Bab Empat Puluh Delapan

170 30 27
                                    

Banyak tim Lankar-Lula dan Diego-Galie, ya? Haha. Semoga apa pun nanti endingnya, kalian bisa menerima dengan lapang dada yaa! Selamat membaca❤️

 Semoga apa pun nanti endingnya, kalian bisa menerima dengan lapang dada yaa! Selamat membaca❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alankar sukses membuktikan kesungguhannya pada Nylah dan Lana. Dia baru saja selesai mempresentasikan hasil yang dibuat semalaman. Mengingat modal mereka terbatas, Alankar mengusulkan membuka usaha makanan tersebut di rumah.

Mereka dapat menggunakan garasi serta halaman yang luas sebagai tempat jualan. Alankar juga menyebutkan mereka akan membuat sebuah akun khusus di sosial media guna mempromosikan produk.

Dia bakalan berjuang sekuat tenaga memotret makanan tersebut agar terlihat semenarik mungkin. Untuk bahan, mereka bisa berbelanja di pasar terdekat. Tentunya mereka harus berhati-hati dalam memilah bahan yang berkualitas.

Peralatan memasaknya mereka tidak perlu membeli yang baru, sedangkan peralatan yang dibutuhkan pengunjung seperti meja, kursi, dan alat makan akan dia beli secepatnya.

Dan karena ini baru awal, Alankar rasa mereka belum membutuhkan pegawai. Dia optimis mereka bertiga—Alankar, Nylah, dan Lana—pasti bisa mengerjakan semuanya. Semisal mereka kelabakan, mereka bisa meminta Liora membantunya.

Alankar menambahkan setelah melewati banyak penghitungan, makanan mereka dijual dari rentang harga lima belas ribu hingga tiga puluh ribu. Menu yang akan mereka sajikan berupa ayam geprek level satu hingga sepuluh, ayam geprek sambal hijau, serta ayam geprek sambal matah.

Mereka juga menyediakan paket—pengunjung dapat memilih nasi atau indomie sebagai pelengkapnya.

Nylah bertepuk tangan kagum. "Hebat. Mama salut sama penjelasan rinci kamu. Pertahanin, ya, semangat kamu sampai akhir. Enggak boleh cepat nyerah. Oke?"

"Siap."

"Nanti kalau udah jadi, kakak bakalan ajak temen-temen kakak buat cobain," ujar Lana tersenyum.

"Asik, makasih Kak."

Nylah bangkit dari sofa. "Karena mama tahu kamu bakalan presentasi hari ini, tadi mama udah sempat belanja barang buat ayam geprek. Sekarang kita coba bikin sama-sama, ya?"

"Eh?"

Tanpa memberi kesempatan Alankar melamun, Nylah menarik anak bungsunya ke dapur. Nylah menunjuk beberapa bungkus tepung, kemudian berucap, "Ambil mangkuk besar. Terus tuang tepung terigu tujuh puluh gram, tepung maizena tiga puluh gram, dan tepung beras tiga puluh gram juga. Mama bakalan bersihin sama potong ayamnya. Ngerti?"

Alankar mengerjapkan mata berusaha mencerna. Belum selesai mencerna, tak tahu-menahu Nylah bersuara lagi, "Oh iya, merica bubuk, bawang putih bubuk, kal—Lankar!"

Nylah menghela napas melihat Alankar yang kabur. Sudah dia duga. Tetapi, saat dia hendak mengomel, si anak bungsunya tiba-tiba muncul di hadapannya. Alankar kembali dengan sebuah buku di dalam genggamannya.

Scent of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang