"Ikhlas Gak Ikhlas"

527 79 22
                                    

Malam itu, ketika sebagian orang tengah tertidur nyenyak, seorang pemuda terlihat bersimpuh diatas sejadah sembari mengangkat kedua tangannya, memohon petunjuk dan kelancaran kepada Yang Maha Kuasa atas niatnya esok hari.

"......Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa dan Maha Mengetahui. Sesungguhnya hamba  meminta pilihan yang terbaik menurutMu.

Ya Allah, beri hamba kemudahan dan kelancaran dalam menunaikan niatan hamba untuk melamar Neng Jennie esok hari. Jika ia adalah sosok yang Engkau takdirkan untuk hamba, maka lancarkanlah segala sesuatunya. Namun jika bukan, hamba berpasrah dengan segala kemungkinan yang terjadi, asalkan itu yang terbaik menurutMu....."

Selesai berdo'a, pemuda tersebut mengukir senyum teduh, seakan beban yang selama ini menumpuk terangkat begitu saja.

"Saya akan menerima apapun hasilnya nanti" Batinnya.

..........



Malam berganti pagi, pagi beranjak siang begitupun siang yang saat ini sudah memasuki waktu petang. Terlihat kesibukan terjadi disebuah rumah besar dikawasan perum elit Jakarta.

"Makanannya udah siap kan?"

"Udah Ma" Jawab Yuna pada ibu mertuanya yang terlihat bersemangat.

"Tamunya datang jam berapa Yun?"

"Setelah magrib Ma." Nek Dedeh mengangguk kemudian lanjut menata piring diatas meja makan.

Sementara itu, Cahyo terlihat duduk anteng ditemani seorang pria usia 68an.

"Yo, kamu yakin? Jennie kan masih kecil."

"InsyaAllah Pih, kalo jodohnya udah datang kan jangan dihalang-halang... " Ujar Cahyo sembari terkekeh pada Ayah mertuanya/Papih Yuna/.

"Kamu sudah kenal baik sama calonnya? Kamu gak takut anak semata wayang kamu bakal disakitin laki-laki itu?" Tanya sang kakek tidak yakin.

"Tenang aja Pih, Cahyo yakin Papih pasti setuju kalo udah ketemu langsung sama calonnya Jennie" Ujar Cahyo meyakinkan sementara sang Ayah mertua hanya mengangguk.

"Kita liat aja nanti" Batinnya

..............





Adzan magrib telah berkumandang 30 menit lalu. Semua persiapan di rumah Jennie sudah selesai, hanya tinggal menunggu kedatangan Asep dan keluarganya. Sementara itu, keluarga Ramdan sudah tiba lebih dulu bersama Kai, Jimi dan Iros.

"Bi, Jennie mana?" Tanya Lilis sembari celingukan mencari Jennie.

"Di kamarnya, kamu masuk aja gih" Lilis mengangguk kemudian menarik Iros bersamanya.

"Na kamu gak ikut juga?" Tanya Yuna kepada Erna yang duduk di sampingnya.

"Engga Bi " Jawabnya sopan.

"Kamu harus bisa move on dari Asep Na" Celetuk Nek Dedeh jahil.

"Ih kok jadi bahas move on sih Nek?"

"Ya abisnya kamu keliatan kayak yang patah hati gitu"

"Engga Nek, Erna udah ikhlasin A Asep kok" Nek Dedeh tertawa sementara Erna terlihat merajuk.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Petani CoganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang