Princess 80

2K 311 1
                                    

👑👑👑

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

👑👑👑

"Tuan Putri Auristele!" Sapa Charolais sembari membungkukkan badannya.

"Salam Dewa Perang, Charolais!" Kataku sembari menundukkan kepala.

Charolais kembali menegakkan tubuhnya. Manik matanya menangkap sosok Ian. Charolais acuh. Kembali menatapku.

Wuah, aku pikir dia akan langsung mengajak Ian adu mulut lagi. Atau, aku pikir malah akan langsung bergelud. Rupanya dia hanha acuh. Aish, tidak seru, ah!

Kenapa Charolais acuh, ya? Apa ceramahanku 3 tahun lalu berhasil? Rupanya anak laki-laki yang keras kepala dan menyebalkan ini sudah bertobat, ya. Atau mungkin karena usia Charolais sudah masuk usia dewasa, pikirannya juga jadi ikut dewasa. Yah, apapun itu alasannya. Aku harap Charolais bisa terus menjaga sikapnya pada Ian.

Tunggu! Karena Ian sedang berada dalam mode menyamar, apa mungkin Charolais tidak tahu kalau anak laki-laki yang 2 tahun lebih muda darinya ini adalah Ian? Tapi, Star kan tadi sudah memanggil 'Tuan Ascian'. Jadi, mana mungkin Charolais tidak tahu kalau dia adalah Ian. Kecuali kalau Charolais ini agak tuli.

Aduh! Bodo amat, deh! Yang penting mereka berdua akur.

"Apa yang anda berdua lakukan di sini?"

Star menjawab, "Kami ingin menghadiri debutante anda, Tuan Putri."

Menghadiri debutanteku? Memangnya, sejak kapan dewa menghadiri pesta perayaan kedewasaan seorang bangsawan? Bukankah itu aneh? Sebenarnya, aku sudah merasa aneh sejak Charolais muncul dan memberiku kekuatan. Karena tidak pernah ada satu pun sejarah yang mengatakan jika Dewa Perang memberikan spirit langsung pada seseorang. Entah seseorang dari kalangan rakyat, bangsawan atau bahkan putri dari Peranto. Rasanya sangat aneh.

Dewa dan manusia kan memiliki tempat tinggalnya sendiri. Dan, setahuku seorang dewa tidak boleh muncul di bumi jika tidak dilengkapi dengan alasan yang masuk akal. Tapi, lihatlah dewa dan dewi ini. Mereka tampil dalam wujud asli mereka hanya untuk menghadiri pesta debutante seorang putri.

Padahal, dulu kakek moyang Charolais yang memberikan berkah pada Peranto. Dia turun ke bumi dalam wujud naga karena ingin melihat reaksi manusia ketika melihat seekor naga yang berharga muncul di tengah perang. Dia ingin tahu siapa yang akan menolongnya. Dan, penolong itu akan diberikan berkah yang bisa digunakan untuk membantu perang. Berkat berkah itu, semua perang di bumi berhasil dihentikan. Ditambah, putri dari Kekaisaran Peranto tidak lagi dianggap sebagai musibah.

"Baiklah! Saya menunggu kehadiran anda berdua!"

Hening. Hanya terdengar suara hiruk-pikuk keramaian di sekitar kami.

Ibukota kekaisaran saat ini begitu ramai. Karena ternyata ada 3 acara besar yang terjadi dalam satu waktu. Pernikahan Avanka. Debutanteku. Dan, hari bintang emas. Pantas saja ibukota kekaisaran saat ini lebih ramai dari sarang semut. Rupanya karena ada 3 acara besar di istana kekaisaran.

Apalagi, aku dengar kaisar mengijinkan semua orang datang. Baik itu rakyat biasa ataupun bangsawan. Yang menerima atau pun yang tidak menerima undangan. Semuanya akan tetap disambut baik di istana kekaisaran.

Hah! Aku tidak tahu akan jadi seramai apa istana kekaisaran saat ini. Aku juga tidak tahu, ada berapa banyak pelayan dan ksatria yang direkrut oleh kaisar untuk membuat pestanya berjalan lancar.

"Maaf mengganggu waktu anda, Tuan Putri. Tapi, kita harus segera pergi. Waktu yang diberikan oleh Yang Mulia Kaisar sangatlah terbatas." Kata Ian, menunduk takzim.

Aku tersenyum. Syukurlah Ian menyelamatkanku dari atmosfer kecanggungan yang begitu mencekam ini. Dia ini memang sangat peka, ya.

Aku tersenyum, menatap Ian, "Ah, aku lupa! Terima kasih banyak karena sudah mengingatkanku!" Kataku.

"Tuan Charolais! Nona Steorra! Saya pamit undur diri. Senang bertemu kalian!" Aku tersenyum. Melambaikan tanganku.

Star balas tersenyum. Ikut melambaikan tangan. Aku dan Ian melangkah pergi.

Aku menghembuskan nafas begitu jarakku dengan Charolais dan Star sudah cukup jauh. Lega rasanya karena aku berhasil membebaskan diri dari kedua anak itu. Kalau aku berada di sana 5 menit lagi saja, aku tidak tahu apa yang harus aku bicarakan.

"Terima kasih karena sudah membebaskanku dari situasi itu, Ian!"

Ian tersenyum. Mengangguk.

Siang ini, aku dan Ian berencana mencari hadiah untuk pernikahan Avanka dan Lottie. Karena tidak mungkin aku memberikan hadiah bros untuk mereka berdua. Itu kan terlalu sederhana. Untuk sekelas seorang kaisar dan ratu, seharusnya patung dari emas atau permata. Tapi, karena aku tidak suka sesuatu yang berlebihan seperti itu. Jadi, aku akan memberikan sesuatu yang sederhana tapi berguna. Lagipula, patung emas palingan hanya akan dipajang dan dibiarkan berdebu saja. Yang ada malah membuang uang dan tenaga hanya untuk hal yang tidak berguna.

Tapi, aku harus memberikan apa, ya? Kan tidak ada barang yang tidak dimiliki oleh Avanka dan calon istrinya itu.

Hah! Kepalaku yang dirancang untuk tidak berpikir ini terasa pusing sekali.

"Apa anda sudah memikirkan akan memberikan hadiah apa untuk kaisar dan ratu Peranto, Tuan Putri?" Tanya Ian.

Aku menggeleng.

Sedari tadi, aku hanya mengajak Ian berputar tanpa tujuan yang jelas. Dia pasti lelah. Tapi, Ian kelihatan begitu senang. Apa karena dia bisa berjalan keluar istana tanpa harus mendengar hinaan yang mengatakan kalau dia monster, ya? Dengan manik mata yang tidak bisa berubah warna sesuai perasaan itu, dia terlihat seperti remaja biasa.

Ah, bicara soal manik mata. Kenapa manik matanya bisa berubah warna, ya? Star sama sekali tidak membahas soal perubahan manik mata. Apa itu adalah kekuatan alami dari Phobos? Tapi, rasanya akan aneh jika seorang dewa yang menimbulkan rasa takut memiliki kemampuan untuk mengubah warna manik matanya sesuai perasaan.

"Nona Charolotte berasal dari wilayah Duchy Sterm, bukan?"

Aku mengangguk.

"Yang saya tahu, Duchy Sterm adalah wilayah penghasil kain tenun dari ulat sutra terbesar. Jadi, mengapa anda tidak memberikan gaun kain tenun khas Stern saja untuk Nona Charlotte?"

"Kau benar, Ian! Lottie pasti senang jika aku memberikan gaun dari kain khas kampung halamannya." Aku tersenyum, "Tapi, bukankah Lottie pasti punya banyak gaun dari kain itu?" Senyumanku menghilang. Bergantikan wajah bingung dan sedih.

"Saya yakin, bagi Nona Charlotte, gaun dari Tuan Putri pasti akan lebih berharga dari gaun manapun."

Senyumanku kembali merekah.

Astaga! Anak laki-laki ini sudah hebat sekali dalam menenangkan seorang wanita. Padahal, dulu dia begitu dingin dan acuh padaku. Tapi, lihatlah dia sekarang. Begitu lembut dan hangat. Bagaimana mungkin aku bisa tidak jatuh cinta padanya.

"Apa kau tahu tempat yang menjual kain khas Sterm?"

Ian mengangguk.

Aku dan Ian kembali berjalan. Dan, kali ini kami punya tujuan.

Aku menatap wajah Ian yang menatap lurus ke depan. Ksatria pribadiku ini manis sekali.

Aku.... rasanya jadi semakin suka dia.


The Only Princess✔ [Sequel BOTP]Where stories live. Discover now