Bab Enam Belas

201 38 23
                                    

Happy reading❤️

Percaya Amanda akan mengoceh jika ia datang dengan tangan kosong, Galiena pun menyiapkan sekotak kue chocolate coconut berukuran dua puluh dua sentimeter

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

Percaya Amanda akan mengoceh jika ia datang dengan tangan kosong, Galiena pun menyiapkan sekotak kue chocolate coconut berukuran dua puluh dua sentimeter. Dari pertama kali mereka menjalin kerja sama, Amanda sudah menekankan kue favoritnya tersebut. Sehingga mau tidak mau, kue itu menjadi andalan Galiena sampai detik ini.

Sembari menenteng kotak kue, Galiena melangkah keluar ruangan mencari sosok Diego yang ikut pergi menemaninya. Rupanya Diego tengah merapikan berkas-berkas yang hendak dibawanya.

"Belum selesai, Go?"

Diego mendongak sejenak sebelum kembali melanjutkan aktivitasnya dan berucap, "Sebentar, Bu. Ngecek ulang lagi, takutnya ada yang ketinggalan dan berujung ibu diteriakin Bu Amanda."

Galiena terkekeh. "Kalau gitu saya tunggu di depan lift, ya. Jangan terlalu lama. Kita harus sampai duluan di sana."

"Siap, Bu."

Hari ini, ia memiliki jadwal makan siang bersama Amanda. Amanda baru saja pulang dari Perancis. Beralasan tidak ingin ketinggalan sepeser pun informasi terkait acara pemilihan brand ambassador, Amanda mengajaknya bertemu.

Padahal, Galiena sudah sempat menjelaskan via pesan bahwa tidak banyak hal penting yang dilewatkan Amanda. Selama Amanda di Perancis, ia dan beberapa investor lainnya memang sempat makan bersama. Namun, mereka hanya membahas acara tersebut secara sekilas. Sedangkan sisa waktunya digunakan untuk makan dan mengobrol santai.

Diego muncul di samping Galiena setelah sepuluh menit berlalu.

"Udah lengkap?"

"Seperti yang Bu Galie minta. Untuk berjaga-jaga saya sudah menyiapkan rangkaian acara pemilihan, daftar peserta yang lolos ke babak semifinal, laporan penjualan Icy Mint yang menunjukkan peningkatan, juga laporan Strawberry Fairy yang terjual habis hingga kita terus-terusan menyetok ulang produk."

Galiena tersenyum puas. Diego selalu bisa diandalkan. "Makasih banyak, ya, Go. Kalau enggak ada kamu, kayaknya saya bakalan ribet banget."

"Udah tugas saya, Bu," balas Diego lalu menekan salah satu tombol lift.

Tidak perlu menunggu lama, lift tiba di lantai mereka. Seperti biasa, Diego mempersilakan atasannya terlebih dahulu melangkah.

"Kuenya mau ibu yang bawa atau saya bawakan dulu, Bu?" tanya Diego.

"Santai aja, Go. Kuenya enggak berat, kok."

Anggukan Diego menjadi akhir dari pembicaraan mereka. Sepanjang perjalanan menuju mobil Galiena, keduanya bungkam hingga akhirnya mata mereka menangkap sosok yang tampak familiar. Mereka lantas saling bertatapan sebelum kembali menatap sosok tersebut. Laki-laki dengan kaos hitam round neck.

Scent of Loveحيث تعيش القصص. اكتشف الآن