33. Tamparan

42 13 0
                                    

“Ternyata begini rasa nya saat sosok cinta pertama memberikan luka.”

—Andreana Delisha Abraham

©apsaapena 2022
Februari

Suara ayam berkokok membuat Ana terusik dari tidur nya. Pundak nya merasa kebas. Dia menoleh ke arah kanan.

Wajah polos seperti bayi dapat Ana lihat sekarang. Rambut yang lepek akibat keringat dingin semalam membuat Ana gemas dan mengacak nya pelan.

Arvian sama sekali tidak terganggu. Cowok itu lebih memilih mengeratkan pelukan nya dan mencari kehangatan dari Ana. Ingat, Arvian tidak sadar melakukan nya.

"Bunda, dingin." guman Arvian.

Ana menghela napas nya pelan. Dia mengeratkan tubuh Arvian di pelukan nya.

Suasana masih hening. Hanya terdengar dengkuran halus dari sisi kanan Ana.

"Semoga ini cepat berakhir. Pundak gue udah kebas." guman Ana.

Dia memejamkan mata nya sebentar. Bisa saja dia membangunkan Arvian. Tapi berhubung kondisi Arvian yang agak demam, Ana biarkan saja. Toh Arvian gak sadar siapa yang tengah di peluk.

Lamuan Ana buyar ketika ada yang membuka pintu perpustakaan. Ana dapat melihat siapa yang membuka pintu itu. Dan terlihat jelas raut wajah mereka berdua.

Siapa lagi kalo bukan Alby dan Arnold. Dua cengunguk itu kaget bukan main saat mereka di kasih kabar jika Arvian belum pulang.

"Ck, tuh anak malah enak enak pelukan." decak Alby.

Arnold yang melihat raut wajah Ana pun segera membangunkan Ana. Tapi memang Arvian ngelunjak, cowok itu malah semakin mengeratkan pelukan nya ke Ana.

Ana menghela napas nya lelah. Tidak tahu kah jika pundak nya sudah sangat kebas.

"Ian, bangun woy. Lo gak kasihan sama Ana."

Arnold menepuk pundak Arvian pelan. Merasa terusik, Arvian membuka mata nya.

"Eughh,  apa?" tanya Arvian pelan.

"Lo bikin bunda lo khawatir bego." desis Arnold.

"Hah?"

Nyawa Arvian belum terkumpul penuh. Maka nya dia hanya bisa bilang hah. Alby mendecak. Tak ayal teman nya itu sangat bucin dengan Ana.

"Liat samping lo."

Mendengar perkataan Alby, Arvian reflek menengok ke arah kanan. Arvian melototkan mata nya.

"Ayaang." pekik Arvian.

Ana membuka mata nya. Dia menatap datar Arvian. Arvian yang sadar langsung menegak kan tubuh nya. Dia merasa bersalah ke Ana. Semalam kambuh, pasti tubuh Ana kebas.

"Maaf." lirih Arvian.

Cowok itu menunduk merasa bersalah terhadap Ana. Sedangkan Alby dan Arnold memandang Arvian cengo. Bagaimana mungkin teman nya itu langsung luluh dengan cewek. Padahal Arvian anti yang nama nya cewek kecuali bunda nya.

"Hm."

Mendengar respon Ana, Arvian merengek. Cowok itu benar benar membuat Ana pusing tujuh keliling.

"Ayaaaang, maafin Nathan."

"Nold, kek nya temen lo kesambet penunggu perpus deh." bisik Alby ke Arnold. Arnold mengangguk membenarkan.

"Hikss, maafin Nathan." racauan Arvian membuat gendang telinga Ana rasa nya ingin pecah.

Ana tersenyum paksa. Dia mengelus pelan rambut Arvian.

MY ASH LIFE [end]Where stories live. Discover now