"Janji Suci Asep & Jennie"

722 97 40
                                    


Menikah adalah ibadah yang paling lama. Hukumnya menjadi wajib bagi orang yang sudah mampu untuk berumah tangga, baik secara mental maupun finansial. Kenapa? karena menikah bisa menghindarkan manusia dari perbuatan zinah.

Menikah itu suatu momen yang sakral, sekali dalam seumur hidup. Namun kita tidak tau kapan dan dengan siapa kita akan menikah. Begitupun dengan Jennie, ia tak menyangka akan menikah dalam waktu cepat bersama sosok pria idamannya.

Berawal dari pertemuan keduanya di sawah Nek Dedeh kala itu, siapa sangka sosok Jennie si anak kota yang manja, sombong, dan kekanakan akan bersanding dengan sosok Asep, si petani muda yang ramah, dewasa dan berakhlak mulia.

Jika bukan karena hukuman Cahyo, mungkin keduanya tak akan bertemu. Namun, itulah yang namanya takdir. Tak bisa ditebak atau diprediksi, cukup ikuti saja alurnya akan kemana.






Saat ini jam sudah menunjukan pukul 08.00, terlihat seorang pemuda tengah berdiri di depan cermin mengamati penampilannya yang tengah mengenakan baju kurung putih lengan panjang khas melayu senada dengan celana bahan dan aksesoris lainnya, tak lupa kopyah hitam dan kaca mata sebagai pelengkap, menambah kesan dewasa dan berkharisma.

"Bismillahirrahmanirrahim, Ya Allah semoga acara akad hari ini berjalan lancar Aamiin... " Gumamnya pelan sembari membenarkan letak kopyahnya.




Cklek



Pintu terbuka, dan masuklah seorang pria paruh baya dengan stelan batik coklat dan celana bahan hitam.

"Jo, udah siap?" Pemuda yang dipanggil Jo terlihat mengangguk sembari tersenyum. Namun, hal itu tak bisa menyembunyikan raut tegang dan gugup dari wajah tampannya.

"InsyaAllah Yah, siap." Agung terkekeh kemudian mengajak sang anak duduk di pinggir ranjang yang ada kamar tersebut.

"Kamu gugup Jo?"

"Ehehhe iya Yah, sedikit... "  Agung tersenyum lembut khas seorang Ayah, kemudian memegang bahu putranya.

"Jo, Ayah bangga kamu sudah berani mengambil keputusan sebesar ini. Tapi kamu taukan, tanggung jawabnya juga tak kalah besar. Menikah bukan hanya sekedar memberi nafkah lahir atau batin, namun kamu juga harus bisa membimbing istri dan anakmu kelak kejalan yang benar, ke jalan yang diridhai Allah. Pesan Ayah, sesusah dan seberat apapun cobaan kamu kedepannya, jangan pernah tinggalin keluarga kamu. Jangan mengulang kesalahan yang pernah Ayah lakukan ya Jo." Asep mengangguk sementara Agung berusaha menahan air matanya.

"Iya Ayah, InsyaAllah Taejo akan ingat semua pesan Ayah."

"Kalo gitu, ayo kita siap-siap ke rumah Cahyo." Agung beranjak diikuti Asep.

"Ayah... " Agung melirik kearah Asep.

"Iya?"


Grep


Asep memeluk sang Ayah erat, sementara Agung terkekeh sembari menepuk punggung putranya.

"Yah, terimakasih untuk segalanya... "

"Iya, Ayah bangga sama kamu Jo, dan Ayah yakin Ambu kamu juga pasti bangga dan terharu melihat putranya akan menikah." Asep mengangguk pelan.

"May, putra kita sudah tumbuh dewasa" Batin Agung sendu karena sang istri pertama tidak bisa menyaksikan pernikahan anak mereka.










.........

Lain Asep lain pula Jennie, saat ini gadis yang sebentar lagi akan di persunting Asep itu baru saja selesai dirias. Gaun kebaya putih senada dengan hijabnya yang di tata sedemikian rupa, serta polesan makeup tipis menambah kecantikan seorang Jennie Tania Bramantyo.

Petani CoganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang