Bab Lima Belas

212 34 18
                                    

Happy reading❤️

Takut tertangkap oleh Nylah, Alankar pun melangkah menuju pintu utama dengan mengendap-endap

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Takut tertangkap oleh Nylah, Alankar pun melangkah menuju pintu utama dengan mengendap-endap. Saat selangkah lagi tiba di pintu, sebuah suara yang sedari tadi dia cemaskan terdengar. "Mau ke mana?"

Alankar berbalik kemudian memasang wajah tak berdosanya. "Cuma mau jalan-jalan di depan aja, Ma."

"Jalan di depan pakai baju sekeren itu?" Nylah bertanya seraya menautkan kedua alisnya tak percaya.

"Iya, jaga-jaga kalau nanti enggak sengaja ketemu fans. Kan malu semisal ketemu, tapi Lankarnya kayak gembel," elak Alankar.

Karena tahu sang anak bungsu hanya beralasan, Nylah mendekati Alankar lalu menyentil keningnya cukup keras.

"Aduh, Mama!" pekik Alankar.

"Pasti kamu mau nongkrong sama temen-temen kamu, kan? Ngaku!"

Alankar mengusap keningnya sembari berucap, "Sakit, tahu. Lagian enggak ada salahnya nongkrong sama mereka. Lankar udah lama enggak ketemu."

"Lama kata kamu? Baru dua hari lalu, kamu karaokean sama mereka."

Alankar mendengkus. Melihat gelagat ibunya yang kini sudah berkacak pinggang membuat Alankar yakin dia akan terlambat bertemu teman-temannya. Ibunya pasti akan berceramah panjang lebar.

"Mama tahu mungkin menurut kamu, mencari uang itu perkara yang mudah. Jadi, kamu seenaknya menghambur-hamburkan uang untuk hal yang enggak penting. Tapi, Lankar, kita enggak akan pernah tahu ke depannya seperti apa. Bisa aja dari kita yang hidup serba kemewahan, tiba-tiba berubah enggak punya apa pun."

Alankar memutar bola mata malas. Selalu seperti itu. Membahas tentang kemungkinan keluarga mereka mendadak miskin.

"Mama tenang aja. Lankar enggak bakalan biarin kita melarat. Oke? Sekarang Lankar harus pergi karena udah ditungguin yang lain. Nanti pada marah kalau Lankar kelamaan."

Tidak memberi kesempatan kepada Nylah untuk kembali berceloteh, Alankar segera mengecup kedua pipi Nylah secara bergantian dan berlari keluar rumah.

Tepat kala Alankar menyalakan mesin mobil, layar ponselnya berkedip menandakan ada panggilan masuk. Nama Lula tertera di sana.

"Halo?"

"Woi, udah jam berapa ini? Kebiasaan banget ngaret."

"Udah otw. Bentar lagi sampai."

"Otw mana? Ke sini apa kamar mandi?"

Alankar berdecak. "Ke sanalah! Udah gue matiin dulu, bye."

Berhubung jarak antara rumah Alankar dengan tempat mereka janjian cukup dekat, Alankar hanya memerlukan waktu sekitar sepuluh menit untuk tiba. Sebelum turun, Alankar terlebih dahulu memastikan penampilannya. Walau ini bukan acara resmi, Alankar tetap tidak ingin terlihat berantakan.

Lula yang menyadari kehadiran Alankar di pintu lantas melambaikan tangan. "Di sini!"

"Gila, udah pada pesen aja. Gue ditinggal."

"Lo kelamaan. Udah keburu haus," timpal Almira.

"Biasa nyokap, ngomel. Makanya lama."

Mata Gio yang semula fokus pada layar laptop kini membeliak. Dia menepuk meja heboh. "Udah diumumin! NALA barusan bikin pengumuman di story kalau pemenangnya udah diemail."

"Seriusan?!" pekik Almira lalu hendak mengecek emailnya, tapi segera ditahan oleh Gio.

"Iya! Tunggu, Mir, kita ngeceknya barengan," Gio mengalihkan pandangannya ke Alankar, "Oh iya, Kar, karena kita semua percaya lo orang pertama yang pasti keterima, hari ini lo yang traktir, ya."

Alankar terkekeh lalu menyugar rambutnya penuh percaya diri. "Gampang itu, mah. Ayo buruan! Enggak sabar gue lihat siapa aja yang nemenin gue ke sana."

Sementara Alankar santai sebab yakin diterima, jantung keempat temannya berdegup kencang khawatir. Bahkan Lula sampai keringat dingin. Dari awal dia memutuskan berkarir sebagai influencer, dia sudah sangat memimpikan NALA. Baginya, bisa menginjakkan kaki di NALA adalah sesuatu yang menakjubkan.

"Gue hitung, ya. Pas di hitungan ketiga, kita langsung buka email," ucap Titus memimpin.

Lula mulai berkomat-kamit berharap Tuhan akan mewujudkan impiannya.

"Satu."

Almira melakukan hal yang sama seperti Lula, tak lupa dia memejamkan mata sejenak.

"Dua."

Jantung Gio maupun Titus rasanya akan meledak.

"Tiga."

Dalam sekejap, keadaan berubah menjadi hening. Mata mereka lurus memandang layar laptop.

Lula orang pertama yang berdiri. Sembari meloncat kegirangan, dia berucap, "GUE LOLOS, ANJIR!"

Almira, Titus, dan Gio pun mengikuti jejak Lula. Kini, mereka berempat berpelukan seperti Teletubbies. Semua memasang wajah penuh bahagia, kecuali Alankar. Alankar menatap nanar benda pipih yang berada dalam genggamannya.

Menolak percaya jika hanya dia satu-satunya yang gugur, dia terus merefresh halaman email. Namun hasilnya tetap sama. Tidak ada email dari NALA. Merasa malu, dia pun lekas beranjak. Keempat temannya terlalu gembira sehingga tidak ada yang menyadari bahwa Alankar sudah keluar dari cafe.

Di mobil, Alankar terus menunggu. Ini tidak mungkin. Pasalnya, videonya mendapatkan banyak likes dan comments. Bagaimana bisa dia gugur, sedangkan teman-temannya lolos? Apa ini ada kaitannya dengan acara siaran langsung yang pernah dia lakukan?

Menghina pemimpin NALA secara tersirat? Alankar menggeram kesal. Dia menempelkan kening pada roda kemudi lalu memejamkan mata. Dia terus meyakinkan dirinya jika sebentar lagi NALA pasti akan menghubunginya.

Sebuah bunyi notifikasi membuat Alankar buru-buru mengecek. Sayangnya, itu bukan dari NALA.

Kak Lana
Gimana hasilnya? Udah diumumin, kan?

Kak Lana
Pasti diterima🥰 Secara videonya viral banget, bahkan ada temen kantor kakak yang habis nonton langsung checkout Icy Mint

Kak Lana
Selamat, Adik Kecil! Kakak yakin mama pasti ikut seneng

Alankar sontak menjerit kesal membaca tiga pesan yang masuk dari kakaknya. Tidak bisa menahan rasa kesalnya lagi, Alankar melempar ponsel dan menekan kencang pedal gas. Dia harus ke NALA dan bertanya secara langsung.

Mereka tidak bisa mendiskualifikasinya hanya sebatas permasalahan acara siaran langsung. Lagipula, hari itu dia tidak blak-blakan menyebut nama perusahaan ataupun pemimpinnya.

Scent of LoveWhere stories live. Discover now