Princess 122

1.2K 202 0
                                    

👑👑👑

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

👑👑👑

Aku terus merengek pada Ian. Tapi, anak itu terus terbang dalam bentuk naganya. Ian sepertinya benar-benar tidak akan membiarkanku kembali ke tempat berbahaya itu. Dan, dilihat dari arah terbang Ian yang terus menuju utara, dia pasti ingin mengajakku ke Dominic Monster. Kalau dalam wujud beruang, Ian bisa melindungiku dengan bulunya yang lebat. Karena Dominic Monster adalah tempat yang paling aman untuk saat ini. Para monster itu sudah ada di bawah kendali Ian. Jadi, mereka tidak akan berani menyakitiku. Meski begitu, aku harus tetap berhati-hati karena mau bagaimana pun para monster tidak memiliki perasaan seperti manusia pada umumnya.

"Maafkan saya, Tuan Putri! Ini demi kebaikan anda sendiri!" Kata Ian dengan mata yang terus fokus menatap ke depan.

Kepalaku menunduk. Aku duduk di atas tangan kanan Ian yang walau mungil tapi bisa memuat satu istana di dalamnya. Tanganku memeluk lutut. Air mataku perlahan menetes. Padahal, seharusnya hari ini aku tertawa bersama keluarga besarku. Seharusnya, saat ini aku sedang duduk di atas sofa yang lembut dan diperebutkan oleh para sepupu dan kakakku.

"Hiks..."

Ian menatapku sedih. Ini juga bukan hal yang mudah bagi Ian. Walau kelima pangeran selalu memperlakukannya seperti sampah. Tapi, mereka sudah berbaik hati membiarkan ia tinggal di istana yang megah. Terlebih, membiarkan ia terus berada di dekatku.

"Saya akan mengantar anda ketempat yang aman. Setelah itu, saya akan kembali menyelamatkan keluarga anda!" Kata Ian penuh rasa percaya diri. Tidak ada sedikit pun rasa takut di manik matanya.

Aku mengangkat kepalaku, "Apa aku boleh ikut?" Tanyaku penuh harap.

Ian menggeleng, "Tidak boleh! Saya sudah berusaha keras menyelamatkan nyawa anda! Jadi, jangan sia-siakan usaha saya!" Kata Ian dengan wajah serius.

Kepalaku kembali menunduk. Ucapan Ian memang benar, sih. Dia kan sudah berusaha keras menyelamatkan nyawaku sampai terbang sejauh ini. Jadi, rasanya jelas akan sia-sia kalau aku malah kembali ke taman tempat semua kekacauan itu terjadi. Tapi, aku harus menyelamatkan nyawaku. Bagaimana kalau Ian terlambat datang? Atau, bagaimana kalau Ian ternyata gagal? Aku tidak hanya kehilangan keluargaku. Tapi, juga kehilangan pria yang aku cintai.

Aku benar-benar takut!

"Saya tidak bisa mengatakan 'semuanya akan baik-baik saja' karena saya tidak bisa melihat masa depan. Tapi, saya berjanji akan membuat semuanya baik-baik saja. Jadi, Tuan Putri tidak perlu merasa khawatir!" Kata Ian dengan nada suara yang lebih lembut.

Aku menatap wajah naga Ian. Tersenyum. Apa sih yang aku pikirkan? Keluarga kekaisaran kan adalah orang yang kuat. Mereka punya kekuatan besar. Ditambah dengan pasukan ksatria dan ketujuh duke dari Peranto. Dan, Ian juga bukan orang yang lemah. Dia adalah keturunan murni Phobos. Dia adalah orang yang bisa mengalahkan kelima kakakku yang bahkan lebih tua darinya. Kalau Ian tidak bisa menang menggunakan sosok beruangnya, dia bisa melawan dengan sosok gorila atau naganya.


Orang-orang yang ada di sekitarku adalah orang yang sangat kuat. Jadi, aku tidak perlu khawatir.

Seperti yang Ian bilang, ia akan berusaha untuk membuat semuanya jadi baik-baik saja. Ian adalah orang yang selalu memegang teguh kata-katanya.

"Terima kasih!" Kataku sembari menepuk telapak tangan Ian.

Ian menunduk. Tersenyum. Aku balas tersenyum.

"Semuanya akan baik-baik saja, Ristelku Sayang!"

Ah, rasanya seperti ada yang berbisik di telingaku. Tapi, aku tidak melihat siapapun di sini.

Ian menutup telapak tangannya. Ia kemudian menukik tajam ke bawah. Sayap dengan rentang selebar gunung itu berkepak beberapa puluh km dari atas tanah. Daun pepohonan terlepas dari dahannya. Bagaikan baru saja dihempaskan oleh angin tornado yang kencang. Daun kering di atas tanah langsung tersapu begitu saja. Debu dan tanah berterbangan di udara.

Ian menurunkanku dengan hati-hati.

Sring! Tubuh naga raksasa itu perlahan menyusut. Dan, yang ada di hadapanku kini adalah Ian. Ian dengan manik mata biru yang begitu pekat.

Aku langsung menghambur dalam pelukan Ian. Ian membalas pelukanku. Aku menangis sejadi-jadinya. Ian mengusap punggungku. Berusaha menenangkan.

Saat aku diculik dulu, aku sama sekali tidak meneteskan air mata. Meski hampir berakhir menjadi seorang budak dan dinodai. Tapi, kali ini jelas adalah hal yang berbeda. Kali ini, aku bisa saja kehilangan semua yang aku miliki.

"Tidak apa, Tuan Putri! Menangis saja!" Kata Ian lembut.

Perkataan Ian justru membuat tangisku jadi semakin menjadi. Ian terus memelukku hingga aku melepas pelukannya.

"Saya akan membuat anda tersenyum lagi. Jaga diri anda di sini!" Kata Ian sembari mengusap rambutku lembut.

Aku mengangguk. Mengusap air mataku yang mengalir deras di pipi. Aku menatap Ian. Tersenyum manis.

Dalam situasi saat ini, tidak hanya aku saja yang merasa sedih. Aku masih bernasib baik karena keluargaku masih selamat. Di luar sana, ada banyak orang yang kehilangan keluarganya. Dan, itu semua adalah salahku. Harusnya aku tidak merengek pada ratu untuk merayakan hari ulang tahunnya. Seandainya aku tidak melakukan hal itu, apa mungkin semua ini tidak akan terjadi? Apa mungkin....

"Semua yang terjadi bukanlah salah anda. Jadi, saya harap anda tidak menyalahkan diri anda!"

Air mataku mengalir sekali lagi. Aku langsung tersenyum. Ian menatapku bingung.

Apa anak ini punya kekuatan membaca pikiran sekarang? Kenapa Ian selalu saja bisa membuatku merasa lebih baik? Apa ini yang dinamakan kekuatan cinta, ya?

"Ian! Setelah semua ini berakhir, bagaimana kalau kita berkencan?" Tanyaku sembari melempar senyuman manis.

Ian mematung sesaat. Kemudian ikut tersenyum, "Tentu saja! Mari berkencan!"

Ian melambaikan tangannya. Aku membalas lambaian tangannya. Dalam sekejap, Ian berubah menjadi naga dan kembali ke Terium. Sementara, aku masih ada di tengah hutan ini.

Yah, ternyata Ian tidak membawaku ke Dominic Monster. Mungkin, karena tempat itu hanya menerima orang dengan darah monster dalam dirinya. Aku memang memiliki kekuatan dari Dewa Mars. Tapi, tidak dengan darah keturunannya. Kalau aku menikah dan memiliki anak dengan Ian, barulah anakku nanti bisa memasuki Dominic Monster.

Plak! Aku menampar pipi kananku. Apa sih yang aku pikirkan? Ini bukan saatnya untuk memikirkan hal seperti itu. Keluarga dan rumahku berada dalam bahaya. Aku harus melakukan sesuatu untuk membantu. Tapi, apa?

Krasak! Srak!

Aku langsung memasang kuda-kuda begitu mendengar suara gesekan ranting dan dedaunan. Tak jauh dariku, ada sebuah semak setinggi pinggang orang dewasa yang bergerak.

"Siapa di sana?" Tanyaku tanpa mengubah kuda-kudaku.

Seorang pria separuh baya keluar dari semak-semak. Aku menurunkan kuda-kudaku. Rupanya hanya Baron Dejerlink, ayah Elea.

Tunggu! Bagaimana mungkin ia bisa sampai di sini?! Dan, sejak kapan matanya menjadi berwarna kuning dengan manik panjang warna hitam?

Rasanya seperti manik mata ular.

Ah, apa mungkin...

The Only Princess✔ [Sequel BOTP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang