Bab Tiga Puluh Sembilan

171 33 43
                                    

Happy reading❤️

Sudah dua hari Alankar menghilang bagai ditelan bumi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sudah dua hari Alankar menghilang bagai ditelan bumi. Tidak ada satu pun yang berhasil menghubungi Alankar. Lula yang sangat khawatir mengenai keadaan Alankar berinisiatif mengunjungi rumah pria tersebut. Dia yakin semua ini ada kaitannya dengan insiden tersebarnya video Galiena di sosial media.

"Ya ampun, Lula makin cantik aja," puji Nylah. Sudah lama sekali dia tidak bertemu teman-teman Alankar karena mereka sekarang lebih suka berkumpul di cafe sama seperti anak-anak muda lainnya.

"Ah, tante bisa aja bohongnya. Makin ke sini yang ada Lula makin jelek."

"Kamu, mah, merendah untuk meroket."

Lula tergelak. "Tante gimana kabarnya?"

"Baik kalau Lankar enggak berulah. Lankar itu susah banget dikasih tahu. Batu banget."

"Batu kenapa? Tante masih kurang sreg kalau dia jadi selebgram, ya?"

Nylah menarik napas panjang. "Bukannya tante enggak dukung hal yang dia suka, La. Cuma gimana, ya? Kamu tahu sendiri Lankar orangnya kayak gimana. Terlalu childish, narsis, kepedean. Sekarang ini mungkin Lankar emang hits, tapi kita kan enggak ada yang tahu ke depannya seperti apa.

Misal ada selebgram yang lebih ganteng dari dia, jadi semua pada pindah hati. Gimana? Dia pasti ngerasa kesal, bahkan bisa sampai simpan dendam."

Jangankan itu, Tante. Dia aja sampai tega unggah video masa lalu Bu Galie karena dia ngerasa dipermalukan di panggung.

"Tante takut hal kayak gitu kejadian. Beda kalau Lankar lebih dewasa, mungkin tante enggak bakalan khawatir."

"Iya, Tante."

"Sekarang aja tante enggak tahu kenapa dia tiba-tiba ngurung diri di kamar. Mogok makan. Dia juga ngelarang tante atau kakaknya buat masuk. Padahal tante udah lihat akun dia, jumlah pengikut dia enggak berkurang sedikit pun. Malah bertambah."

Asli, lo dosa banget, Kar. Bikin nyokap lo kepikiran.

"Lula boleh coba samperin, enggak, Tan?"

Nylah mengangguk antusias. "Boleh banget, La. Sekalian tante minta tolong buat bujuk dia, ya. Tante takut dia sakit karena mogok makan."

"Lula enggak berani janji, Tan. Tapi Lula bakal coba sebisa Lula, ya."

"Iya, La. Perlu tante temenin ke kamar Lankar atau kamu naik sendiri?"

"Lula sendiri aja, Tan. Lula masih ingat kamarnya, kok."

Walau Lula terakhir kali berkunjung ke rumah Alankar saat SMA, dia masih mengingat letak kamar Alankar secara jelas. Dia hanya perlu berbelok ke koridor sebelah kanan setelah naik tangga, maka dia akan langsung menemukan kamar pria itu.

Memastikan Nylah sudah tidak ada di tempat semula, Lula menggedor keras pintu kamar Alankar. "Woi, buka! Lo pikir lo robot yang enggak perlu makan dua hari? Cari penyakit lo atau malah bosen hidup?"

Scent of LoveWhere stories live. Discover now