Part 7

923 117 3
                                    

Seperti hari-harinya sedari kecil,  Harvey sudah bangun di pukul empat. Memakai pakaian olahraga dan berlari pagi hingga jam lima. Disaat semua tetangganya kebanyakan masih tertidur lelap, rumah Harvey sudah riuh dengan kegiatan. Semua asisten rumah tangga sudah bekerja sesuai job desknya masing-masing. Mereka sudah terbiasa. Tapi pada awalnya semua pasti terasa berat. Menjadi dsiplin itu susah. Membentuk kebiasaan itu nggak mudah.

Jadi Harvey tidak heran melihat Mio pagi ini sudah di ceramahi ibunya. Dasarnya ibunya memang sudah gatal ingin mengomentari apapun yang di lakukan Mio sampai rasanya, Mio bernafas saja juga salah.

"Nggak boleh ada suara saat mengangkat kursi apalagi waktu memindahkan piring." Ucap mama Harvey sambil berdiri di samping Mio yang sedang mencuci piring, "Mmh, kamu itu di Serasan nggak pernah ngerjain tugas rumah ya? Kamu naroh piring basahnya berantakan."

"Maaf ya Tante. Saya masih harus banyak belajar."

"Iya kamu harus banyak belajar. Jadi ibu rumah tangga itu susah. Apalagi kayak saya, ibu rumah tangga sekaligus ibu bekerja. Nggak mudah loh. Oh iya tapi nyari kerja lulusan SMU di sini susah sih."

Bibir Mio tersenyum, "Iya. Orang-orang sini semua lulusan sarjana ya Bu?"

"Memang. Nggak ada yang enggak." Seloroh ibu Harvey jutek.

Luarrrr biasa. Harvey menahan diri untuk nggak tepuk tangan. Gila. Kalau Mio sampai tahan tinggal di rumah ini sampai seminggu lagi. Harvey janji ia rela ngemil gereh ikan hiu asin.

"Mas Harvey. Mau sarapan bubur atau roti mas?" Tanya mbak Ayu salah satu asisten rumah Harvey yang memang bertugas di dapur mengejutkan lamunan Harvey.

"Bubur." Jawab Harvey sambil menyesap secangkir teh di potong suara ibunya yang ikut menyuruh Mio makan di meja makan.

"Mba Mio juga bubur?" Tanya mbak Ayu.

"Iya boleh mbak." Jawab Mio. Ia tersenyum sambil mengambil mangkuk yang di sodorkan mba ayu.

"Saya itu kalau habis cuci piring langsung pakai Handbody mbak Mio biar nggak kering kulitnya." Celoteh mba Ayu membuka pembicaraan, "Mbak Mio pakai Handbody merk apa ?"

Mio tersenyum,"Saya nggak pakai Handbody."

"Terus pakainya apa?"

"Autan."

Harvey tersedak. Tehnya hampir muncrat keluar karena nahan ketawa. Untungnya, ia biasa menghadapi situasi-situasi pasien ajaib juga di poliklinik jadi dengan cepat Harvey bisa mengamankan situasi.

Disaat yang sama mbak ayu malah tertawa, "Emang di Serasan nggak ada toko kosmetik toh mba?"

"Ada."

"Motor?"

"Ada."

"Kalau mobil mbak?"

"Ada."

"Oh saya kira. Soalnya saya denger pulau Serasan masih banyak buaya, mbak Mio."

"Disana saya kemana-mana nggak naik buaya kok mbak."

Harvey mengumpat dalam hati. Nggak tahan lagi untuk nahan ketawa. Apalagi ditambah mata Harvey nggak sengaja bertatapan dengan wajah ibunya, yang masih bertekad masang wajah jutek tapi nggak kuat nahan ketawa juga.

Catatan Mio Where stories live. Discover now