Bab Tiga Puluh Enam

165 32 27
                                    

Happy reading❤️

Berkat kerja sama antar tim yang hebat, perlahan Galiena berhasil mengembalikan rasa kepercayaan para investor

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

Berkat kerja sama antar tim yang hebat, perlahan Galiena berhasil mengembalikan rasa kepercayaan para investor. Mereka yang semula meragukannya kini mendukung sepenuhnya. Bahkan, beberapa di antara mereka meminta maaf kepadanya karena bersikap terlalu egois—hanya memikirkan keuntungan dan mengabaikan sifat kemanusiaan mereka.

Hari perilisan Citrus Butterfly kian dekat. Galiena sungguh bersyukur karena kali ini mereka menerapkan strategi pemasaran yang tepat. Mereka sukses menjadi pusat perhatian masyarakat. Dan karena kehebohan tersebut juga, skandal Galiena mulai dilupakan.

"Yak, bagus. Tahan sebentar di posisi itu, Lula." Takut Lula tidak sengaja bergerak satu inci, buru-buru sang fotografer memotret. Dia tersenyum puas menatap hasil tersebut. Sempurna. Lula tampak memukau dalam foto.

"Oke terima kasih, Lula. Berhubung sekarang giliran Alankar, kamu dapat beristirahat sejenak."

Mendengar namanya yang dipanggil, Alankar lantas mengambil alih tempat Lula.

"Kamu sudah tahu, bukan, seharusnya berpose seperti apa?" tanya fotografer sembari mengecek aturan ISO.

Alankar mengangguk. Sebelum memulai sesi pemotretan, mereka sudah terlebih dahulu diberi arahan pose.

"Ambil posisi."

Alankar meraih botol Citrus Butterfly kemudian bersiap duduk. Dengan tangan yang menggenggam botol berukuran minimalis tersebut, kepalanya tertoleh ke samping, berpose selayaknya foto itu diambil secara candid.

"Bingo!" Melihat langsung kemampuan Alankar dan Lula dalam berpose membuat sang fotografer tidak merasa heran saat keduanya dinyatakan lolos sebagai brand ambassador NALA.

Dia tidak perlu repot berteriak, sibuk memperbaiki pose model. Ini sungguh menghemat waktunya.

"Sekarang kita take foto yang zoom muka, ya."

Alankar yang mengerti lekas mengubah pose. Dia memindahkan botol yang tadinya berada di depan perut, ke depan bibir. Pandangan tajamnya lurus menuju kamera.

"Bagus! Saya suka sekali! Coba sekarang kamu sedikit turunkan pandangan serta kepala kamu dan botolnya dipindahkan berjarak tiga sentimeter dari kening."

"Begini?" tanya Alankar setelah mengubah pose sesuai instruksi fotografer.

"Iyak!" seru fotografer tersebut.

Galiena yang kebetulan ada di sana guna memantau pemotretan juga memberikan minuman penyegar kepada Lula dan Alankar, tersenyum simpul. Alankar sama sekali tidak kesulitan dalam mengganti pose yang diperintahkan sang fotografer.

"Okay, kita break sebentar sebelum masuk ke sesi couple." Sang fotografer berujar seraya membalikkan badan. Iris matanya langsung bertubrukan dengan milik Galiena. Dia membeliak heboh.

"Bu Galie?!"

"Hai, Blake!" sapa Galiena, tak lupa ia menyunggingkan sebuah senyuman ramah.

"Ya ampun, apa kabar Bu Galie? Udah lama banget enggak ketemu sama Bu Galie. Potong rambut, ya? Cakep banget!" cerocos Blake yang mengundang kekehan pelan Galiena.

Sangat ciri khas Blake sekali—cerewet, meski begitu Galiena menyukainya.

"Kabar saya baik, Blake. Kamu sendiri gimana? Iya, lagi pengin tampil beda."

Mendengar jawaban tersebut, Alankar jadi memperhatikan Galiena. Detik itu, dia baru sadar penampilan Galiena memang berbeda dari yang terakhir dia lihat—ketika hari acara pemilihan brand ambassador berlangsung.

"Cakep banget, loh, Bu. Oh iya, Bu Galie tumben sendirian? Pasangannya mana? Biasa kan selalu berdua."

Alankar menajamkan pendengarannya agar dapat mendengar keseluruhan pembicaraan Galiena dan Blake.

"Pasangan, siapa? Diego, tah?"

"Iya, Pak Diego. Siapa lagi kalau bukan dia? Yang nempel di sisi Bu Galie kan cuma dia, haha."

"Haha. Diego kebetulan lagi sibuk di atas, katanya mau cek ulang jumlah stok buat hari perilisan. Kalau udah selesai, mungkin nanti dia nyusul sendiri ke sini."

Blake membulatkan mulut sebagai tanggapan, lalu melirik jam besar yang menempel di dinding. Sesi pemotretan Lula dan Alankar masih lama. Sehingga dia berucap, "Bu Galie, mumpung saya di sini dan modelnya lagi pada istirahat. Ayo, saya fotoin. Lumayan, loh, buat Bu Galie pajang di kantor. Saya enggak bohong, Bu Galie cakep banget rambutnya pendek gitu."

Galiena menggeleng menolak tawaran tersebut. Ia terlalu malu dan kaku untuk berfoto.

"Foto sama Citrus Butterfly, Bu. Sekali aja. Sayang banget kalau ada kesempatan, tapi malah dibuang. Pakaian Bu Galie hari ini juga oke banget."

Tidak memberikan waktu Galiena berpikir, Blake lekas menarik Galiena ke tengah studio. Sebenarnya menurut Blake, paras Galiena amat cocok untuk dijadikan visual NALA. Hanya saja, rasa kepercayaan diri Galiena sangatlah kurang.

"Satu aja, ya? Habis itu, fotonya langsung dikirim ke saya. Jangan diikutsertakan sama data Lula-Alankar."

Blake mengedipkan mata. "Iya, Bu Galie Sayang."

Blake membantu mengarahkan Galiena berpose. Dia memosisikan botol Citrus Butterfly tepat menutupi mata kiri Galiena. "Jangan senyum, ya, Bu Galie. Kayak gini aja, oke?"

Tangan Galiena yang memegang botol gemetaran. Rasa gugupnya kian bertambah kala menyadari semua pandangan berpusat padanya.

Alankar meneguk ludah, terpesona akan Galiena yang berpose seperti itu.

"Bu Galie cakep banget, anjir."

"Bu Galie beneran pacaran sama Pak Diego? Kalau iya, beruntung banget Pak Diego."

Lula mengulum bibir jahil. Dia menyenggol tubuh Alankar. "Kali ini gue enggak bohong, Kar. Lo beneran ileran."

Karena sudah pernah tertipu oleh Lula, Alankar hanya mendelik tajam memperingati Lula agar tidak macam-macam.

"Oke, Bu Galie. Udah selesai," Blake berujar seraya mendekati Galiena, dia memperlihatkan hasil fotonya, "Cakep banget, kan? Habis ini pakai di profil sosial media Bu Galie, ya. Biar semua orang tahu betapa kerennya pemimpin NALA dan enggak ada yang bisa remehin Bu Galie."

"..."

"Bu Galie."

"I-iya."

"Saya bener-bener senang bisa lihat Bu Galie kembali beraktivitas seperti biasa. Saya yakin apa yang dilalui Bu Galie belakangan ini enggak mudah, tapi Bu Galie harus semangat, ya? Saya akan selalu ada di pihak Bu Galie."

Itu fotografer kenapa caper banget, deh, sama Bu Galie? Biar apa coba? Ditambah bayarannya? Apa jangan-jangan dia suka sama Bu Galie? Dan itu salah satu modusnya? dongkol Alankar dalam hati.

"Kayaknya waktu istirahat kita udah cukup, deh. Kita bisa mulai sekarang sesi yang couple."

Lula melotot. Cukup apanya? Mereka bahkan baru beristirahat tidak sampai sepuluh menit.

Mengabaikan pelototan Lula, Alankar menyeret paksa perempuan tersebut ke tengah Galiena dan Blake. Supaya dia tidak jengkel melihat Blake yang terkesan melakukan pedekate pada Galiena, lebih baik dia dan Lula memulai sesi pemotretan selanjutnya.

Kalau lo kepanesan, enggak gini juga kali. Awas lo habis ini, Kar. Jadi Alankar Guling! Lula membatin.

***

Ada yang kebakaran tuh, haha. Btw, bagaimana hari Senin kalian? Melelahkan atau malah menyenangkan? Semoga kalian selalu sehat dan bahagia yaa❤️

Scent of LoveOù les histoires vivent. Découvrez maintenant