Bab Tujuh

249 45 4
                                    

Happy reading❤️

***

Galiena sontak melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan begitu merasa punggungnya cukup lelah. Pantas saja, rupanya mereka telah rapat selama empat jam. Galiena mengalihkan atensinya pada agenda rapat di meja.

Tanggal peluncuran Strawberry Fairy ✔️

Tanggal promosi Strawberry Fairy di sosial media ✔️

Memperbaiki strategi pemasaran ✔️

Mendalami cara kerja aplikasi yang tengah viral saat ini—Tiktok ✔️

Pemberitahuan singkat tentang akan diselenggarakan acara pemilihan Brand Ambassador ✔️

Beranggapan tidak ada hal lagi yang perlu mereka bahas, Galiena pun mengakhiri rapat panjang tersebut. Usai memberi salam pada Galiena, satu per satu karyawan mulai meninggalkan ruang rapat, menyisakan Galiena dan Diego.

"Ibu langsung pulang?" tanya Diego sembari merapikan beberapa berkas miliknya.

Galiena meregangkan otot sejenak sebelum membalas, "Enggak, Go. Sepertinya saya akan lembur untuk mempelajari proposal kegiatan pemilihan Brand Ambassador. Kamu bisa duluan."

"Ada yang perlu saya bantu, Bu?"

"Untuk sekarang, belum."

Tanpa bertanya lagi pada atasannya, Diego mengangguk lalu berpamitan. Galiena langsung menarik napas dalam begitu hanya ada ia di ruang rapat. Tidak ingin membuang waktu cuma-cuma untuk berpindah ruangan, Galiena memutuskan melanjutkan pekerjaannya di sana.

Galiena membuka map proposal kegiatan lalu membaca kata demi kata yang tertulis. Tidak heran Diego menjadi tangan kanan mendiang ayahnya sebab pekerjaan Diego selalu memuaskan.

Ia menggarisbawahi bagian yang sekiranya masih perlu didiskusikan. Mendekati halaman terakhir proposal, kantuk mulai menyergap Galiena. Galiena mengucek mata. Ia tidak boleh terlelap. Bagaimanapun, ia harus selesai membaca proposal agar mereka bisa segera beralih ke tahap persiapan.

Beberapa menit berlalu, Galiena masih bisa menahan kelopak matanya. Namun perlahan, kelopak matanya menutup secara sendiri.

Sementara Galiena mulai menuju alam mimpi, Diego masih berdiri di depan gedung megah bertingkat tiga puluh lima itu. Ada secuil perasaan tidak tega untuk membiarkan Galiena lembur sendirian. Apalagi Diego yakin Galiena masih memikirkan ucapan Alankar tempo hari di siaran langsung Instagram.

Diego menarik napas dalam sebelum mengambil sebuah keputusan. Dia akan terlebih dahulu pergi membeli makan malam lalu kembali ke kantor untuk membantu Galiena.

Sembari melangkah mencari taksi, Diego mengeluarkan ponsel guna membuka memo. Sejak mengetahui Galiena akan menjadi atasannya, Diego mulai mencari tahu beberapa hal terkait hal yang disukai ataupun dibenci oleh Galiena.

Dia manggut-manggut membaca poin nomor delapan; Galiena memiliki alergi terhadap udang dan cumi. Sepertinya ayam akan menjadi pilihan yang tepat untuk makan malam mereka.

Begitu tiba di salah satu restoran ayam terenak di kota mereka, Diego langsung terkejut melihat antriannya. Ada banyak driver online yang tengah mengantri. Ingin mencari restoran lain, tapi takut malah akan semakin lama. Sehingga Diego hanya bisa pasrah mengantri.

Setelah mendapatkan pesanannya, Diego akhirnya mengetahui alasan restoran sangat ramai. Rupanya hari ini adalah hari ulang tahun restoran.

"Aduh, kalau tiba-tiba Bu Galie udah pulang gimana? Kayaknya gue kelamaan," gumam Diego kala melihat jam ponselnya.

Scent of LoveWhere stories live. Discover now