Bab Dua Puluh Tiga

210 40 28
                                    

Happy reading dan jangan lupa tinggalin jejak berupa vote juga komen yaa biar aku lebih semangat❤️

Happy reading dan jangan lupa tinggalin jejak berupa vote juga komen yaa biar aku lebih semangat❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alankar menggeram frustrasi. Sudah hampir sejam dia memejamkan mata berusaha masuk ke alam mimpi, tapi bayangan Galiena yang meringkuk kesakitan terus hadir mengusiknya. Dia lantas mengubah posisinya menjadi duduk.

Apakah saat ini Galiena masih sendirian? Atau sang sekretarisnya yang gemar berbicara itu sudah menemaninya? Dia menggelengkan kepala. Kenapa dia jadi memikirkan Galiena?

Lagipula, semua ini dapat terjadi karena kesalahan Galiena sendiri. Jika saja Galiena tidak mempermalukannya di depan umum, maka dia tidak mungkin berpikiran akan membalas dendam. Tapi sebenarnya, balas dendam yang Alankar maksud bukan seperti ini.

Yang dia inginkan sebatas Galiena juga merasa malu, selayak dirinya. Dia juga tidak kepikiran jika video yang diunggahnya bisa seterkenal ini hingga berujung membuat kekacauan besar.

Alankar menjambak rambut. Seketika ucapan Diego terngiang di benaknya.

"Dan tentang sosok di balik pengunggahan video tersebut, saya pastikan mendapatkan ganjaran yang sesuai."

Alankar bergidik ngeri. Bagaimana jika Diego berhasil mengetahui dia adalah dalangnya? Kira-kira apa yang akan dilakukan pria itu? Membawanya ke jalur hukum? Tidak. Dia tidak boleh masuk penjara.

Ibunya bisa marah besar jika itu sampai terjadi. Bahkan, dia yakin ibunya tidak segan menghapus seluruh akun sosial medianya demi membuatnya kapok.

Sekencang kilat, Alankar masuk ke akun palsu yang dia buat. Dia berniat terlebih dahulu menghapus video sebelum menghapus akun tersebut. Namun, dia menyempatkan diri untuk membaca sedikit komentar yang ditulis para netizen.

Ada sebuah komentar panjang yang menyita atensinya.

"Dibanding kasihan sama sang korban, gue jauh lebih kasihan sama lo. Kasihan banget lo jadi manusia, tapi enggak punya hati nurani. Lo pikir ini baik-baik, ya."

"Jika benar sang korban saat ini adalah pemimpin perusahaan besar dan video tersebut diambil sewaktu beliau SMA. Berarti jarak waktu dari kejadian hingga saat ini tergolong panjang."

"Sang korban telah meninggalkan lembaran lama tersebut dan sukses di kehidupannya saat ini. Tapi dengan seenaknya lo ingetin lagi dia sama luka lamanya. Miris."

"Mungkin sekarang ini lo bisa ketawa-ketiwi di atas penderitaan dia, tapi jangan seneng dulu. Bisa aja keadaan berbalik. Semoga lo diberkati, ya."

Alankar spontan menempelkan wajahnya pada bantal kemudian menjerit. Keringat dingin mulai menjalar di sekujur tubuhnya. Ada banyak hal yang dia khawatirkan.

Scent of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang