"30Des-16Jan"

547 88 25
                                    

Hembusan angin malam yang dingin diiringi suara jangkrik dan katak yg saling bersahutan menambah kesan pedesaan yg sangat kental. Duduk berdua dikursi bambu menghadap luasnya pesawahan yg asri, itulah yg dilakukan Asep dan Jennie saat ini.

"Sep, lo mau ngomong apa?" Ujarnya mengawali percakapan.

"Besok kamu kembali ke Jakarta ya neng?"

Deg

"Njir, kok Asep bisa tau gue mau balik?"Batin Jennie

" Saya tau dari Mang Cahyo waktu nganter kamu pulang neng kkkkkk" Jawab Asep terkekeh melihat raut wajah Jennie yg kebingungan.

"Beliu juga bilang, katanya kamu gak mau pulang kalau saya gak ikut, bener itu neng?"

"Ember banget sih punya Daddy" Batin Jennie

"B-bener Sep" Jawabnya malu

"Boleh saya tau alasannya?" Jennie tampak berfikir keras, ia bingung antara jujur atau berbohong dengan alasan lain.

"G-gue gak mau jauh sama lo Sep, gue udah terbiasa hidup sama lo meskipun cuma 3 minggu. Gue sayang sama lo... " Pada akhirnya Jennie memilih jujur, Asep tersenyum lembut ke arah gadis 18 tahun tersebut.

"Saya juga berfikir begitu kok neng, kalau boleh egois, saya mau kamu tetap tinggal disini sama saya. Tapi saya tau, kita punya kehidupan masing-masing untuk saat ini, jadi mau tidak mau perpisahan ini memang harus kita lalui." Mendengar ucapan Asep, Jennie tak bisa lagi menahan air matanya.

"Hiks... Gue gak mau pisah sama lo Sep hiks.. Nanti hiks kalo gue pulang, siapa yg bakal jagain lo dari ulet-ulet kegatelan itu hiks.....terus, gimana nanti kalo lo malah suka sama cwek lain, terus nanti gue ditinggal kawin, hiks gue gak mau kayak gitu hiks..hiks...hiks..." Asep tertawa pelan, ia merasa lucu dengan tingkah Jennie yg menangis takut kehilangan.

"Suuut... Udah ah nangisnya, masa udah cantik-cantik gini nangis sih. Neng, dengerin saya... " Jennie yg sedari tadi sibuk menutup wajahnya dengan tangan kini perlahan menyingkirkan tangan lentik itu dari wajah cantiknya. Kemudian ia menatap Asep dengan mata bengkak berair, hidung memerah dan pipi yg tak kalah merah. Bolehkah Asep merasa gemas?

"Jangan takut masalah jodohmah neng, karena jodoh itu sudah diatur sama Allah. Sebenci apapun kita pada seseorang, dan sejauh apapun jarak diantara keduanya, kalau takdir mereka berjodoh, maka akan selalu ada jalan untuk mendekatkan keduanya. Begitupun sebaliknya neng, meskipun seseorang  itu sudah menjalin hubungan begitu lama, sudah saling mengenal jauh, namun jika Yang Maha Kuasa berkata ia bukan jodohmu, maka tidak akan pernah bisa bersatu." Bukannya tenang, tangis Jennie malah tambah keras mendengar perkataan Asep.

"Hwueee......... "

"Eh neng kok nangis lagi?" Panik Asep

"K-kalau kita gak berjodoh gimana Sep hiks?"

"Saya juga gak tau neng, itu semua rahasia Yang Maha Kuasa. Kita sebagai hamba hanya bisa berdo'a dan berharap yg terbaik. Yg paling penting sekarang kita perbaiki lagi ibadah kita dan ikhlas menerima apapun yg sudah ditakdirkan. Tapi eneng harus percaya satu hal, kalau kita sabar, InsyaAllah kita mendapat hasil terbaik yg tidak kita sangka-sangka. Serahkan semuanya sama Allah neng" Asep tersenyum lembut ke arah Jennie.

"I-iya Sep InsyaAllah gue bakal berubah ke arah yg lebih baik"

"Aamiin.... " Jawab Asep

"Oh iya neng, ini saya punya sesuatu buat kamu" Asep menyodorkan sebuah kotak yg dibungkus kertas kado berwarna hijau.

"Kado apaan nih Sep?" Tanya Jennie sembari membuka kertas pembungkus kado.

"Hmmm berasa dejavu" Batin Jennie

Petani CoganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang