49. Pencarian

27 9 0
                                    

“Please bertahan. Demi gue.”

—Arvian Nathan Adicandra

©apsaapena 2022
Maret


Arvian berjalan lesu menuju tenda nya. Di sepanjang jalan, Arvian menjadi bahan ejekan teman teman nya.

"Sabar, Ian. Dikit lagi nyampe kok. Bisa sepuas nya lo mandangin wajah Ana." ucap Kahfi.

"Ck, lo gak tau rasa nya LDR beberapa jam." gerutu Arvian.

"Halah, gayaan LDR. Nembak Ana aja belum." ejek Alby.

Sontak saja mereka menertawakan Arvian. Arvian langsung kicep saat mendengar ucapan Alby. Benar, dia belum nembak Ana. Tapi tidak salah kan diri nya mengklaim Ana jadi milik nya.

"Ck, gak tahu aja kalian. Gue udah minta restu sama orang tua nya dulu." ucap Arvian bangga.

Seketika mereka melongo. Dapat hati anak nya aja belum, sudah dapat hati orang tua nya.

Arvian tersenyum puas mendapati wajah cengo teman nya. Dia kembali berjalan ke arah tenda.

Nampak nya, kelompok Arvian bukanlah yang terakhir sampai di tenda. Saat Arvian sampai, dia langsung pergi untuk menemui Ana. Sayang nya, kelompok Ana belum terlihat satu pun.

Setelah beberapa menit berkeliling mencari Ana, Arvian melihat kelompok Ana baru sampai. Cowok itu langsung berlari kecil untuk menemui nya.

"Rea mana?"

Dasar bucin akut. Datang datang langsung menanyai Ana. Naufal yang menjadi ketua tim pun menghela napas kasar. Inilah yang dia takut kan.

"Gue nanya, Rea mana?"

Pertanyaan tegas Arvian membuat mereka mati kutu. Bintang yang tidak sengaja mendengar percakapan kecil kakak kelas nya itu akhirnya berniat menguping.

"Ana bilang, dia mau nemui adek nya dulu." cicit Naila.

Mata Arvian membola. Bukan hanya Arvian, Bintang yang mendengar pun ikut melototkan mata nya. Bukan kah Rafa yang tidak lain adik Ana tadi sedang istirahat di tenda.

"Bercanda kalian lucu banget sih, bang kak." sahut Bintang parau.

Mereka menengok ke arah Bintang. Sejak kapan cowok kecil itu berada di antara mereka.

"Hah?"

Audrey bingung. Apa cowok itu adik Ana. Pikir Audrey.

"Lo adek nya Ana?" tanya Audrey linglung.

"Iya, tepat nya adek sepupu. Adek kandung kak Ana itu Rafa. Tadi dia di tenda." jelas Bintang.

Mata cowok itu berkaca kaca. Bagaimana bisa mereka minggalkan kakak nya. Apa mereka mempunyai dendam ke Ana.

"Jadi maksud lo, Ana tersesat?" tanya Arvian datar.

Kaki mereka lemas. Jika waktu bisa di putar, mereka tidak akan meninggalkan Ana sendiri.

"Tapi, tadi Ana bilang adek nya udah nge chat dia. Dan udah di lokasi." jelas Naufal.

Benar, Ana sempat menunjukan roomchat nya dengan adik nya itu.

Sialan, ternyata dia sudah bergerak, batin Arvian.

Tangan cowok itu mengepal. Arvian meredam emosi nya. Bintang juga, dia langsung pergi tanpa pamit.

Bintang berjalan cepat menuju tenda Rafa. Dengan emosi, Bintang memukul Rafa tiba tiba yang sedang duduk sambil mengipasi diri nya.

Bugh,

MY ASH LIFE [end]Where stories live. Discover now