"Ikan Koi Makan Rengginang"

586 85 9
                                    


Tak..

Tak..

Tak..

Tak..

Cahyo serta semua orang yang ada di ruang tengah mengalihkan tatapannya serempak ke arah tangga, dimana Jennie tengah berlari turun dengan penampilan yang acak-acakan.

"Hahh Dad, Asep mana?" Jennie terengah sembari menatap Daddynya resah.

"Udah pulang barusan" Jawab Cahyo datar.

Tanpa basi-basi Jennie langsung berlari ke arah pintu keluar.

"Semoga gue masih bisa ngejar lo Sep" Batinnya

Sepertinya dewi fortuna masih berpihak pada Jennie kali ini. Disana, di depan gerbang rumahnya, terlihat Asep dan keluarganya tengah berdiri menunggu angkutan umum.

"ASEP TUNGGU!"

Asep yang kala itu tengah melamun langsung tersadar saat teriakan Jennie terdengar begitu keras.

"Neng Jen?" Gumam Asep sembari menatap Jennie yang berlari ke arahnya.

Namun...




Brugh!


"Innalillahi, Neng... " Asep berjalan tergesa menghampiri Jennie yang jatuh tersungkur di halaman rumahnya sendiri.

"Aish, siapa sih yang naroh batu disini?!" Jennie kesal, kemudian melempar batu sebesar kepalan tangan yang tadi membuatnya tersandung ke luar tembok rumah.

Prang!

Gog! Gog! Gog!


"Mampus kena kaca rumah orang, mana yang punya rumah melihara anjing galak lagi hwueee... " Batin Jennie miris.

"Astaghfirullah, Neng gapapa?" Asep jongkok didepan Jennie yang terduduk di atas tanah berumput.

Jennie terpaku saat Asep menyentuh keningnya yang agak memar akibat terjatuh. Namun, bukan hanya itu yang membuat Jennie bungkam, melainkan mata Asep yang menatapnya begitu khawatir. Hal tersebut berhasil membuat Jennie semakin merasa bersalah terhadap sikapnya beberapa menit yang lalu.

"Sakit ya Neng? kenapa pake lari segala atuh, kan jadi jatoh... " Asep mengambil rumput-rumput yang menempel di rambut Jennie.

"Asep..... " Panggil Jennie dengan nada bergetar.

"Iya Neng?"

Grep!

Deg!

"Maafin gue hiks...gue gak bermaksud maenin perasaan lo Sep hiks. Gue... gue cuma bingung aja, gue takut gak bisa jadi yang terbaik buat lo nantinya hiks.. hiks.. Tapi, sekarang gue sadar, apapun yang terjadi nanti biar urusan nanti, asalkan lo ada di samping gue, gue pasti bisa ngelalui semua cobaan nantinya. Gue nerima lo Sep, gue mau jadi istri lo.. "Jennie menenggelamkan wajahnya didada Asep sembari tangannya meremat baju pemuda tersebut hingga kusut.

Tubuh Asep yang tadinya menegang karena pelukan tiba-tiba Jennie, bisa lebih relax saat untaian kalimat jujur keluar dari mulut gadis yang tadi berhasil membuatnya patah hati.

"Iya gapapa Neng, meskipun Eneng menolak pun saya ikhlas kok. Jadi, Eneng gak perlu memaksakan diri kalo belum siap.. " Jennie melepas pelukannya kemudian menatap Asep.

"Gue serius Sep, gue siap."

"Memangnya Eneng gak mau melajang dulu? Siapa tau Eneng mau melanjutkan kuliah atau cari pengalaman lain diluar sana tanpa terbebani status sebagai istri... " Asep berujar lembut.

Petani CoganOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz