Princess 24

4.7K 629 9
                                    

Aku terus bermain dengan istri paman Luca itu hingga matahari terbenam. Semua pangeran yang dikirim untuk mengurus festival Bintang Emas di beberapa wilayah kekaisaran masih belum kembali.

Festival bintang emas adalah sebuah festival terbesar di Kekaisaran Terium. Sejak zaman kaisar pertama, sudah menjadi tradisi jika anggota keluarga kekaisaran turun tangan langsung untuk mengurus festival ini. Jadi, wajar saja jika semua pangeran pergi meninggalkan putri ini sendirian. Yah, tak masalah. Aku suka kedamaian yang jelas tak akan berlangsung lama ini.

Aku menatap langit-langit kamarku yang terlihat sangat tinggi. Bagaimana pun, aku harus menikmati ketenangan yang fana ini sebelum semua anak-anak gila itu kembali dan menghancurkannya. Aku dengar, rombongan keluarga dua kekaisaran akan kembali dua jam lagi.

"Ristel!! Kakak membawakan Ristel wilayah baru!"

Maksudku, sudah kembali.

Alaric mendobrak pintu kamarku. Calon kaisar itu langsung berlari menuju ke kotak bayiku. Kepalanya muncul di atas. Menghalangi pemandangan langit-langit kamar. Aku melempar tatapan tajam. Alaric mengangkat tubuhku. Membuatku berdiri sembari berpegangan pada pagar kotak bayi.

Rasanya ingin sekali aku menjambak rambut pirangnya itu. Dia pikir berdiri dengan membawa beban berupa tubuh bulat ini adalah hal yang mudah?!?!

"Lihat! Kakak tidak sengaja menemukan wilayah kosong yang di dalamnya ada tambang berlian. Ini kado untuk Ristel hari ini!"

Alaric mengeluarkan sesuatu dari dalam saku tasnya. Sebuah batu mana muncul di depanku. Batu itu menayangkan sebuah tanah dengan tanaman mirip pandan raksasa yang tumbuh subur di atasnya. Itu bukanlah pandan biasa. Tanaman itu adalah Lavie Antagraois. Tanaman yang hanya muncul di atas tanah dengan kandungan berlian yang tinggi terkubur di bawahnya. Di lihat dari suburnya tanaman itu. Sudah jelas kalau berlian di bawahnya pun menjanjikan.

Aneh rasanya karena wilayah yang seharusnya diperebutkan itu justru baru ditemukan. Alaric juga terlihat mencurigakan.

Alaric memasukkan batu mana itu kembali ke dalam saku pakaiannya. Lalu, mengeluarkan yang lain. Kali ini adalah kertas. Aku menatap kertas itu bergantian dengan Alaric.

Karena Alaric adalah pangeran pertama sekaligus calon kaisar di masa depan, sudah jelas dia bisa melakukan apapun hanya dengan menjetikkan jarinya. Termasuk mengambil sebuah wilayah secara paksa. Apalagi, spiritnya adalah spirit penghancur yang bisa membunuh jutaan musuh dan menghancurkan satu benua hanya dengan menggerakkan tangan. Jelas semua orang akan tunduk di bawah kakinya.

"Ka ong!" Kataku sembari menatap Alaric tajam.

"Tidak! Kakak tidak berbohong!" Alaric memasang tampang melas.

"Iel iyak au!" Aku memalingkan wajahku. Kedua tanganku terlipat di atas dada.

"Ristel benar-benar tidak mau?"

"Iyak!"

Wajah Alaric semakin memelas. Kepalanya tertunduk. Mataku berkedut. Entah kenapa para pangeran hobi sekali menyakiti hati kecilku. Apakah ratu juga merasakan hal ini saat ia menolak pemberian kelima kakaknya yang aneh? Aku jadi semakin yakin untuk menampar naga yang memberikan berkah 'anak perempuan' dan 'lima pangeran' itu.

Aku menatap Alaric. Tanganku terjulur. Mengambil pin dengan gambar dua pedang bersilang di pakaiannya.

"Iel au ni!"

Aku tersenyum. Menunjukkan dua gigi kelinci mungil. Gigi yang membuat kaisar menghias seluruh kekaisaran dengan bertemakan gigi. Kursi berbentuk gigi lengkap dengan akarnya. Semak belukar yang dipotong mirip gigi. Toko makanan menjual semua menu dengan bentuk gigi. Pakaian dengan gambar gigi. Semuanya berbentuk dan bergambar gigi.

Benar-benar mimpi buruk!

"Ristel mau pin ksatria dari mutiara emas ini?"

Senyumku punah. Genggaman tanganku lepas. Pin itu terjatuh. Alaric langsung menjulurkan tangannya.

Mutiara emas katanya? Benda itu bahkan ratusan kali lebih berharga daripada tambang berlian. Aku pikir, pin itu hanyalah pin biasa yang tidak berharga. Rupanya aku salah. Bukankah aku terlihat seperti bayi yang memandang harta?

Wajah Alaric semakin memelas.

"Iyak di! Ni aya!" Aku menunjuk kancing baju Alaric. Kancing baju ini tidak mungkin mah.....

"Ini sisik naga."

Atau mungkin tidak. Sisik naga adalah benda langka kedua setelah air mata naga. Jadi, jelas sudah kalau benda mungil itu lebih berharga daripada tambang berlian atau pun mutiara emas.

Alaric menyentuh kancing bajunya. Bersiap melepaskannya.

"Iyak! Iel iyak au!" Aku menampar punggung tangan Alaric yang bersiap melepas kancing pakaiannya.

"Lalu, Ristel mau apa?" Alaric sedih. Di antara pangeran dan banyaknya sepupuku, hanya Alaric yang belum memberikan hadiah padaku.

Ugh! Ini semua salah kaisar. Kenapa pula dia harus memberikan hadiah setiap hari selama 40 hari? Aku kan jadi merasa terbebani. Dia bahkan harus membangun dua istana lagi untuk dijadikan sebagai gudang hartaku.

Berlian. Permata. Emas. Mutiara. Surat kepemilikan wilayah. Toko. Tambang. Pantai. Hutan. Istana. Manusia. Semuanya ada di sana.

Memangnya, bayi yang belum genap satu tahun ini tahu apa?!?!

Aku menatap Alaric dari atas sampai bawah. Mataku tertuju pada kristal bening bulat yang ada di sepatunya. Kristal itu nampak murah. Jadi, aku akan memilih itu saja.

Alaric melepaskan dua kristal di sepatunya dan menyerahkannya padaku. Aku tersenyum. Mengangkat dua kristal bening itu.

Lihat! Kristal ini sangat cantik. Apalagi ketika ditimpa cahaya lampu.

"Hehehehe...."

Aku menatap kristal itu. Persis seperti tatapan tante girang terhadap pria muda yang tampan.

"Ristel suka air mata naga, ya?" Alaric tersenyum.

Tatapan penuh nafsuku menghilang. Begitu juga dengan senyumanku. Aku langsung meletakkan dua kristal itu di atas dada Alaric. Mataku menatapnya tajam. Alaric dengan terpaksa mengambil kembali dua kristal itu.

Sebenarnya, berapa harga pakaian yang membalut tubuh bocah ini?!?! Untuk apa dia menggunakan sisik naga sebagai kancing baju yang mungkin saja akan hilang ketika dia membuat ulah. Dan, kenapa juga dia memakai benda yang sangat langka sebagai hiasan sepatu?!?! Padahalkan, sepatu itu ada untuk diinjak.

"Ristel tidak mau apa-apa?"

Aku menatap Alaric yang nampak semakin mengenaskan. Aku tersenyum. Mengambil kertas di tangan Alaric yang langsung sumringah.

"Kakak akan mengurus kepemilikan tambangnya segera!"

Alaric melangkah pergi dari kamarku. Aku tersenyum sembari menatap kepergian kakak pertamaku itu. Ketika manik mataku sudah tidak lagi menangkap sosoknya, aku langsung menyobek kertas itu menjadi potongan kecil. Alaric tidak akan marah. Bahkan, jika aku membakar kertas ini hingga menjadi abu. Lalu, mencampur abunya dengan air. Lantas, memintanya untuk memakan bubur abu itu.

Bayi usia 1 tahun kan memang belum tahu apapun soal mana yang boleh dibuat mainan. Dan, mana yang bukan. Jadi, hal seperti ini sudah wajar. Setidaknya dengan begini, aku tidak menambah wilayah yang bukan menjadi milikku. Semua kertas tanda kepemilikan wilayah itu juga akan aku kembalikan pada pemilik aslinya jika aku sudah cukup besar untuk pergi dari istana ini.

Sementara, tanda kepemilikan toko, hutan, pantai, dan tempat lain akan aku berikan pada rakyat yang membutuhkan. Lagipula, aku yang menghabiskan seluruh waktuku selama waktu 17 tahun dengan bermalas-malasan ini tidak mungkin bisa mengelola bisnis. Jadi, daripada aku bangkrut. Lebih baik kalau orang lain saja yang mengelolanya.

Manusia yang ada dalam surat kepemilikan juga akan aku bebaskan nantinya.

Hah! Kehidupanku akan jauh lebih baik jika semua orang yang ada di kekaisaran ini tidak terlalu memanjakanku.

The Only Princess✔ [Sequel BOTP]Место, где живут истории. Откройте их для себя