir semua murid SMA Adicandra belum keluar. Di jam jam terakhir, hampir semua murid mengeluh terlebih lagi jika di jam terakhir mapel matematika ataupun bahasa inggris.

"Heran gue, kenapa perpus selalu sepi?" guman Ana.

Ana langsung masuk ke dalam tidak lupa dengan salam nya. Tidak ada jawaban dari dalam. Nampaknya, penjaga perpustakaan tidak berangkat hari ini.

Cewek itu mengikat rambut nya lebih tinggi, menggulung lengan kemeja nya agar tidak kotor. Tanpa pikir panjang, Ana langsung merapihkan buku buku yang berserakan.

Hampir setengah jam Ana berkutat dengan hukuman nya, Ana berhenti sejenak. Dia lupa membawa ponsel nya.

Ana berdecak pelan. Tak ingin membuang waktu banyak, Ana menyelesaikan hukuman itu. Namun, pada dasar nya perpustakaan yang luas dan banyak juga beberapa buku yang berserakan, Ana pasti memakan banyak waktu.

Benar dugaan Ana. Cewek itu menghabiskan waktu yang cukup lama. Bahkan, bel pulang sudah berbunyi. Sekarang hanya ada diri nya sendiri.

"Ck, ini tinggi banget." gerutu Ana.

Tidak mau berlama lama, Ana mencari kursi di sana. Nampak satu kursi usang di pojok rak buku. Tanpa pikir panjang Ana langsung mengambil nya.

Dia langsung menata buku di bagian atas. Belum setengah nya, kursi yang di jadikan pijakan Ana nampak nya keropos dan kehilangan keseimbangan nya.

Brukk,

Ana terjatuh karena kehilangan keseimbangan nya. Cukup keras sampai membangunkan seseorang yang tengah tertidur disana. Nampak nya orang itu membolos pelajaran terakhir.

"Hoaamm, siapa disana?"

Sambil mengelus kepala nya, Ana nampak familiar mendengar suara itu. Dia tahu jelas siapa pemilik suara baz itu.

Arvian. Cowok tengil yang selama ini mengusik kehidupan Ana nampak jelas habis bangun tidur.

Ana mendengus kesal. Dari sekian banyak nya cowok kenapa harus dengan Arvian, murid baru yang sok cool tapi tengil di mata Ana.

"Sstth, sial. Kenapa harus dia lagi." gerutu Ana.

Arvian yang nyawa nya belum terkumpul pun segera beranjak ke asal suara benda jatuh tadi.

Dia langsung melebarkan mata nya ketika tahu siapa yang jatuh. Tanpa basa basi, cowok itu langsung saja membantu Ana dan mengecek keadaan Ana.

"Ayaang, kenapa disini? Ini lagi, kenapa nyampe memar nih jidad? Jangan bilang lo di hukum?"

Pertanyaan beruntun Arvian membuat Ana jengah. Cewek itu masih senantiasa mengelus dahi yang terkena tumpukan buku.

"Hm,"

Arvian membelakan mata nya tidak percaya. Pertanyaan panjang lebar hanya di jawab dengan 'hm' Arvian mencoba bersabar. Masih banyak waktu untuk meluluhkan cewek itu.

"Sekarang jam berapa?"

"Lima sore."

Arvian langsung mengecek ponsel nya. Benar saja. Jadi dia tidur sangat lama.

MY ASH LIFE [end]Where stories live. Discover now