Bab Dua Puluh Tujuh

193 34 5
                                    

Ramein yukk biar aku lebih semangat🥺

Happy reading❤️

Diego lantas mengalihkan pandangan menuju layar ponselnya yang menyala

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

Diego lantas mengalihkan pandangan menuju layar ponselnya yang menyala. Melihat nama yang tertera di sana, Diego buru-buru meraih benda pipih tersebut. Tanpa disadari, seulas senyuman muncul menghiasi wajahnya. Rasa lelahnya seketika menguap entah ke mana.

Diego R
Saya ikut senang mendengar kabarnya, Bu! Pasti. Saya selalu mendoakan yang terbaik untuk Bu Galie

Diego R
Oh iya, Bu Gabriella. Apa hari ini saya boleh berkunjung lagi? Jika boleh, mungkin kurang lebih dalam satu jam saya berangkat ke sana

Gabriella Faradisa
Saya tidak mungkin melarang kamu, Go. Tapi sama halnya seperti kemarin, saya tidak bisa memastikan jika Galiena mau diajak bertemu

Diego R
Enggak masalah, Bu. Apa ada yang perlu saya bawa?

Gabriella Faradisa
Jangan bawa apa pun lagi, Go. Kamu sudah membawa terlalu banyak kemarin

Diego R
Baik, Bu

Diego mengunci ponselnya lalu berdiri hendak merapikan berkas-berkas yang berserakan di meja. Di tengah pekerjaannya merapikan, Luna dan Luisa menghampirinya dengan napas memburu. Diego menatap keduanya penuh tanya.

Apa yang ingin mereka sampaikan hingga berlari seperti itu? Tidak ada kabar buruk lagi, bukan?

Masih dengan napas yang terengah-engah, Luna berucap heboh, "Pak Diego! Pak!"

"Ada apa?" tanya Diego masih berusaha tenang. Walau tak bisa dipungkiri, dia jadi sedikit panik mendengar nada bicara Luna. Pikiran negatif mulai berkecamuk di kepalanya.

"Itu, Pak! Itu," ujar Luna sembari menunjuk ponsel yang digenggam Luisa.

Geregetan akan Luna yang tak kunjung menjelaskan, Diego menaikkan suaranya, "Luna! Tolong jelaskan pelan-pelan. Jangan membuat saya takut. Ada apa? Jika kamu tidak bisa menjelaskannya, mungkin Luisa bisa membantu."

Luna menyenggol tubuh Luisa mengisyaratkan perempuan itu agar segera menunjukkan alasan mereka menghampiri Diego.

Degup jantung Diego kian kencang. Tolong. Dia sudah cukup pusing menenangkan amarah para pemegang saham. Jangan sampai ada masalah baru lagi.

Jari-jemari Luisa bergerak lincah di layar. Luisa mencari video yang diunggah oleh salah satu akun gosip lalu memperlihatkannya pada Diego. Kedua alis Diego bertautan melihat banyak orang tengah bergerombol di store NALA. Dia rasa itu adalah store mereka yang berada di mall daerah Sudirman.

Alasan apa yang membuat mereka bergerombol selayaknya semut saat menemukan gula? Atau jangan-jangan produk mereka yang dipajang di store cacat sehingga pembeli melakukan aksi demo? Tidak mungkin, bukan?

"Itu kenapa?" Hanya dua kata itu yang dapat dilontarkan Diego.

Luisa menggeser layarnya menunjukkan video kedua yang diunggah. Video kedua berisikan sesi wawancara dengan salah satu pembeli.

"Kak, mau tanya dong. Kenapa tiba-tiba pada ngumpul di sini? NALA lagi ada promo besar-besaran, tah?"

Pembeli berjenis kelamin perempuan itu menggeleng. "Enggak. Enggak lagi ada promo. Tapi, gara-gara livenya Bang Lankar."

"Maksudnya livenya Bang Lankar gimana, Kak?"

Pembeli tersebut memamerkan tiga botol Strawberry Fairy yang berhasil dibelinya sebelum menjawab, "Bang Lankar bilang kalau dia suka banget sama aroma Strawberry Fairy milik NALA. Dia bahkan terang-terangan ngasih tahu kita tentang salah satu kriteria pacar idamannya yaitu pengguna parfum Strawberry Fairy. Makanya kita fans dia berlomba-lomba dapetin parfum ini."

"Wow," takjub Diego. Rupanya Alankar seberpengaruh itu?

"Bang Lankar juga ngaku dia kecanduan sama parfum-parfum NALA. Jadi kita kepingin aja gitu punya barang yang sama kayak Bang Lankar. Apalagi barang yang bikin dia kecanduan," tambahnya lagi.

Luna melompat-lompat bahagia. "Ini penjualan terbanyak kita setelah insiden video Bu Galie tersebar, Pak! Dan bukan cuma di store Sudirman aja yang kebanjiran pembeli, di cabang yang lain juga!"

Luisa mengangguk setuju. "Sebelum ke sini juga saya menyempatkan diri untuk mengecek online store kita, beberapa varian parfum kehabisan stok karena diborong penggemarnya Alankar."

"Hebat." Diego masih terkejut dan sedikit tidak percaya akan kabar menggembirakan ini. Pasalnya setelah insiden video Galiena tersebar di internet, angka penjualan mereka menurun drastis. Bahkan, mereka sampai kepikiran ingin memberi potongan harga di setiap varian.

Dan sekarang? Angka penjualan mereka meroket lagi.

"Kalian tidak mengedit video ini semata-mata untuk menyenangkan saya, bukan?"

"Ya ampun, Pak. Dalam keadaan sekarang, mana mungkin kami memiliki waktu mengedit seperti ini?" balas Luna.

Diego manggut-manggut. Luna benar. Mereka terlalu sibuk mengatasi kekacauan yang ada. Jangankan waktu untuk mengedit, mereka saja kekurangan waktu beristirahat.

"Tadi setelah saya hitung-hitung lagi, kayaknya persediaan kita enggak akan cukup buat dikirim ke semua cabang. Jadi, saya minta tim produksi segera memproses varian yang benar-benar habis total. Saya juga meminta mereka lembur malam ini."

"Varian apa yang habis total?"

"Strawbery Fairy."

Diego tersenyum penuh arti. Galiena sukses dalam meracik sebuah parfum.

"Oke. Berhubung mereka harus lembur," Diego mengambil kartu perusahaan dari lacinya lalu menyerahkannya pada Luna, "Tolong kamu belikan makan malam untuk mereka. Mereka memang harus bekerja, tapi perut mereka juga penting, bukan?"

"Baik, Pak Diego."

"Belikan yang mereka suka."

"Baik, Pak. Lalu Pak Diego bagaimana? Apa perlu saya belikan sekalian?"

Diego menggeleng. "Hari ini saya enggak lembur dulu. Saya sudah berkata kepada Bu Gabriella jika saya akan mengunjungi Bu Galiena. Terlebih, saya juga ingin lekas menyampaikan kabar bahagia ini kepada Bu Galiena. Bu Galiena pasti senang."

"Ah, baik kalau begitu Pak. Tolong titipkan salam saya untuk Bu Gabriella dan Bu Galiena, ya."

"Salam saya juga. Tolong sampaikan kepada Bu Galiena kalau saya kangen dengan beliau. Dan berharap beliau bisa segera kembali ke perusahaan," timpal Luisa.

Diego meraih tasnya kemudian berucap, "Iya, akan saya sampaikan. Sebaliknya, bantu saya meminta maaf kepada tim produksi karena tidak bisa menemani mereka."

"Santai, Pak. Mereka, mah, asal dikasih makan gratis udah senang," ujar Luna seraya terkekeh pelan.

Diego tertawa. "Bukan hanya mereka, kamu juga. Kalau begitu saya duluan, ya. Jangan terlalu malam dan kecapekan."

Sepeninggalnya Diego, Luisa berucap, "Pak Diego udah ada yang punya belum, sih? Udah ganteng, perhatian banget lagi. Soal gaji jangan ditanya. Bu Galie pasti kasih angkanya gede."

"Kenapa lo? Mau gebet?"

***

Kalau sosok seperti 'Diego' ada di sekitar kalian, gimana? Bawaannya mau gandeng, enggak sih?🤣

Scent of LoveOù les histoires vivent. Découvrez maintenant