Bab Tiga

290 60 2
                                    

Happy reading dan jangan lupa tinggalin jejak yaa❤️

***

Sudah hampir setengah jam berlalu dan Galiena hanya menggesek kedua kuku jarinya gelisah tanpa berhasil mengetik satu kata pun kepada Alankar. Ia menarik napas dalam sebelum kembali memandang ponselnya yang sedari tadi menyala.

Ia lantas menggeleng kala pemikiran untuk menyerah muncul di kepalanya. Ia harus berani. Selain untuk mengatasi traumanya, ia harus bergerak cepat sebelum para investor mengetahui permasalahannya.

Meski bergetar, perlahan jari-jemarinya mulai bergerak menyusun kalimat demi kalimat. Tepat kala Galiena hendak membaca ulang pesan tersebut, sebuah tulisan kecil yang bertuliskan 'online' berhasil mengejutkannya. Sehingga, ia tidak sengaja menekan tombol mengirim.

Galiena Naladipha
Halo, selamat sore Kak Alankar! Perkenalkan saya Galiena dari NALA, salah satu perusahaan besar yang bergerak di bidang manufaktur serta distributor parfum yang terletak di daerah Kuningan, Jakarta Selatan.

Galiena Naladipha
Kami ingin menawarkan kerja sama pada kakak yakni mempromosikan beberapa produk parfum kami di feeds Instagram kakak. Dan tentu saja produk kami sudah terdaftarkan di BPOM.

Galiena Naladipha
Apakah sekiranya kakak berminat? Apabila berminat, bolehkah untuk mengirimkan rate card/endorse card? Kami tunggu kabar baiknya :)

Mata Galiena membeliak tidak percaya. Karena belum siap membaca balasan dari Alankar, Galiena segera keluar dari aplikasi pesan itu. Jantungnya berdegup tidak karuan. Ini pertama kalinya, ia menghubungi seseorang untuk bekerja sama. Selama ini ia terlalu takut hingga Diego lah yang mengambil alih semua tugas tersebut.

Merasa ia membutuhkan udara segar dan air, Galiena keluar dari kamar. Begitu gelas sudah terisi penuh dengan air dingin, Galiena langsung menenggaknya hingga habis tak bersisa. Hampir saja Galiena menyemburkan air yang masih tersisa di mulut saat mendengar sebuah decakan di dekatnya.

"Ya ampun, Ma, bikin Galie kaget aja," ucap Galiena setelah berhasil menelan semuanya.

"Loh? Kenapa kaget? Perasaan mama enggak ada ngapa-ngapain."

Galiena mengembuskan napas. Sepertinya ia yang terlalu sensitif.

"Oh iya, Alankar gimana?"

Pertanyaan tersebut sontak membuat Galiena menjatuhkan gelas yang digenggamnya.

"Galie!" seru Gabriella panik. Dia buru-buru meneriakkan nama asisten rumah tangga untuk membersihkan pecahan gelas itu. Sedangkan dia meraih pelan tangan Galiena dan menuntunnya menjauh dari sana.

"Kamu kenapa? Ada yang sakit?"

Galiena mengerjap berupaya mengembalikan kesadarannya yang hilang setengah. "Enggak papa, kok, Ma. Tadi mama nanya apa?"

"Nanya tentang Alankar. Kamu udah hubungi dia?"

"Udah, Ma."

Senyuman penuh arti lantas tercetak di bibir Gabriella. Dengan mata penuh antusias, dia bertanya, "Terus gimana? Apa jawabannya?"

"Belum dijawab, tapi tadi dia online, sih."

"Asik, semoga lancar kerja samanya, Sayang. Mama tunggu kabar baiknya, ya," seru Gabriella.

Berbincang-bincang sebentar dengan Gabriella membuat pikiran Galiena jauh lebih tenang. Galiena juga jadi yakin jika Alankar pasti akan menerima kerja samanya. Namun sayangnya, ketenangannya tak bertahan lama.

Karena hingga esok malam pun, Galiena masih belum mendapatkan balasan dari Alankar. Walau demikian, Galiena tetap berusaha berpikir positif; Alankar sedang membalas satu per satu pesan dari bawah dan belum sampai pada gilirannya. Ia harus bersabar.

Scent of LoveWhere stories live. Discover now