27

169 24 42
                                    

Lagi, tangannya mengangkat gelas berisi wine untuk diminumnya. Mengalirkan minuman beralkohol itu ke dalam tubuhnya hingga menghilangkan kesadaran si pemuda Kim.

Melihat itu, Jeongin yang sejak tadi memperhatikan dibuat meringis. Seungmin sudah sangat mabuk, tetapi, pemuda yang berusia lebih tua darinya itu masih terlihat tidak ingin berhenti.

"Hyung, cukup. Kau sudah sangat mabuk".

Jeongin berkata sedikit tegas dengan mengambil gelas berisi wine dari tangan Seungmin. Membuat Seungmin mengerang tidak suka karenanya.

"Berikan, Jeongin!" Ucap Seungmin kesal.

"Tidak lagi!" tekan Jeongin "kita kembali sekarang!".

Mengambil berdirinya, Jeongin memaksa untuk membawa tubuh mabuk Seungmin keluar dari bar. Itu tepat tengah malam saat keduanya melangkahkan kaki dari bar di pusat kota itu.

Dengan hati-hati, Jeongin memasuki tubuh Seungmin ke dalam mobil. Mengenakan sabuk pengaman dan mulai menuju kursi pengemudi. Pemuda Yang itu sedikit bernafas lega karena berhasil membawa sang hyung untuk keluar dari tempat yang sedikit menyebalkan untuknya itu.

...

Dengan penuh kehati-hatian, Minho meletakkan tubuh Jisung di atas tempat tidur. Mengambil duduknya, mata memikat milik pemuda Lee itu menatap dalam pada wajah yang berhasil menarik hatinya. Bagaimana mata yang selalu membuatnya hanyut itu tertutup dengan sangat nyaman.

Tangannya bergerak mengusap lembut wajah memerah Jisung. Tertawa kecil saat memikirkan bagaimana keras kepalanya Jisung yang tidak dapat bertoleransi dengan alkohol tetapi selalu memaksa untuk meminumnya.

Pikirannya tanpa sadar membawanya kembali pada saat pertama Jisung berada di dalam kehidupannya. Membuat perubahan yang Minho sendiri tidak mengetahui apakah harus menyukai atau justru membenci hal itu.

"Benar..... aku pasti sudah bersama keluargaku jika memiliki wajah yang menyebalkan".

Perkataan dengan suara menyedihkan itu kembali bermain di kepalanya. Membuat ombak kuat yang tidak beraturan seakan memenuhi isi kepala Minho. Minho mengerti, dirinya bahkan Hyunjin dan Felix dapat memahami makna dari perkataan Jisung dengan sangat baik.

Menghela nafasnya, Minho mengambil berdirinya dan menutup tubuh tertidur Jisung dengan selimut untuk menghangatkan. Pemuda Lee itu tidak ingin jatuh terlalu dalam dengan pemikiran yang selalu saja menganggu dirinya. Pikiran yang selalu berhasil membunuhnya dengan sangat menyakitkan.

...

"Tsk! Sial!".

Seoho mengerang kesal seraya mengeluarkan miliknya dari dalam diri pemuda yang ada di bawahnya. Membuat pemuda yang hampir saja mendapatkan pelepasannya itu dibuat sangat terkejut karenanya.

"Ada apa? Kenapa berhenti?".

Mengabaikan pertanyaan dari pemuda yang dipesannya. Seoho melangkah untuk duduk di atas sofa dan menyalakan nikotinnya.

Tidak mendapatkan jawaban dari pemuda yang berwajah tampan di hadapannya, pemuda bersurai blonde itu melangkah mendekati. Mengambil duduknya di atas tubuh Seoho yang hanya mengenakan celana panjangnya.

"Apa kau tidak menyukai bermain bersamaku, Tuan?" Lagi, suaranya terdengar sangat lembut namun penuh kemirisan.

Melihat itu, Seoho menjawab, "pergilah. Aku sedang tidak ingin bermain".

Tidak ingin menyerah, si pemuda blonde berkulit putih itu masih saja duduk dengan tangannya yang bergerak bermain di dada Seoho. Berusaha menggoda pemuda tampan itu untuk kembali melakukan permainan bersamanya.

"Apa aku tidak memuaskan?" Tanyanya lagi.

Mendapatkan kekesalan menjadi lebih besar di dalam dirinya, Seoho begitu saja berdiri. Membuat tubuh yang berukuran lebih kecil darinya itu mendapatkan gerakkan yang tidak seimbang karena dorongan tangannya.

Menuju laci yang berada di dekat tempat tidur, tangan Seoho bergerak mengeluarkan sebuah benda. Membuat mata milik si pemuda blonde membulat dengan keterkejutan saat melihat benda berbahaya itu tepat diarahkan kepadanya.

"Apa yang.....",

"Jika kau tidak mengerti dengan yang ku katakan, maka, aku akan melakukannya dengan ini!".

Dor

...

Jisung terbangun dengan nafas menderu dan keringat yang membasahi tubuhnya. Mencengkram kuat rambutnya, Jisung mendapatkan rasa sakit dan takut bersamaan yang mengalir di dalam dirinya saat mimpi yang sangat dibencinya kembali hadir menyiksanya.

Menghela nafasnya, Jisung berusaha menetralkan dirinya. Mengambil langkah untuk menuju kamar mandi dan membersihkan tubuhnya.

Tidak lama saat pemuda Han itu sudah selesai dan segera mengenakan pakaiannya. Melangkah menuju lantai bawah untuk mendapatkan makan paginya.

"Sudah bangun?".

Suara berat milik Felix menjadi sapaan pagi untuk Jisung. Mengabaikan, Jisung terus melangkah ke ruang makan. Ini sedikit mendekati waktu siang saat Jisung baru saja akan memulai untuk menikmati makan paginya.

Ikut mengambil duduknya, mata memikat milik Felix terus menatap wajah tampan di hadapannya. Membiarkan Jisung berbicara terlebih dahulu bersama dengan seorang pelayan mansion untuk menyiapkan makanan untuknya.

"Datanglah ke ruang kerja setelah makan. Ada beberapa hal yang harus dibicarakan".

Mendengar perkataan Felix, Jisung meletakkan gelas berisi teh penawar di tangannya. "Apa mengenai orang sialan itu lagi?" Balas Jisung dengan suaranya yang terdengar menahan kesal.

"Ehm. Kita masih belum berhasil membunuhnya".

Memutar matanya, sungguh, Jisung merasa sangat kesal bahkan hanya mendengar pemuda bernama Lee Seoho itu.

"Aku tidak ingin melakukannya!" Tegas Jisung "wajah tampannya membuat tanganku sangat ingin memukulnya!".

Mendapatkan wajah marah Jisung yang justru terlihat menggemaskan, Felix dibuat tertawa ringan.

Bersamaan dengan dua pelayan yang datang membawa makanan, Felix mengambil berdirinya.

"Kita akan membicarakannya nanti. Sekarang, nikmati makanmu" ucap Felix dan memberikan ciuman singkat pada kepala Jisung yang bersurai kebiruan.

Red Light Of Maniac Where stories live. Discover now