Bab Lima Puluh Tujuh

192 29 15
                                    

Happy reading❤️

Sudah merasa lebih baik, Galiena memutuskan kembali bekerja

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sudah merasa lebih baik, Galiena memutuskan kembali bekerja. Untuk berterima kasih dan meminta maaf kepada Diego yang ia repotkan, Galiena membelikan sekretarisnya burger serta kopi. Ia juga sengaja tidak memberitahu Diego perihal ia yang masuk kerja lagi. Langkahnya terhenti tepat di depan meja Diego.

"Pagi, Diego!" sapa Galiena menyunggingkan senyuman.

Diego membeliakkan mata. Dia buru-buru berdiri dan bertanya, "Bu Galie, kok sudah masuk?"

"Kenapa? Kamu lebih suka saya di rumah, ya?"

"Eh enggak gitu, Bu. Maksud saya—"

Galiena tertawa pelan kemudian meletakkan dua paperbag tersebut di meja Diego. "Saya bercanda, Diego. Saya tahu, kok. Dan ini sarapan buat kamu, saya yakin kamu belum sarapan."

"Makasih, Bu Galie. Tapi, apa Bu Galie sudah benar-benar sehat?"

"Iya. Sudah, kok. Enggak ada yang perlu dikhawatirkan. Oh iya, hari ini kebetulan jadwal shooting Lula, ya?"

Diego mengangguk. "Iya, Bu. Blake sudah datang untuk mengurus tata lampu dan sebagainya. Sedangkan Lula mungkin sekitar satu jam lagi. Bu Galie mau nonton?"

"Bu Galie!" pekik Blake yang tak tahu-menahu muncul dari mana. Dia berlari menyamperi Galiena.

"Loh? Sudah selesai, tah, urus studio?" tanya Galiena bingung.

"Belum, Bu. Cuma tadi saya dengar dari Luisa, dia ketemu Bu Galie di lobi. Jadi saya buru-buru ke sini buat ngecek keadaan Bu Galie."

Mendengar itu, Galiena lantas menoleh pada Diego. "Kamu kasih tahu alasan saya absen ke Blake?"

"Ah iya, Bu. Maaf, saya kelepasan saat bicara dengan Blake. Tapi hanya Blake yang saya beritahu. Selain itu, kepada anak-anak lain saya menjawab jika Bu Galie memiliki urusan pribadi."

Mati gue. Jadi, enggak ada yang tahu kabar alergi selain gue sama Pak Diego? Terus Lula sama Alankar, gimana?

"Memangnya kenapa ... enggak ada yang boleh tahu, Bu?" tanya Blake.

Galiena tersenyum. "Enggak papa, Blake. Saya cuma tidak ingin merepotkan semua orang sampai membuat mereka datang ke rumah sakit. Lagipula, itu bukan hal yang perlu dibesar-besarkan."

"Bu Galie."

"Iya?"

"Apa bener alergi Bu Galie kambuh karena makan malam sama Alankar?"

Kendati terkejut, Diego lekas menatap Blake penuh penekanan. Menurutnya terpisah dari atasan yang selalu berbaik hati ke mereka, tetap tidak sopan menanyakan hal pribadi.

Galiena mengerutkan kening. Dari mana Blake mengetahui jika ia sempat makan bersama Alankar? Seingatnya selain kepada Gabriella, ia tidak memberitahu siapa pun lagi perihal acara makan tersebut. Apa mungkin Alankar yang bercerita?

"Kamu tahu dari siapa?"

"Jadi benar, ya? Bu Galie, bukannya saya bermaksud lancang. Tapi, kenapa Bu Galie masih bersikap baik ke Alankar? Apa Bu Galie enggak ingat apa yang udah dia lakuin ke ibu? Dia udah jahat banget. Dan lihat hasil akhirnya, Bu Galie malah berujung di rumah sakit setelah makan bersama dia."

Menyadari tatapan tidak nyaman Galiena, Diego mengambil tindakan. Diego mendorong tubuh Blake lalu berucap, "Kamu bilang kamu belum selesai mengurus studio, bukan? Lebih baik kamu segera membereskannya karena Lula bakalan datang dalam waktu sebentar lagi. Jangan sampai membuang waktu satu detik pun."

Sebenarnya masih ada yang mau disampaikan Blake, tetapi Diego bersikeras mendorongnya menjauh dari sana. Sehingga terpaksa Blake berjalan menuju lift. Sepeninggalnya Blake, atmosfer di antara dia dan Galiena menjadi canggung. Diego berdeham sebentar. "Bu Galie?"

"Jangan terlalu memikirkan ucapannya Blake. Saya yakin Bu Galie tahu apa yang terbaik buat Bu Galie. Mengingat Bu Galie yang baru keluar dari rumah sakit, bagaimana kalau saya menyeduh teh saja daripada memberikan kopi?"

"Bo-boleh. Kalau begitu, saya tunggu di dalam, ya." Galiena gelagapan sebelum melangkah ke ruangannya meninggalkan Diego yang menghela napas.

Harus Diego akui, Diego juga merasa Galiena terlalu baik kepada sosok yang telah menjahatinya. Namun, semua orang punya pandangan hidup masing-masing, bukan? Sekalipun hubungan mereka tergolong akrab, Diego sedikit sungkan mencampuri urusan Galiena. Dia sangat menghormati keputusan serta pandangan Galiena.

Sementara Diego pergi menyeduh teh, Galiena terdiam cukup lama di kursi. Selama ini, Gabriella selalu mengajarkannya untuk tidak membalas kejahatan orang. Orang lain boleh menyakitinya, tapi ia tidak. Jika ia juga menyakiti, maka ia tidak berbeda dengan mereka. Gabriella juga senantiasa mengingatkannya bahwa setiap orang berhak mendapatkan kesempatan kedua.

Semua yang diajarkan Gabriella ia terapkan. Ia memberikan kesempatan kepada Alankar untuk hidup lebih baik dan Alankar menggunakan kesempatan itu dengan baik. Alankar sudah berubah. Persoalan alergi, itu murni kesalahannya yang tidak memberitahu.

Galiena mengeluarkan ponsel dari tas. Sepertinya ia jadi tahu alasan Alankar hanya membaca pesannya.

Galiena Naladipha
Saya rasa kamu sudah tahu tentang saya yang masuk rumah sakit, ya?

Galiena Naladipha
Itu bukan salah kamu, melainkan saya sendiri. Saya yang tidak memberitahu seumpama saya memiliki alergi terhadap udang dan cumi. Jadi, jangan menyalahkan diri

Galiena Naladipha
Saat ini pun saya sudah dalam keadaan baik, serta bisa kembali bekerja

"Bu Galie, silakan teh hangatnya," ucap Diego.

"Terima kasih, Diego."

"Sama-sama, Bu. Saya pamit keluar, Bu." Diego berucap lalu membungkukkan badan.

"Sebentar, Diego." Galiena rasa ia perlu bertanya tentang pandangan Diego terhadapnya.

"Kenapa Bu Galie?"

Galiena menggaruk tengkuknya kikuk. "Saya boleh minta pendapat kamu tentang saya? Kamu bisa mengutarakan sejujurnya, termasuk kejelekan. Saya tidak akan memotong gaji kamu."

Memperoleh pertanyaan tersebut membuat Diego yakin seratus persen Galiena terganggu dengan ucapan Blake. Sehingga dia tersenyum menyanggupi permintaan atasannya.

"Menurut saya, Bu Galie termasuk salah satu wanita hebat di dunia. Walau dunia terasa kejam untuk Bu Galie, Bu Galie tetap bertahan. Bu Galie enggak pernah mengambil keputusan secara sembrono. Bu Galie akan terlebih dahulu berpikir matang. Bu Galie juga selalu memprioritaskan kepentingan orang dibanding pribadi."

"Bu Galie tipekal atasan yang peduli kepada karyawannya. Tidak keberatan semisal harus mengeluarkan uang banyak semata-mata untuk mengapresiasi kerja keras kami. Cukup atau perlu saya tambah lagi, Bu?"

Galiena terpaku.

"Bu Galie enggak perlu mengubah apa pun. Cukup menjadi Bu Galie yang sekarang. Bu Galie enggak perlu khawatir. Saya yakin semuanya pasti berjalan lancar."

"Dan saya bersama anak-anak lain selalu ada di belakang Bu Galie. Kami akan terus mendukung Bu Galie."

Galiena sangat terharu. Ia sungguh bersyukur diberikan sekretaris seperti Diego. Begitu juga dengan anak-anak lain yang mau mendukungnya. Mungkin di mata mereka, ia sempurna. Tetapi, Galiena sadar ia banyak kekurangannya. Ia masih harus belajar banyak hal lagi demi mengembangkan NALA.

Scent of LoveWhere stories live. Discover now