Bab Lima

273 51 6
                                    

Happy reading. Jangan lupa tinggalin jejak❤️

***

Setelah memastikan Gabriella sungguh terlelap, Galiena kembali ke kamar. Ia menarik napas dalam lalu melangkah mendekati meja kerjanya. Mengambil tablet, membuka salah satu platform kecantikan, serta memperhatikan setiap ulasan yang diberikan konsumennya.

Jika sebelumnya ia hanya diam memperhatikan dan merasa buruk, kini tangannya menuliskan kritikan demi kritikan di buku catatannya. Ia akan memperbaiki kesalahan di produk kemarin dan membuat produk yang jauh lebih baik. Ia yakin ia pasti bisa melakukan itu.

Galiena akan membuktikan kepada siapapun terutama Alankar, bahwa ia adalah pimpinan yang baik. Ia pasti mampu membawa perusahaannya ke masa kejayaan. Namun, bagaimana jika ia gagal lagi dan berujung semakin memperumit semuanya?

Ia menggeleng. Ia harus ingat akan ajaran ayahnya. Ayahnya selalu mengingatkan untuk berani mencoba karena mereka tidak akan tahu hasilnya jika mereka hanya diam. Lebih baik gagal setelah mencoba daripada sama sekali tidak berusaha.

Galiena tidak hanya mencatat kekurangan produknya, melainkan juga mencaritahu tren parfum seperti apa yang tengah digemari kalangan remaja saat ini. Ia pun manggut-manggut kala mengetahui kebanyakan remaja memilih parfum yang beraroma ceria.

Serta yang baunya tidak terlalu menyengat agar dipakai beraktivitas setiap harinya. Merasa kurang maksimal seumpama hanya mencatat tanpa bereksperimen, Galiena pun beranjak dari kursi menuju sebuah ruangan khusus yang didirikan oleh ayahnya.

Dulu saat ayahnya masih hidup, mereka senang meracik parfum bersama di ruangan itu. Tapi mengingat sekarang ia hanya sendiri membuat Galiena jarang menggunakan ruangan itu lagi. Karena setiap kali ia masuk ke sana, maka bayangan ayahnya akan muncul.

Galiena bergerak mendekati meja yang berisikan beragam jenis bahan. Ia menatap bahan-bahan tersebut secara bergantian, tengah memutuskan bahan apa yang paling tepat untuk produk terbarunya. Pandangannya jatuh pada kotak berisikan stroberi.

Sepertinya bukan ide buruk membuat parfum beraroma stroberi. Segera, Galiena mengambil kotak tersebut serta peralatan lainnya—wadah, minyak pembawa, dan alkohol. Berpikir bahwa parfum akan terasa kurang menarik jika hanya menggunakan stroberi, Galiena pun mengambil bahan tambahkan yakni melati.

Namun berkat kecerobohannya, ia terlalu banyak menggunakan melati hingga aroma stroberi berakhir tertutupi. Ia menepuk keras keningnya sebelum membuang isi wadah percobaan gagal tersebut.

Galiena mengambil wadah baru dan mencobanya lagi. Kali ini, ia melakukannya dengan sangat hati-hati karena takut membuat kesalahan lain. Setiap detiknya, ia terus memastikan bahwa aromanya masih dalam keadaan aman, alias tidak terlalu menyengat.

Ia langsung memekik kesenangan begitu berhasil menemukan aroma yang pas. Tidak mau kehilangan resep berharga itu membuat Galiena tergesa-gesa mencatatnya. Sembari melihat catatannya yang berantakan, sebuah senyuman penuh bangga tercetak di bibirnya.

Galiena cukup percaya diri dengan produknya kali ini. Selain memperbaiki aroma yang sebelumnya terlalu menyengat, ia juga akan mengganti ukuran botol yang digunakan. Untuk produk terbarunya ini, ia berencana menggunakan botol berukuran minimalis menyerupai botol lipgloss.

Ketika Galiena sudah berada di kasur bersiap tidur, ia baru teringat satu hal. Nama produk. Ia belum menyiapkan nama produk tersebut. Ia merutuk sebelum mengubah posisinya menjadi duduk. Ia sudah berjanji tidak boleh tidur jika semua persiapan produk baru tersebut belum selesai.

Ia menarik rambutnya cukup frustrasi karena sudah hampir sepuluh menit berlalu dan masih belum ada ide yang melintas ke kepalanya.

"Ayo mikir, Gal. Stroberi apa?" gumamnya.

"Lost in Stawberry?"

Galiena menggeleng.

"Strawberry Fa-fairy?"

Mata Galiena membulat sempurna. Ia lantas mengangguk bahagia. "Oke, Strawberry Fairy. Sekarang tidur biar besok bisa kasih tahu rencananya ke Diego."

***

Galiena sontak mengusap dada, terkejut karena Diego tiba-tiba muncul di belakangnya. Ia berbalik badan bersiap mengomeli Diego, tapi ia mengurungkannya begitu melihat penampilan Diego. Terdapat banyak bulir keringat yang memenuhi kening sekretarisnya.

"Baru selesai olahraga?" tanya Galiena.

"Maaf, Bu. Saya bangun kesiangan karena semalam saya begadang menyelesaikan ini," ucap Diego seraya menyerahkan sebuah map merah.

Galiena sontak menaikkan sebelah alis setelah membaca judul dokumen tersebut. "Acara pemilihan brand ambassador?"

"Iya, Bu. Semalam saat ibu berkata akan mencari sebuah solusi, pemikiran membuat acara pemilihan brand ambassador terlintas di benak saya. Saya rasa itu ide yang bagus. Daripada kita sibuk mencari endorser yang hanya berlaku dalam jangka pendek, kenapa kita tidak mencari brand ambassador?"

"Saya sudah mencantumkan semua hal terkait acaranya. Bisa ibu baca secara keseluruhan," ucap Diego panjang.

Galiena tidak membalas ucapan Diego, melainkan mencermati kalimat demi kalimat yang ditulis di sana. Rupanya Diego menargetkan acara brand ambassador itu diselenggarakan pada satu setengah bulan lagi. Sepertinya tidak ada salahnya mencoba mengadakan acara tersebut.

Namun, sebelum itu ia akan mengeluarkan sebuah produk baru. Sehingga produk baru itulah yang nantinya akan menjadi fokus utama.

"Oke," Galiena berucap sembari menutup map tersebut, "Saya setuju sama idenya. Walau belum selesai membaca, tapi sejauh ini bagus. Semisal nanti saya menemukan kesalahan, saya akan langsung ralat dan beritahu kamu."

"Baik, Bu."

Jika tadi Diego yang menyerahkan map kepadanya, kini giliran Galiena.

"Strawberry Fairy?" tanya Diego dengan kening berkerut.

Galiena mengangguk mantap. "Itu rincian produk baru yang semalam saya racik. Kali ini, wanginya saya buat tidak terlalu menyengat dan nuansanya pun lebih ceria. Karena target pasarnya adalah kalangan remaja. Jadi, saya membuat estimasi harganya tidak lebih dari seratus ribu."

"Tidak lebih dari seratus ribu?"

"Iya dan di dokumen itu ada beberapa foto inspirasi terkait botol kemasannya. Berbeda dengan produk kita sebelumnya yang menggunakan botol parfum berukuran biasa, khusus produk ini saya ingin yang berukuran minimalis. Seukuran botol lipgloss."

Diego menatap takjub rincian yang dibuat atasannya. Meski terdapat beberapa kesalahan ketik, Diego yakin ini akan menjadi produk NALA yang paling laris.

Scent of LoveWhere stories live. Discover now