“Andai waktu bisa kembali berputar, izinkan lah kami untuk memperbaiki kesalahan yang ada.”
—coretanpermata
©apsaapena 2022
Maret
Pikiran Arvian benar benar kacau. Melihat kondisi Ana yang kritis dan juga memikirkan dimana dia mendapatkan donor ginjal yang pas.Arvian mengacak rambut nya prustasi. Seakan ingat sesuatu yang dia tinggal, Arvian langsung menghubungi bunda nya dan teman sekelas nya.
Derap langkah kaki terdengar di telinga Arvian. Dia langsung menengok siapa yang datang.Rizal, papah dari Ana itu datang dengan raut khawatir.
"Ibu, bagaimana kondisi Ana?" tanya Rizal.
"Rea masih di tangani dokter, om. Lebih baik om duduk dulu." jawab Arvian.
Rizal menatap Arvian. Beliau mengikuti saran Arvian.
"Dimana Ratih dan Rafa, nak?" tanya nenek Dewi.
"Rafa sedang menemani Ratih, bu. Tadi mendengar kabar Ana, Ratih langsung pingsan."
Rizal menghembuskan napas nya dengan kasar. Akhir akhir ini, dia sangat lelah. Pekerjaan yang menumpuk mengharuskan dia lembur.
Di lain ruangan, tepat nya ruangan sang mamah Rafa tengah menunggu mamah siuman. Benar saja, tidak lama kemudian Ratih membuka mata nya perlahan.
"Eughh, air."
Rafa dengan sigap mengambilkan air minum untuk mamah nya. Merasa sudah tidak haus, mamah nya langsung bergegas turun.
"Sstt, Rafa bagaimana kondisi kakakmu?" tanya Ratih parau.
"Rafa belum jenguk mah. Kata papah Rafa jagain mamah dulu."
"Ayo ke ruangan Kak Ana." ajak nya.
"Tapi, mah. Kondisi mamah masih belum fit. Darah mamah rendah. Kita nunggu cairan infus mamah habis dulu, oke." ujar Rafa.
YOU ARE READING
MY ASH LIFE [end]
Teen Fiction[𝐑𝐄𝐕𝐈𝐒𝐈 𝐒𝐄𝐃𝐀𝐍𝐆 𝐁𝐄𝐑𝐉𝐀𝐋𝐀𝐍] ⚠️𝐅𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰 𝐚𝐤𝐮𝐧 𝐚𝐮𝐭𝐡𝐨𝐫 𝐭𝐞𝐫𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐝𝐚𝐡𝐮𝐥𝐮! ⚠️𝐉𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐥𝐮𝐩𝐚 𝐯𝐨𝐭𝐞 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐨𝐦𝐞𝐧! ⚠Note : Semua jalan cerita hasil pemikiran sendiri. Untuk visual tokoh hanya untuk...