32. Sisi Lain Arvian

53 22 13
                                    

"Semua penuh luka."

—author
©apsaapena 2022
Februari


Hari semakin malam, cuaca juga semakin dingin. Suara petir saling bergemuruh, terdengar jelas di luar sana tengah hujan lebat.

Sepasang sejoli itu kini tengah berdiam diri lebih tepat nya terjebak berdua di dalam perpustakaan. Hanya detikan jam yang terdengar.

Hawa dingin menusuk kulit putih Ana. Begitu juga Arvian. Cowok itu tengah berkomat kamit agar tidak ada pemadaman listrik secara tiba tiba.

Biasa nya, di tengah hujan lebat seperti ini pasti akan mati lampu.

Jduaarr,

Bunyi petir yang terdengar nyaring membuat Arvian reflek menutup telinga nya. Cowok itu menekuk kedua kaki nya dan menelungkupkan kepala nya di sela sela kaki.

"Hiks, bunda."

Isak tangis terdengar di telinga Ana. Cewek itu lantas menengok ke arah sumber suara.

Punggung cowok itu nampak bergetar. Ana dengan hati hati mendekat ke arah Arvian. Dapat Ana dengar Arvian tengah sesenggukan.

"Ck, ternyata nih cowok anak bunda." decak Ana dalam hati.

JDUAAR

Petir yang lebih besar mengangetkan mereka berdua. Lampu yang tadi nya nyala langsung mati seketika. Ana tersentak mendengar pekikan dari Arvian.

"BUNDAAA, Hikss Nathan ta—kut. Hikss."

Arvian reflek memeluk Ana yang sudah berada di dekatnya.

"Bunda hiks, ta—kut. Gelap. Bunda hikss, disini gelap."

Ana gelagapan. Ana reflek mengelus rambut Arvian dengan lembut. Dia mulai tenang. Mereka hening kembali. Berharap akan ada yang menolong mereka. Terlebih lagi, kondisi gelap dan hujan deras menambah suasana menjadi suram.

Lagi dan lagi petir saling bergemuruh. Nathan langsung memejamkan mata nya rapat rapat, bahkan Ana merasa jika Arvian memeluk nya sangat erat.

"Hikss, sakit tante. Hikss, jangan pukul Nathan."

Racauan Arvian terdengar jelas di telinga Ana. Keringat dingin membasahi tubuh jakun cowok itu. Ana merasa kasihan dengan kondisi Arvian.

Kini Ana mengerti, di balik sikap menyebalkan Arvian ternyata dia menyembunyikan luka yang sangat mendalam.

Ana tidak tahu apa yang dulu terjadi dengan Arvian. Sekarang, yang Arvian butuhkan di sisi nya adalah dia.

Benar, Arvian memiliki pobia gelap dan petir. Bisa dilihat dengan kondisi acak acakan nya saat ini. Mungkin jika tidak mati listrik, Ana dapat melihat seberapa lusuh baju yang Arvian pakai.

Flashback on

12 tahun yang lalu.

Sebuah keluarga yang harmonis, mereka keluarga Adicandra. Ya, keluarga Arvian.

Arvian yang berusia 5 tahun itu tengah merajuk. Pasal nya, dia tengah meminta es krim yang berada di perempatan jalan dari rumah nya.

Farhan, abang Arvian yang berselisih lima tahun dari nya tengah sibuk mengerjakan tugas sekolah. Sedari tadi dia tidak bisa fokus karena Arvian terus merengek di antar beli es krim.

"Hikss, abang temenin Nathan beli es krim."

Arvian yang berusia lima tahun itu terlihat lucu dan polos di mata keluarga nya, terutama Farhan sang kakak.

MY ASH LIFE [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang