3

388 38 0
                                    


Suara dari dua mobil sport itu menjadi musik yang memenuhi arena balap liar. Semua orang yang ada berdiri mengelilingi kedua mobil berbeda warna itu untuk melihat aksi yang pasti akan sangat menakjubkan.

Jisung terus memainkan gas mobil pada kakinya. Kepalanya berahli melihat pemuda bersurai blonde yang berada di dalam mobil tepat di sebelahnya. Memberikan senyuman menggoda namun menantangnya sebelum menaikkan kaca mobil miliknya.

Dan saat pemandu membiarkan kedua mobil melaju, Jisung lebih cepat menekan pedal gas dengan kuat. Membuat dirinya menjadi pendengara yang lebih unggul. Tentu saja, Jisung adalah pembalap yang sebenarnya.

Melihat mobil lawan berada dengan jarak yang cukup jauh, membuat pemuda itu sedikit mengerang kesal. Kakinya menekan pedal gas menjadi lebih kuat untuk mendapatkan kecepatan yang lebih besar.

Mengetahui mobil berwarna merah yang terus berusaha untuk mengalahkannya, senyuman kemenangan namun penuh dengan kelicikan itu terlihat pada bibir merah Jisung. Ah, dirinya merindukan permainan yang memacu adrenalinnya itu.

"Berhentilah bermain-main, Han Jisung!" Suara geraman Minho tiba-tiba saja terdengar melalui earphone transparan pada telinga Jisung "mengalah, dan biarkan dia memenangkannya!".

Mendengar itu, Jisung berdecak kesal. Hatinya mengumpat untuk ketiga pemuda yang selalu saja membuat peraturan menyebalkan untuk dirinya.

Dengan ketidak inginannya, Jisung terpaksa merendahkan pijakan pada pedal gasnya tepat pada jalan berbelok. Membiarkan mobil merah milik targetnya melaju mendahului dirinya.

"Kau senang, Lee!" Jisung berbicara dengan penuh kekesalan saat dirinya benar-benar dikalahkan.

Wajah pemuda Han itu memperlihatkan ketidak senangan saat melangkah keluar dari mobil sport berwarna kuning miliknya.

Mendapatkan itu, pemuda bersurai blonde berjalan dengan senyuman kemenangan di wajahnya. "Jadi, bagaimana? Kau tidak melupakan kesepakatan kita, bukan?" Suaranya yang terdengar merendahkan.

...

Jisung melenguh saat lidah pemuda itu terus bermain dengan lidahnya. Mengakui bahwa si pemilik surai blonde adalah seorang pencium yang handal.

Tubuh Jisung terjatuh bersamaan dengan pemuda yang berada di atasnya tepat di sofa. Ciuman yang tidak berhenti itu terus turun hingga ke leher Jisung. Tetapi, otak Jisung yang masih berfungsi membuat tangannya membawa wajah pemuda itu untuk kembali mencium bibirnya. Baiklah, Jisung tidak ingin pemuda menjijikkan itu akan membuat tanda pada leher putihnya.

Melepaskan ciumannya, kedua mata itu saling menatap dengan tatapan berbeda. Jisung tahu, pemuda di hadapannya tengah berada di bawah kendali gairahnya. Jisung sangat jelas melihat itu dari mata penuh nafsu yang menatap intens pada manik berwarna miliknya.

Dengan nafas terengahnya, pemuda itu berbicara, "kau tahu..... bibirmu memiliki rasa terbaik dari yang pernah kurasakan".

Jisung menyeringai, "aku yang terbaik. Dan kau harus tahu itu" balasnya dengan suara menggoda.

Mendengarnya, pemuda itu kembali memberikan ciuman singkatnya pada bibir Jisung. "Bisakah, kita memulai sekarang? Milikku tidak sabar berada di dalammu" lirihnya.

Tidak segera menjawab, Jisung menyentuh wajah tampan di hadapannya. Memberikan tatapan yang tidak dapat diartikan dengan tangan yang bergerak halus mengusap wajah memerah yang telah dikuasai oleh nafsu itu.

"Kau..... langsung ingin ke intinya?" Tanyanya masih dengan suara menggoda.

Mendapatkan anggukan seperti anak anjing itu, Jisung dibuat tertawa ringan. "Baiklah....." suaranya lagi "kalau begitu..... ayo, langsung bermain ke intinya, Tuan Shin!".

Red Light Of Maniac Where stories live. Discover now