Part 15

750 109 2
                                    

"Kenapa kalian lama banget? Kalian kemana aja?" Tanya ibu Harvey tanpa basa-basi, sudah dengan pakaian tidurnya, berdiri menunggu sambil menggerutu, begitu Harvey membuka pintu samping rumahnya hendak masuk bersama dengan Mio.

"Nggak kemana-mana mah. Beli baterai langsung pulang." Jawab Harvey sambil melepaskan beberapa kancing kemejanya dengan wajah lelah.

"Ah masa'?" Ibu Harvey mengerucutkan bibir tak percaya dan kini pandangannya langsung teralih ke Mio, yang berdiri terdiam dengan wajah polos tanpa dosa dekat pintu, "Tadi kamu minta antar Harvey kemana lagi selain ke toko handphone?"

Mio menggeleng, "Nggak Tante."

"Mah, Mio itu nggak minta di antar kemana-mana. Dari awal aku juga yang maksa Mio untuk ngajak dia pergi ke toko handphone. Bukan dia yang minta." Sela Harvey mulai terpancing kesal.

Mata ibu Harvey seketika memincing, "Kenapa kamu segitu pedulinya sama baterai handphone Mio?"

Harvey menggertakan gigi, buat apa juga ia harus cerita kalau kakaknya Altair memborbardir nya dengan telepon setiap kali telepon Mio tidak bisa di hubungi? Harvey yakin kalau mamanya sampai tau soal info itu, ibunya bisa-bisa malah makin emosi.

"Menurut mama gimana reaksi keluarga Mio di Serasan, kalau sampai anak perempuan nya susah di hubungi gara-gara baterai handphone nya rusak?"

"Ah." Ibu Harvey yang tadinya sudah siap merempet protes langsung mengatupkan bibirnya lagi sambil melirik Mio kecut, "Tapi nggak perluh pulangnya sampai semalam ini, apalagi kalau kegiatannya nggak penting-penting banget.  Karena kalian itu jam sepuluh sudah harus....."

"Sudah harus masuk kamar. Iya. Harvey paham." Potong Harvey. Ia menyelesaikan kalimat ibunya dengan sangat fasih karena ia sudah mendengar peraturan konyol itu di ulang ibunya jutaaan kali sejak ia kecil.

"Ya bagus kalau kalian paham, sekarang, sana Mio balik kamar. Jangan lupa harus mandi sepulang dari pergi. Besok pagi siap jam empat. Juga jangan berisik ya. Apalagi sampai kamu mecahin lampu kamar lagi."

Harvey menghela nafas dari sela-sela gigi, hampir saja ia kelepasan lagi untuk bicara. Ya karena apa salah Mio soal kejadian lampu pecah? Dia bahkan nggak ngapa-ngapain. Tapi emosi Harvey langsung terdistraksi oleh suara Mio di belakang, "Iya Tante." Ucap Mio sambil meletakan seplastik wedang tahu yang tadi ia beli di atas meja makan, "Tante ini wedang tahu."

"Hmm?" Mama Harvey mengerjapkan mata menatap wedang tahu di atas meja makannya.

"Masih hangat. Untuk Tante." Tambah Mio sambil tersenyum kemudian menaiki tangga menuju ke lantai dua.

Dan begitu Mio menghilang dari pandangan, ibu Harvey langsung menolehkan wajah dengan ekspresi bingung pada Harvey,  "Darimana Mio tau mama suka wedang tahu? Kamu yang ngasih tau?"

"Nggak." Harvey menggeleng. Dirinya sendiri aja tidak tau kalau ibunya suka wedang tahu.

"Oh...."

Harvey melirik ibunya dan sebelum ia berjalan menuju kamarnya ia berkata, "Mulai sekarang mama jangan terlalu keras lagi dengan Mio. Ya?"

Catatan Mio Where stories live. Discover now