Part 10

848 100 1
                                    

"Duduk Diluar sana." Harvey berdeham. Berusaha memusatkan pikirannya kembali. Kembali profesional. Mengulang sumpah dokternya untuk melayani semua makhluk hidup tanpa terkecuali, "Biar saya periksa."

Mio menoleh kearah kursi sofa kecil satu-satunya di ruang luar kamarnya. Kemudian berjalan ke arah sana sedikit berjinjit membuat Harvey heran.

"Kamu kenapa jalannya jinjit?"

"Oh." Pipi Mio merona lucu, "Biar nggak berisik. Soalnya lantai kayu gampang ngeluarin suara."

Harvey berdeham lagi, sedikit teringat kejadian kemarin dan lagi-lagi merasa sedikit bersalah, "Saya periksa kulit kepalamu. Siapa tau ada pecahan beling." Kata Harvey saat Mio sudah duduk di sofa tepat dibawah lampu dan Harvey sudah meletakan kotak obat di meja samping sofa.

"Biasanya kasus kayak gini rambutnya harus di gundul." Harvey berusaha bercanda untuk menghilangkan rasa gugup konyolnya saat menyentuh rambut Mio.

Sialnya Mio malah ngangguk-ngangguk pasrah. Yah, di ajak bercanda justru serius, otomatis gagal sudah humor Harvey.

"Untungnya nggak pecahan kaca sepertinya ya." Harvey menghela nafas. Perlahan membersihkan dan mengobati luka di kening Mio yang tidak begitu parah, hanya luka lecet yang agak dalam, "Sekarang saya periksa jarimu?"

Mio nengangguk, tanpa sadar ia menggulung lengan kausnya sedikit ke lengan. Ini pertama kalinya Harvey melihat lengan Mio. Karena darikemarin Mio selalu memakai kaus lengan panjang.

Lengan Mio putih seputih wajahnya tapi bukan itu yang menarik perhatian Harvey. Tapi luka lebam-lebam berwarna biru kehitaman yang mungkin sudah ada sejak berhari-hari.

Begitu Mio menyadari Harvey menatap lebam di tangannya Mio buru-buru menutup lengannya lagi dan tersenyum, "Ini karena saya ngangkat koper kemarin."

"Itu bukan lebam karena ngangkat koper." Harvey menatap Mio tajam, "Saya dokter, Mio. Kamu nggak bisa bohongi saya."

Mio menggigit bibirnya, senyumnya sedikit memudar, "Saya jatuh."

"Altair tau lenganmu lebam-lebam?"

Mio terperangah, "Jangan kasih tau mas Al!"

"Jadi dia nggak tau?"

Mio menggeleng dengan cepat, "Saya jatuh. Ini bukan salah mas Altair."

"Kalau memang begitu versi ceritamu  seenggaknya kamu jangan matikan handphone. Altair nggak bisa ngehubungi kamu daritadi siang. Jangan buat kakak saya makin khawatir."

"Iya." Mio mengangguk cepat, "Kalau gitu saya balik ke kamar sekarang ya mas Harvey?"

"Jarimu gimana?" Tanya Harvey melihat Mio terburu-buru masuk ke kamarnya.

"Nggak apa-apa. Pasti nanti sembuh." Jawab Mio sambil menutup pintu kamarnya dengan buru-buru.

Harvey menghela nafas sebelum kemudian perlahan menyelipkan plester luka di bawah pintu Mio, "Pakai ini nanti. Periksa lagi kasurmu sebelum tidur. Jangan sampai masih ada pecahan beling. Hati-hati."

Catatan Mio Where stories live. Discover now