Epilog

5.2K 352 31
                                    

👑👑👑

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

👑👑👑

Aku benar-benar tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihat oleh kedua mataku. Begitu aku membuka mata, pemandangan yang aku lihat adalah kakekku yang menerjang. Berlari menuju Baron Dejerlink yang bisa meledak kapan saja. Kedua kakiku memaksa ingin melangkah maju. Tapi, kakekku itu rupanya sudah meletakkan belenggu es yang menahan kedua kakiku untuk melangkah.

Elea yang berdiri tak jauh dariku hanya bisa menangis. Meraung. Melihat tubuh ayahnya yang sudah jadi bom hidup. Dari jarak yang cukup jauh ini, Elea bisa melihat air mata yang menetes di pipi ayahnya. Alanda memeluk Elea erat. Menahan gadis yang ia cintai itu supaya tidak ikut memeluk ayahnya. Jika itu terjadi, Alanda akan kehilangan Elea. Dan, Elea akan kehilangan 3 hal. Ayahnya, Alanda dan kebahagiaannya.

Aku memutar kepalaku. Menatap kedua kakak dan orang tuaku yang hanya diam. Raut wajah mereka berubah jadi sedih. Dimitri memalingkan wajahnya. Dia kelihatannya menangis. Euclid, bersembunyi di dalam kubah airnya. Juga ikut menangis. Ibuku menangis dalam pelukan ayah. Sementara, ayah menatapku. Kepalanya menggeleng pelan.

"Jangan selamatkan kakek!"

Itu adalah maksud gelengan kepalanya. Aku menatap kakekku yang tersenyum. Air mataku seketika menetes dengan deras.

Tubuh kakekku memeluk Baron Dejerlink yang berusaha melepaskan diri darinya.

"Minggir kau manusia sialan!" Teriak Baron Dejerlink sembari terus berusaha melepaskan diri dari pelukan kakekku.

Sekali lagi, kakek menatapku. Wajahnya yang selalu tampil galak da dingin itu kini tersenyum. Kedua matanya menutup. Lapisan es tebal mulai membungkus kedua kakinya. Terus naik. Membungkus anggota tubuhnya yang lain. Juga, melapisi tubuh Baron Dejerlink.

Elea semakin menjadi-jadi.

"Ayah! Jangan! Jangan lakukan itu! Jangan tinggalkan Elea! Huhu!" Teriak Elea kencang. Tapi, percuma saja. Baron Dejerlink tidak lagi bisa memisahkan diri dari iblis yang mengendalikan dirinya. Baron Dejerlink harus menerima konsekuensi dari perbuatanya.

"Lepaskan aku!" Iblis ular itu terus berusaha melepaskan diri. Sama seperti Baron Dejerlink yang tak bisa lepas darinya, ia juga tidak bisa lepas dari lapisan es kakekku.

"Ristel! Jangan menangis!"

Deg! Suara ini! Suara kakek!

Aku menatap kakekku yang sudah setengah membeku. Air mataku mengalir dengan lebih deras.

"Ini semua adalah pilihan kakek!"

The Only Princess✔ [Sequel BOTP]Where stories live. Discover now