Bab Lima Puluh Enam

178 27 23
                                    

Happy reading❤️

Galiena NaladiphaHalo, Alankar!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Galiena Naladipha
Halo, Alankar!

Galiena Naladipha
Maaf karena saya tidak membalas pesan selama dua hari. Ada urusan yang sedang saya kerjakan hingga saya tidak bisa memegang ponsel

Galiena Naladipha
Dan untuk cerita kamu perihal keramaian Geprek Dahsyat, saya turut senang. Semoga semakin sukses dan ramai, ya! Oh, satu hal. Jangan lupa merekrut karyawan agar tidak mengecewakan pelanggan sebab pelayanan yang lama

Balasan pesan tersebut sudah diterimanya dari dua jam yang lalu, tetapi Alankar tidak membalasnya. Dia membiarkan ruang obrolan mereka terbuka begitu saja. Hingga detik ini, Alankar masih belum bisa mengenyahkan ucapan tajam Blake. Separuh jiwanya seakan tertinggal di rumah Lula.

"Alankar, jangan bengong aja! Itu ayam baru mama masukkin, mending kamu ke sini bantu mama layani pelanggan. Ada yang mau nambah pesanan," ujar Nylah lantang.

Alankar tidak menggubris permintaan Nylah, melainkan menatap kosong ruang obrolannya dengan Galiena. Dia berusaha mati-matian menahan jari-jemarinya yang gatal. Dia hendak menanyakan keadaan Galiena. Dia ingin sekali memastikan ucapan Blake.

Apa benar alasan Galiena menghilang selama dua hari karena harus dirawat di rumah sakit? Dan semua itu disebabkan oleh dirinya yang meletakkan udang juga cumi di piring Galiena?

"Lankar!" Nylah memanggil lagi.

Lana yang baru saja selesai mandi lantas berlari menghampiri Nylah, menggantikan sang adik. Dia tidak tahu pasti penyebab Alankar tampak seperti mayat hidup. Namun, dia tahu jika dia harus segera melayani pelanggan mereka.

Mengingat usaha mereka yang masih seumur jagung, mereka tidak boleh mengecewakan pelanggan. Mereka harus bisa mendapatkan kepercayaan pelanggan agar pelanggan akan datang berkunjung lagi.

Akhirnya sampai Geprek Dahsyat ditutup, Alankar masih setia di dapur. Padahal, tidak ada yang dilakukannya.

"Kamu pikir di dapur boleh main hp, hah? Gimana kalau meledak? Kamu mau bunuh semua orang yang ada di sini?"

"..."

"Alankar Jethro!" pekik Nylah.

Alankar gelagapan mendapati Nylah yang berteriak di depan wajahnya. Dia berdiri. "Kenapa, Ma? Kok mama udah di sini? Bukannya pelanggan kita lagi banyak, ya?"

Baik Nylah ataupun Lana, keduanya sama-sama mengembuskan napas lelah. Nylah mendorong kening Alankar pelan. "Kamu sadar pelanggan lagi banyak dan bukannya membantu, kamu malah asik duduk di sini? Kamu juga biarin ayamnya gosong, Alankar!"

"Go-gosong?"

"Bahkan usaha ini belum sampai sebulan, Lankar. Se-bu-lan! Tapi, sikap kamu kayak gini. Mama bener-bener kecewa. Mama pikir kamu beneran sadar dan mulai tumbuh dewasa. Tahunya, enggak. Kamu buka usaha ini cuma buat main-main, kan? Enggak ada niat seriusnya."

"Enggak gitu, Ma. Lankar serius dalam jalani usaha ini."

"Lalu apa alasan kamu bermalas-malasan? Mama kelabakan, Lankar! Untung Lana dan anak tetangga kita mau bantu. Liora yang sibuk pun tadi harus turut bantuin mama. Sedangkan kamu?"

Alankar menundukkan kepala. "Ada sesuatu yang ngusik pikiran Lankar. Lankar jadi enggak bisa fokus."

"Apa? Kamu kepikiran untuk kembali menjadi seorang influencer? Kamu kangen masa di mana kamu enggak bisa lepas dari handphone? Iya?!" sentak Nylah.

Lana mengusap pelan pundak ibunya. "Kita dengar dulu penjelasan adek, ya, Ma. Selama ini adek kan udah nunjukkin keseriusannya. Dia pasti punya alasan."

"Lankar kira semua udah baik-baik aja. NALA semakin dikenal, Bu Galie bahagia. Lankar buka usaha dan kami tetap berkomunikasi. Tapi, ternyata enggak."

"Lankar bikin dia masuk rumah sakit."

"Eh?" respons Nylah dan Lana serempak.

Nylah melotot. "Kamu ngapain dia sampai masuk rumah sakit?"

"Lankar enggak tahu Bu Galie punya alergi udang sama cumi. Lankar kasih dua makanan itu waktu kami makan malam."

Nylah spontan menepuk kening tidak habis pikir dengan sang anak. Bagaimana bisa Alankar mengajak Galiena makan tanpa terlebih dahulu mencaritahu jenis makanan yang seharusnya dihindari?

"Blake juga sempat nyadarin Lankar. Lankar enggak tahu diri banget, ya? Bukannya bersyukur dimaafin sama Bu Galie, Lankar malah ngelunjak. Lankar tetap hubungin, rusuhin, dan repotin dia. Padahal harusnya enggak boleh, kan? Harusnya Lankar ngejauh dari Bu Galie biar Bu Galie happy."

"Oke, mama dapat poinnya. Tapi sebelum itu, siapa Blake? Saudaranya Bu Galie, tah?"

"Bukan, dia fotografer kepercayaan NALA. Hubungannya juga baik sama anak-anak NALA, termasuk Bu Galie."

Nylah manggut-manggut mengerti pokok permasalahan yang mengganjal di hati Alankar. Dia menarik napas dalam sebab dia harus berbicara panjang lebar.

"Pertama, kamu emang salah. Sebelum ngajak Bu Galie makan malam, harusnya kamu cari tahu dulu. Minimal nanya ke orang terdekat Bu Galie, makanan seperti apa yang disukai dan yang bisa bikin dia alergi.

Tapi persoalan enggak tahu diri, mama enggak setuju. Semua orang berhak memperbaiki kesalahan mereka, begitu pun kamu. Bu Galie sendiri tidak masalah, kan, kamu tetap menghubungi dia?"

Nylah menaikkan sebelah alis. "Atau mungkin Bu Galie pernah marah-marah dan minta kamu berhenti ganggu dia? Ada?"

"Enggak."

"Nah, Bu Galie aja enggak keberatan. Kenapa kamu harus pusing sendiri? Semisal Bu Galie enggak nyaman sama kamu, dia pasti bakalan cuekin kamu. Dia juga enggak bakalan peduli soal grand opening Geprek Dahsyat.

Tapi buktinya apa? Dia datang dan kirim karangan bunga. Dia berpikir kamu berhak mendapat kesempatan serta kamu sudah belajar dari kesalahan itu, Lankar," jelas Nylah kemudian mengusap lembut puncak kepala Alankar.

"Benar banget! Kakak setuju sama mama. Terus daripada overthinking yang berujung bikin kamu badmood, kenapa kamu enggak minta maaf dan jenguk Bu Galie? Kamu cowok, kan? Samperin dia, jangan kebanyakan mikir. Mikir itu boleh, tapi harus diseimbangkan sama tindakan," timpal Lana.

Alankar bersyukur bisa membicarakan hal ini kepada Nylah dan Lana. Beban yang semula memenuhi dadanya, perlahan terangkat. Dadanya terasa ringan kembali.

"Satu lagi, Dek."

"Apa?"

"Cewek mana pun pasti senang semisal cowok itu memberikan sesuatu yang belum pernah dia dapatkan dari yang lain. Coba kamu pikirin kira-kira apa yang bisa kamu lakuin buat Bu Galie dan tentunya yang berkesan."

"Berkesan?" tanya Alankar dibalas anggukan Lana.

Sepertinya Alankar memiliki tugas baru, yakni mencaritahu hal yang bisa dia lakukan guna menebus kejahatannya. Haruskah dia menanyakan hal kesukaan Galiena kepada Luna atau Luisa? Dia menggeleng. Kedua perempuan itu jelas tidak akan membantunya, secara dia yakin mereka masih menyimpan amarah kepadanya. Lantas, apa?

"Dek," panggil Lana membuyarkan lamunan Alankar.

"Iya?"

"Ngaku, deh. Kamu suka kan sama Bu Galie?"

***

Ada yang bisa tebak Lankar bakal kasih apa yang berkesan? Sampai jumpa di hari rabu❤️

Scent of LoveWhere stories live. Discover now