Bab Satu

564 86 12
                                    

Happy reading ♡︎

***

Galiena menggulir layar hingga paling bawah lalu mengembalikan tablet tersebut kepada sang sekretaris. Ia memijat pelan hidungnya. "Investor udah pada tahu persoalan ini?"

"Belum, tapi cepat atau lambat mereka pasti tahu, Bu," balas Diego.

Galiena mengangguk, berarti ia harus bisa mengatasi permasalahan ini sebelum para investor mengetahuinya. Ia mengetuk jari-jemarinya pada meja, memikirkan sebuah solusi agar dapat menarik perhatian pelanggannya. Haruskah ia mengeluarkan varian baru lagi?

"Bu, bagaimana kalau kita mencoba untuk melakukan hal yang sama dengan kompetitor kita?"

Galiena menaikkan sebelah alis, meminta Diego untuk melanjutkan ucapannya.

"Untuk meningkatkan brand awareness kita butuh meng-endorse influencer yang sedang naik daun atau kita bisa bekerja sama dengannya dalam pembuatan project parfum bersama. Saya sudah cari tahu mengenai artis siapa yang saat ini lagi digandrungi oleh para calon pelanggan kita. Dan kita juga perlu mengelola sosial media yang kita miliki sebab saya dapat kritikan dari investor yang berkata desainnya sangat monoton dan kuno."

Mendengar penjelasan Diego membuat Galiena sontak meneguk ludah. Brand awareness adalah salah satu strategi marketing untuk meningkatkan kesadaran calon pelanggan terhadap suatu produk yang dipasarkan oleh perusahaan.

Dalam kasusnya, memang sangat diperlukan membangun kesadaran suatu brand sebab sudah satu tahun Galiena memegang alih perusahaan, ia tetap tidak memiliki kemajuan apapun karena Galiena tidak menggunakan metode digital marketing dalam mempromosikan parfum-parfum miliknya.

Padahal di jaman yang canggih sekarang ini, menggunakan influencer terkenal untuk meningkatkan brand awareness dan memaksimalkan promosi melalui digital marketing sangatlah menguntungkan.

Namun, jika Galiena ingin melakukannya, ia harus membuka sosial media dan menghubungi seorang influencer yang tengah naik daun itu. Dan secara tidak langsung akan mengingatkannya pada sebuah insiden mengerikan yang sudah susah payah ia lupakan selama ini.

"Ibu pernah dengar Alankar?" tanya Diego membuyarkan lamunan Galiena sebelum melalang-buana kembali ke memori masa silam.

"Siapa itu?" Galiena bertanya balik sembari menyembunyikan tangan kanannya yang tak tahu-menahu bergetar di balik punggung.

Walau cukup terkejut karena atasannya tidak mengenal sosok Alankar, Diego tetap menjelaskan siapa Alankar. Alankar Jethro atau lebih dikenal dengan sebutan Lankar. Lankar termasuk salah satu influencer yang diincar oleh banyak perusahaan.

Sebab produk-produk yang dipromosikan Lankar pasti laris manis. Diego sendiri tidak pernah mendengar kabar Lankar gagal menyukseskan sebuah produk. Maka dari itu, Diego menyarankan Galiena segera menghubungi Lankar sebelum jadwal Lankar penuh.

"Hmm ... saya coba pikirkan dulu," ucap Galiena yang dibalas anggukan Diego.

Diego pun izin untuk keluar dari ruangan Galiena. Galiena langsung menarik napas sedalam-dalamnya. Dalam hati, ia bergumam menyebut nama Alankar berulang kali, mempertimbangkan usulan sekretarisnya.

Galiena mengulurkan tangan mengambil ponsel yang semula tergeletak di meja. Begitu layar ponselnya menyala, ia terdiam. Tatapannya lurus pada logo sebuah aplikasi yang tak pernah ia sentuh lagi.

Setelah cukup lama hanya memandangi, Galiena memberanikan diri untuk menekan aplikasi tersebut. Tapi tidak sampai sedetik, ia langsung kembali ke halaman utama. Ia tidak bisa. Ritme jantungnya mulai berantakan. Bayangan wajahnya yang dirias seperti badut lantas terngiang di kepala. Dan hal itu sungguh menyiksanya.

Scent of LoveWhere stories live. Discover now