Princess 99

1.4K 238 2
                                    

👑👑👑

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

👑👑👑

Aku dan Ian berjalan keluar dari toko bunga tadi. Mahkota untuk kaisar dan ratu sudah jadi. Pemilik toko katanya akan mengantar langsung mahkota untuk kedua orang tuaku ke istana. Gantungan kunci untuk kelima pangeran juga akan ikut diantarkan. Lima benda yang berukuran mungil itu dimasukkan ke dalam kotak kayu dengan ukiran bunga dan hiasan permata. Sedikit berlebihan memang untuk sebuah kotak kado. Tapi, karena penerima hadiah ini bukanlah orang biasa. Jadi, kotak kadonya juga harus sesuai. Padahal, mau ditaruh di dalam kaos kaki yang sudah setahun tidak dicuci pun aku yakin kalau kelima kakakku tetap mau menerimanya.

"Tuan Putri!"

Aku menoleh.

"Apa ada tempat yang ingin anda kunjungi lagi?" Tanya Ian.

Aku menggeleng, "Aku tidak tahu apapun soal festival musim semi, Ian."

Bukan hanya festival musim semi, sih. Aku malah sebenarnya tidak tahu apapun soal semua festival di Terium selain festival bintang emas. Itu pun aku tahu karena festival itu bertepatan dengan hari ulang tahunku. Materi soal festival tidak ada dalam pelajaran 'Kehidupan Terium' yang seharusnya dipelajari setiap anak di usia 7 tahun. Kaisar sepertinya sengaja menghapus materi itu dalam pelajaranku karena dia tahu kalau putrinya ini akan pergi ke setiap festival yang ada. Caranya menjaga anak itu keterlaluan sekali.

Aku jadi kehilangan masa kanak-kanakku yang berharga.

Entah kenapa aku jadi ingin kabur dari istana.

"Saya tahu tempat yang cocok untuk Tuan Putri!" Kata Ian.

Aku tersenyum. Menatap punggung lebar Ian yang berjalan satu meter di depanku.

Kalau dipikir lagi, Ian lebih tahu soal kekaisaran ini dibandingkan tuan putri Terium itu sendiri. Terkadang, aku berpikir kalau Ian adalah putri Kekaisaran Terium dan bukannya aku.

Ian juga lebih tahu soal hal lain. Ternyata, Ian memang anak yang cerdas, ya. Dia pasti sudah membaca banyak buku di perpustakaan. Makanya jadi sepintar itu. Padahal, kalau melihat perannya sebagai ksatria pribadiku dan ketua kelompok ksatria SS, dia tidak punya banyak waktu untuk membaca.

Aku akan meminta ayah untuk menaikkan gaji Ian nanti.

Aku berjalan menyusul Ian. Ian meliirik langkahku. Dia mempersempit langkah kakinya. Berusaha menyamai diriku. Langkah kami berdua kini sejajar. Aku tersenyum. Kalau Ian sepeka ini, mungkin saja aku akan punya banyak saingan nanti. Ah, bukan mungkin, sih. Tapi, sudah pasti.

"Ian! Tipikal wanita seperti apa yang aku suka?" Tanyaku sembari menatapnya.

Ian balas menatapku, "Rambutnya berwarna gelap dan panjang. Tapi, manik matanya berwarna cerah. Saya suka wanita yang kuat dan setia kawan. Lalu, sifatnya juga harus baik. Selain itu, wanita saya harus cerdas dan ramah."

The Only Princess✔ [Sequel BOTP]Where stories live. Discover now