Bab Dua Puluh Empat

204 37 30
                                    

Gimana hari Senin kalian? Semoga baik, yaa! Dan selamat membaca ❤️

Meski seminggu telah berlalu, keadaan di NALA tidak jauh berbeda—masih kacau balau

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Meski seminggu telah berlalu, keadaan di NALA tidak jauh berbeda—masih kacau balau. Sementara Galiena beristirahat di rumah memulihkan diri, Diego mengurus segala kekacauan yang terjadi. Hal itu tentu tidak mudah bagi Diego.

Di waktu yang bersamaan, dia harus menangani para peserta serta para investor yang kerap mendesaknya terkait tanggung jawab perusahaan NALA atas kekacauan yang terjadi. Menghindari wartawan-wartawan. Serta mencoba mengatasi kerugian biaya acara.

Merasa dirinya sudah terlalu lama duduk, dia memutuskan untuk berdiri sejenak. Pandangannya jatuh pada pintu ruangan Galiena. Biasanya, di sana terdapat sebuah celah yang sengaja dibiarkan oleh Galiena. Namun, kali ini pintu tersebut tertutup rapat.

Diego menghela napas. Tak bisa dipungkiri, dia merindukan kehadiran Galiena di kantor. Rindu mengintip dari celah pintu guna mengecek ketersediaan kopi di meja atasannya itu. Rindu mendengar suara halus Galiena saat atasannya tengah mengomel. Dan banyak lagi.

Segelas kopi yang tak tahu-menahu muncul di depan wajah sontak mengalihkan perhatiannya. Dia menaikkan sebelah alis. "Buat saya?"

Luna mengangguk kemudian meletakkan gelas tersebut di meja Diego. Dia tersenyum tidak tega melihat penampilan Diego saat ini. Mata sayu, wajah pucat seperti orang sakit, rambut urakan, gulungan lengan kemeja sebelah kanan lebih tinggi, dan jangan lupakan kantong mata yang begitu gelap.

"Suntikan penyemangat?" Luna mengakhiri ucapannya dengan kekehan pelan.

Diego tersenyum tipis lalu mengambil gelas tersebut dan mulai menyedotnya. "Makasih, Lun."

"Gimana kabar terbaru Bu Galie?"

"Masih sama kayak minggu lalu. Enggak mau keluar satu inci pun dari kamar. Susah banget disuruh makan atau minum. Kadang juga teriak-teriak sama nangis."

Luna mengepalkan tangan emosi. "Asli, jahat banget orang itu. Bu Galie salah apa, sih, sama dia sampai direnggut kebahagiaannya? Padahal Bu Galie sekarang udah baik-baik aja. Malah diusik sampai kayak gini."

"Iya, bener. Tapi yang paling saya sesali adalah saya tidak berhasil menemukan sosok di balik akun tersebut karena akunnya keburu dihapus."

"Bukan salah Pak Diego, Pak. Saya yakin cepat atau lambat kita tetap bisa ungkap identitasnya. Begitu ketemu, awas aja orang itu. Saya lindes!"

Diego menyunggingkan senyum. "Lindes pakai apa?"

"Truklah! Biar mampus."

Diego menggeleng-gelengkan kepala. Rupanya, mengobrol sebentar dengan Luna berhasil menghiburnya.

"Oh iya, Pak. Apa saya dan Luisa bisa berkunjung ke rumah Bu Galie?"

"Saya rasa untuk saat ini jangan dulu, Lun. Tunggu agak baikan, ya. Kemarin pun ketika saya ke sana, saya tidak bertemu dengan Bu Galie, hanya dengan Bu Gabriella."

Scent of LoveWhere stories live. Discover now