Prolog

679 88 11
                                    

Happy reading ♡︎

***

Setelah merias wajah Galiena seperti badut, Rose melemparkan sebuah baju merah kumuh kepada gadis itu. Dengan tangan yang gemetar, Galiena bertanya lirih, "I-ini bu-buat apa?"

"Lepas seragam lo dan pakai itu. Kalau udah selesai langsung ke ruang musik. Paham lo?"

Galiena menggeleng pelan. Bagaimana mungkin ia mengenakan pakaian kumuh itu dan berjalan di koridor menuju ruang musik? Hal itu hanya akan membuat teman-temannya semakin gencar membulinya.

"Berani nolak perintah gue? Mau gue laporin ke Braylon?!" sentak Rose yang berhasil menciutkan nyali Galiena.

Galiena meneguk ludah dengan kelu. "Ja-jangan. Iya, ak-aku pakai."

Rose tersenyum puas sembari menepuk puncak kepala Galiena berulang kali selayaknya seekor anjing yang menuruti perintah pemiliknya. Sebelum sungguh meninggalkan Galiena sendirian di toilet, Rose menunjuk sebuah payung yang berwarna senada dengan baju kumuh dan berucap, "Bawa itu juga. Kalau lo sengaja tinggalin payungnya, gue suruh lo balik lagi buat ambil!"

Galiena hanya bisa berdiam diri dengan pasrah sambil menatap nanar pantulan dirinya di kaca. Wajah penuh bedak, mengenakan rambut palsu yang ikal dan berwarna pelangi, bibir merah tebal mencolok, serta baju merah kebesaran yang sudah kumuh.

Penampilannya sungguh menyedihkan hingga membuat Galiena menarik napas dalam. Ia harus segera tiba di ruang musik, atau tidak Rose dan teman satu gengnya akan semakin merisaknya.

Galiena mengambil payung lalu keluar dari toilet. Seluruh pasang mata langsung terarah kepadanya. Beberapa di antara mereka sontak tertawa terpingkal-pingkal, sementara yang lainnya sibuk memotretnya.

"Ya ampun, Gal. Lo makin cantik pas dirias kayak gitu. Ahaha."

Galiena meremas kuat ujung baju sembari mempercepat langkahnya. Buru-buru, Galiena memutar kenop pintu ruang musik. Betapa terkejutnya Galiena begitu wajahnya tak tahu-menahu disiram air keruh.

Mila, Laysa, Rose, dan Braylon tertawa puas melihat Galiena yang basah kuyup. Galiena semakin terlihat konyol. Laysa yang bertugas merekam kejadian itu melangkah mendekati Galiena agar bisa menyorot wajah Galiena lebih jelas.

Dengan tangan yang mulai bergetar, Galiena berusaha menutupi wajahnya. "Ja-jangan."

Laysa menoleh pada Mila memerintahkan gadis itu untuk menahan Galiena sebab dia kesusahan merekam Galiena yang terlalu banyak bergerak.

Galiena memberontak dalam kukungan Mila. Matanya mulai memerah membayangkan video tersebut akan dipublikasikan di akun gosip sekolah mereka. Pasokan udara yang masuk ke paru-parunya perlahan berkurang.

"Ja-jangan ...," racau Galiena dalam tidurnya. Kening gadis itu telah dipenuhi bulir keringat serta napas yang tidak beraturan.

"Galie, bangun."

Merasa ada yang salah dengan anaknya, Gabriella menepuk pipi Galiena. Tepukan itu berhasil menarik Galiena dari mimpi buruknya. Mata Galiena terbuka sempurna. Galiena sontak menghambur ke dalam pelukan Gabriella dan menangis kencang.

Scent of LoveWhere stories live. Discover now