"Latihan Sepak Bola sama Kampung sebelah"

526 69 4
                                    

Matahari terasa terik, hal itu menunjukan bahwa waktu sudah mendekati tengah hari. Saat ini Asep, Kai dan Jimi tengah berjalan santai sembari melihat Jennie yg berjalan di depannya dengan ceria, sesekali ia melompat saat ada batu kecil yg menghadang jalannya. Hal itu membuat ketiga pemuda yg berjalan di belakangnya terkekeh gemas.

"Sep, kamu kasih apa Neng Jen bisa seceria itu?" Bisik Jimi pada Asep

"Dikasih cendol sama batagor tadi depan SMA" Jawab Asep yg membuat Jimi dan Kai tertawa.

"Eh, seriusan cuma dikasih itu aja?"

"Iya, tp tadi saya sempat ngasih tau Neng Jen kalo kita setelah ini mau latihan sepak bola. Jd dia mau ikut nonton katanya, mungkin karena itu Neng Jen keliatan ceria" Jelas Asep yg diangguki oleh Jimi dan Kai.

"Asiik sore ini gue bakal nonton Asep latihan, aduh gilaseh gak kebayang ntar Asep gimana" Batin Jennie semangat

Namun tiba-tiba Jennie menghentikan langkahnya karena merasa ada sesuatu yg jatuh dibahu bagian belakangannya. Saat ia berniat melihat ke arah belakang...

"Neng Jen jgn dilihat" Larang Asep kemudian menghampiri Jennie

"K-kenapa Sep?" Tanya Jennie gugup

"Sebentar, tenang ya" Asep mengambil sebuah ranting jatuh, kemudian ia menghampiri Jennie yg terlihat kaku.

"A-ada apa sih Sep?"

Asep tak menjawab, ia mengarahkan ranting tersebut pada bahu Jennie, kemudian menyingkirkan sesuatu yg menempel disana.

"Nah, sudah" Asep tersenyum ke arah Jennie

"Emangnya td yg nempel dibahu gue apaan Sep?" Tanya Jennie lega

"Itu" Tunjuk Asep pada seekor ulat berwarna hijau tanpa bulu yg sudah tergeletak di tanah. Ukuran ulat tersebut cukup besar, mungkin seukuran jempol orang dewasa. Jennie yg melihat itu terkejut, ia merasakan tubuhnya merinding dan kakinya tiba-tiba lemas. Gak kebayang kalo misalnya tadi ia melihat hewan menggelikan tersebut berada di bahunya mungkin ia sudah pingsan. Bukannya lebay atau apa, tp emang setakut itu Jennie dengan ulat.

Untung saja Asep langsung membantu Jennie tanpa memberi tahunya terlebih dahulu, karena kalo engga Jennie mungkin akan panik.

"Sep, thanks ya lo udh bantu gue tanpa ngasih tau dulu, kalo gak mungkin gue udh pingsan kali" Ucap Jennie masih dengan nada bergetar ketakutan.

"Iya sama-sama Neng"

Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan, Jennie  berjalan menghindari pohon2 yg berdaun rusak. Karena ia tahu pasti disana terdapat hewan2 musuhnya itu.

"Sep, kok lo tau gue takut sama ulet?"

"Nek Dedeh pernah cerita sama saya Neng" Jennie mengangguk sebagai jawaban.

Hening untuk beberapa saat, sampai Jennie mengingat pertanyaannya tadi pagi.

"Sep, selama gue disini gue gak pernah liat lo megang Handphone" Tanya Jennie penasaran, sementara Asep hanya terkekeh

"Saya gak punya Handphone Neng" Jawabnya santai

"Eh, seriusan?"

"Iya Neng, orang2 dikampung sini pada gak punya Handphone kecuali orang2 penting, sama orang berada" Jelasnya

"Lagian ya Neng, disini itu susah kalo mau beli alat elektronik termasuk Handphone, mana sinyal jelek, TV aja cuma beberapa yg punya. " Timpal Jimi

"Terus cara kalian komunikasi atau belajar gimana?"

"Komunikasi bisa lewat surat atau ketemu langsung, contoh tuh si Jimi, dia dulu pacaran suka bentrok sama selingkuhan, salah ngirim surat ataupun jam ketemuan, ujung-ujungnya pacar dia berantem sama selingkuhannya ahahahah" Jelas Kai yg membuat Jennie takjub+miris sementara si topik pembicaraan hanya menatap datar keduanya.

Petani CoganWhere stories live. Discover now