31

175 26 66
                                    

Dengan langkah gugupnya, Jisung mulai memasuki ruangan yang ada di balik pintu berukuran besar di hadapannya. Suhu ruangan yang sangat dingin begitu saja menyapa kulitnya saat memasuki ruangan yang di mata Jisung terlihatlah sangat menakjubkan. Hingga tanpa sadar membuat langkah pemuda Han itu reflek berhenti.

"Kenapa diam? Ayo masuk".

Suara milik Chan berhasil mengejutkan Jisung dari kekagumannya. Pemuda Han itu kembali melanjutkan langkahnya untuk masuk lebih dalam pada ruangan putih bergaya modern itu.

Ini adalah ruang kerja pribadi Bangchan di perusahaan milik pemuda Bang itu. Besar dan terlihat mewah. Sungguh, Jisung tidak percaya jika Bangchan sangatlah kaya. Ruangan kerja ini saja sudah menyatakan dengan jelas seberapa besar kekayaan pemuda Bang yang saat ini adalah kekasihnya.

Mengetahui jika Jisung mendapatkan kekagumannya, Bangchan dibuat tersenyum. "Lain kali, aku akan membawamu ke mansion ku" ucapnya dengan sedikit menggoda.

Baiklah, Jisung merasa sangat malu. Bangchan bukan hanya memiliki kekayaan, tetapi, dirinya juga memiliki banyak sekali perkataan untuk membuat Jisung memerah.

Melangkah mendekati jendela berukuran sangat besar tepat di belakang meja kerja, mata Jisung membulat dengan penuh kekaguman saat manik kecoklatannya melihat bagaimana menariknya penampilan kota dari balik kaca itu. Senyuman tipis bahkan terlihat di kedua sudut bibirnya.

"Kau menyukainya?".

Lagi, suara dalam Bangchan yang tepat di pendengarannya berhasil mengejutkan Jisung. "Kenapa kau menjadi lebih sering mengejutkanku?!" Jisung berkata dengan intonasi protesnya seraya memukul tangan Bangchan yang tengah memeluk tubuhnya dari belakang.

Mendengar itu, Bangchan tertawa ringan. "Maaf. Aku tidak bermaksud melakukannya" ucapnya dengan memberikan ciuman singkat pada pipi si pemuda Han.

Ceklek

"Yak! Cristopher..... Ya ampun! Kesialan apa lagi yang kudapatkan!".

Tubuh Jisung dan Bangchan reflek mengambil jarak menjauh dengan keterkejutan saat mendapatkan pintu ruangan yang tiba-tiba saja terbuka dengan teriakan besar dari suara Changbin.

Rahang Changbin mengerang keras dengan kekesalan saat netranya melihat bagaimana Jisung dan Bangchan yang berpelukan di saat dirinya justru harus menyelesaikan semua pekerjaan milik pemuda Bang yang seharusnya tidak dirinya kerjakan.

Melangkah mendekat, Changbin berkata kesal. "Sangat baik, Tuan Bang! Aku bekerja keras menyelesaikan pekerjaanmu, dan kau justru bermain bersama anak kecil ini?!".

"Aku bukan anak kecil!".

Changbin bahkan Bangchan dibuat cukup terkejut saat mendengar suara Jisung yang membalas perkataan si pemuda Seo dengan suara yang lebih kesalnya. Baiklah, mereka hanya tidak percaya jika pemuda yang berusia lebih muda itu akan berani mengeluarkan suaranya.

Mencengkram tangannya, Changbin benar-benar sangat ingin memukul pemuda Han itu. Hanya saja, melihat siluet Bangchan yang terlihat seperti seorang bodyguard pribadi Jisung membuat Changbin harus menahan dirinya.

Menghela nafasnya, Changbin berbicara dengan lebih baik pada sang sahabat. "Ada pertemuan yang harus kau hadiri, Tuan Bang".

...

Jisung memainkan ponselnya dalam diam. Tidak memiliki keinginan untuk mengeluarkan suaranya bahkan sekecil apapun.

Dari meja kerja milik Bangchan. Changbin yang juga duduk dengan bermain ponselnya sesekali melihat ke arah pemuda yang tengah duduk di atas sofa. Baiklah, dirinya tidak pernah berfikir akan benar-benar berada di dalam ruangan Bangchan bersama dengan pemuda yang berhasil menarik perhatian sahabat mafianya itu.

Red Light Of Maniac Where stories live. Discover now