Princess 117

1.2K 196 1
                                    

👑👑👑

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

👑👑👑

Aku dan Elea duduk di atas bangku sebuah kereta kuda yang berlari ke arah rumahnya. Luka Elea sudah sembuh secara fisik. Tapi, aku rasa luka mentalnya masih belum sembuh. Yah, liontin ini hanya bisa menyembuhkan luka yang terlihat dan menenangkan sementara hati yang gundah. Untuk mengobati luka mentalnya, Elea harus mendatangi paman ketigaku secara langsung. Tapi, sepertinya akan cukup sulit karena paman Niel sekarang selalu sibuk mengadakan pengobatan gratis bagi para rakyat di kekaisaran lain. Tak apa! Karena Elea punya kekuatan orang dalam, dia akan bisa bertemu paman ketigaku dengan cepat tanpa gangguan dan tanpa harus menunggu terlalu lama.

"Apa kau sudah merasa lebih baik, Elea?" Tanyaku. Memastikan sekali lagi jika ada rasa sakit lain yang masih dirasakan Elea. Gadis itu menundukkan kepalanya sedari tadi. Pandangan matanya kosong. Tidak ada lagi raut wajah cantik dengan senyum ramah yang biasanya selalu aku lihat. Elea nampak seperti orang lain. Sebenarnya, apa yang sudah dilakukan para perampok itu padanya? Melihat keadaan Elea saat ini, jelas mereka tidak hanya melukai dan mengambil harta Elea. Hah! Apa mungkin...

"Elea, maafkan aku karena bertanya seperti ini. Tapi, apa mungkin...."

"Tidak, Tuan Putri! Itu tidak seperti yang anda pikirkan!" Kata Elea lemah dengan senyum tipis di wajahnya.

Aku menghembuskan nafas lega. Syukurlah! Aku pikir para perampok itu mengambil hal yang jauh lebih berharga dari Elea.

"Apakah masih ada rasa sakit lain yang kau rasakan? Aku akan memanggil paman ketigaku jika memang ada. Kau tahu kan kalau...."

Senyum tipis Elea menjadi sedikit lebih lebar, "Terima kasih atas kebaikan anda, Tuan Putri! Tapi, saya sudah baik-baik saja!" Katanya.

Aku diam. Orang-orang pasti akan tertipu dengan senyum manis itu. Mereka pasti akan mengira kalau Elea baik-baik saja. Tapi, aku yang sudah cukup lama mengenal Elea ini tidak bisa dibohongi hanya dengan senyum palsu itu. Elea tidak baik-baik saja. Dia hanya bersikap seolah dia baik-baik saja. Aku bisa saja masuk ke dalam perasaan terdalam Elea dan melihat apa yang ia rasakan saat ini. Tapi, apa itu adalah hal yang baik? Walau, kami berdua adalah sahabat baik. Tapi, tidak semua hal harus kami bagi satu sama lain.

Sama seperti aku yang menyembunyikan keenam spiritku yang lain dari Elea tanpa mau mengatakannya. Elea juga pasti punya rahasianya sendiri.

Sudahlah! Elea kan sudah dewasa. Jadi, dia pasti tahu harus melakukan apa. Yah, aku harap begitu.

"Baiklah! Tapi, jika kau butuh bantuan, jangan sungkan untuk datang ke istanaku. Pintu istanaku selalu terbuka untukmu."

Elea tersenyum. Mengangguk. Kali ini senyuman yang terlihat lebih tulus.

Aku menatap keluar jendela. Daripada harus melihat wajah Elea yang menyayat hatiku, rasanya lebih baik aku melihat pepohonan yang seolah mengejarku.

Saat itu, aku sama sekali tidak menyadari jika rahasia yang disembunyikan Elea terlalu besar dibandingkan 6 spirit. Rahasia yang ada dalam kepala Elea suatu saat akan mengancam jutaan nyawa yang ada di Terium. Dan, membuat aku kehilangan seseorang yang berharga. Tapi, ketika semua rahasia yang sudah lama dipendam mulai terkuak, aku tidak bisa marah pada Elea. Karena, aku secara tidak langsung adalah penyebab semua hal itu terjadi.

"Kita sudah sampai nona! Kediaman Baron Dejerlink!" Kata kusir kereta kuda.

Aku sedikit tersentak. Kemudian, kembali tersadar. Kusir membuka pintu kereta kuda. Aku turun terlebih dahulu. Kemudian menyusul Elea. Aku menyerahkan sekeping koin emas kepada kusir.

"Terima kasih, nona!" Katanya sembari menundukkan kepalanya. Kusir itu kembali duduk di bagian depan kereta kuda. Menghentakkan tali kemudi kuda. Membuat kuda itu meringkik. Kemudian, berlari dengan kecepatan sedang. Ringkikan kuda itu menandakan kalau kuda itu lelah. Sepertinya, akan ada kusir yang harus pulang lebih awal sekarang jika tidak mau mendekam di penjara kekaisaran selama seminggu.

Aku sudah pernah cerita jika kekaisaran ini punya undang-undang yang mengatur soal jam kerja kuda sekaligus kecepatan lari mereka, bukan? Undang-undang itu dibuat oleh semua kuda pekerja yang ada di kekaisaran. Yah, bisa dibilang ratu mengadakan rapat dengan para kuda. Haha, membayangkannya saja aku tidak sanggup.

Aku memapah Elea menuju kediamannya yang 4 kali lebih luas dari sebelumnya.

"Apa kau bisa berjalan?" Tanyaku sembari menatap kaki Elea yang bergetar.

Elea tersenyum,"Sa-saya masih bisa berjalan, Tuan Putri!"

Aku mengangguk. Mempererat pelukan tangan kananku pada pinggang Elea yang 5 cm lebih pendek dariku. Tangan kiriku menggenggam erat tangan Elea yang melingkar di punggungku. Aku takut jika Elea terlalu memaksakan diri. Jadi, aku harus memegangnya dengan erat atau dia akan terjatuh.

"Ele, apa kau baik-baik saja, sayang? Ayah takut kau terluka! Kau bilang hanya akan pergi selama 10 menit. Tapi, ini bahkan sudah lebih dsri 20 menit!" Kata seorang pria dengan manik mata coklat.

Elea sedikit tersentak ketika melihat ayahnya. Seolah, dia baru saja melihat setan. Yah, aku tahu perasaan Elea. Dia pasti takut ayahnya akan mengetahui apa yang terjadi padanya. Elea kan adalah satu-satunya keluarga yang dimiliki Baron Dejerlink saat ini.

Elea memejamkan matanya. Tersenyum. Saya baik-baik saja, ayah! Janga terlalu khawatir!" Katanya.

Elea melirik Alanda yang menatapnya dengan wajah pias. Elea menggeleng pelan. Sangat pelan hingga aku tidak menyadari kalau dia menggelengkan kepalanya. Alanda melangkah. Mengambil alih tubuh Elea.

"Kalau begitu, aku pergi dulu ya, Elea! Kalau kau butuh sesuatu, katakan saja padaku. Aku akan membantumu!"

"Baik, Tuan Putri! Terima kasih banyak!"

Aku melambaikan tanganku sebelum pergi. Elea membalas lambaian tanganku pelan. Alanda hanya menatap punggungku yang semakin menjauh. Dia sebenarnya memiliki banyak hal yang harus dikatakan padaku. Andai saja Elea tidak menghalanginya.

"Tuan Putri!" Kata seseorang. Didengar dari suaranya yang berat, sudah tentu dia adalah seorang pria. Tapi, pria mana yang menyadari kamuflase dan berani menyapaku. Meski begitu, suaranya terdengar tidak asing di telingaku.

Ah, tentu saja. Itu adalah suara dari orang yang aku suka. Bagaimana mungkin aku bisa lupa.

Aku menoleh. Senyumku mengembang. Semua pikiran yang menekan diriku seketika terangkat. Bagaikan rumput di gurun pasir yang terkena tetesan air, perasaanku menguap.

"Ian!" Kataku semangat.

Orang yang akan selalu menyadari kehadiran diriku di tengah keramaian meski aku memakai pakaian aneh atau bersembunyi di lubang semut sekalipun, tentu saja adalah Ian.

Aku menatap Ian yang turun dari kuda putih dengan surai senada dengan warna bulunya itu. Dilihat dari sisi manapun dia jelas terlihat seperti pangeran dari dunia dongeng. Ah, Ian kan memang seorang kaisar. Kaisar Dominic Monster lebih tepatnya.

"Bukankah kau punya urusan di utara?" Tanyaku bingung.

"Sudah selesai!"

Eh?! Cepat sekali?!

Sret!

Ian kembali naik ke atas punggung kuda.

"Apa anda mau pergi ke suatu tempat?" Tanya Ian sembari tersenyum. Ia juga mengulurkan tangannya.

Aku menatap wajahnya yang tersapu sinar matahari. Angin sepoi lembut menerbangkan rambut berwarna emas yang terlihat begitu bersinar itu. Sesaat, aku merasa terhipnotis dengan ketampanan Ian.

Curang sekali!

Kalau dengan wajah tampan dan senyum yang manis itu, bagaimana mungkin aku bisa menolak?

The Only Princess✔ [Sequel BOTP]Where stories live. Discover now