18

188 25 10
                                    

Kakinya baru saja akan menaiki anak tangga saat sebuah suara menghentikan langkahnya.

"Apa yang kau lakukan di luar? Kenapa sangat lama?".

Mendengarnya, Jisung memutar malas matanya. Tidak ingin memberikan jawaban, Jisung hanya terlihat mengangkat kedua tangannya yang memiliki beberapa tas belanjaan.

"Hanya berbelanja dan menghabiskan waktu selama itu?".

Lagi, pertanyaan yang sangat menyebalkan dari Hyunjin berhasil membuat Jisung mendapatkan kekesalannya.

"Apa kau menghabiskan sedikit waktu saat berbelanja?!" Balas Jisung tidak bersahabat.

...

Lagi dan lagi, Changbin sungguh ingin memberikan pukulan mematikannya pada sang sahabat. Bangchan yang kembali terus memperlihatkan senyuman di wajahnya sungguh membuat Changbin sangat ingin mengeluarkan makhluk apapun itu yang saat ini mungkin tengah merasuki tubuh sahabatnya.

"Berhentilah tersenyum seperti itu, Tuan Bang. Kau terlihat menyeramkan".

Baiklah, untuk pertama kalinya Changbin akan berterimakasih pada mulut sesuka hatinya Seungmin. Pemuda Kim itu sepertinya juga memiliki pemikiran yang aneh mengenai Bangchan di dalam kepalanya.

Mendapatkan perkataan itu, Chan dengan cepat mengalihkan kepalanya. Menghilangkan senyuman di wajahnya dengan tatapan kebingungan.

"Ada apa? Bukankah aku terlihat lebih tampan jika tersenyum?".

Memutar matanya, Seungmin menjawab, "ya. Hanya saja, kau terlihat seperti orang yang aneh".

Mendengar itu, bukan hanya Changbin, bahkan Jeongin memberikan tawa di wajahnya. Seungmin benar, Cristopher Bang dengan wajah bahagianya justru terlihat sangat aneh dan sedikit menakutkan.

Tidak dapat menerima perkataan tidak baik itu, Bangchan memberikan wajah kesalnya. "Aku bahagia, dan kalian justru tidak menyukainya" gerutunya.

...

Langkah keduanya menuju pada sebuah restaurant di pinggir pantai. Rambut hitam kebiruan milik Jisung yang tertiup lembut oleh angin membuat wajah pemuda Han itu terlihat lebih memikat. Waktu baru saja mendekati malam hari, dan kedua pemuda dengan hubungan rumit itu telah bersiap untuk menikmati makan malam mereka.

"Silahkan, Tuan. Ini meja yang telah anda pesan".

Perkataan sopan dari seorang pelayan menghentikan langkah Jisung dan Hyunjin tepat pada sebuah meja yang terdapat di luar ruangan.

Mengambil duduknya, kedua pemuda dengan wajah mempesona itu mulai terlihat sibuk dengan menu yang akan mereka pesan. Tidak lama, saat pelayan tadi telah pergi dan membiarkan keduanya untuk menunggu.

Melihat wajah pemuda di hadapannya, Hyunjin tanpa sadar memiliki tarikan senyuman di wajahnya. Menyadari jika getaran aneh lagi-lagi menguasai tepat di pusat hatinya.

"Kau menyukainya?".

Mendapatkan pertanyaan itu, Jisung mengalihkan wajahnya. Melihat pemuda Hwang yang saat ini telah mengganti surainya menjadi warna blonde.

"Kau tahu jika aku menyukai laut" jawab Jisung.

Lagi, Hyunjin tersenyum saat mendengarnya. Jisung dengan sikap baiknya seperti ini sungguh hal yang sangat sulit untuk didapatkan oleh dirinya bahkan Minho dan Felix.

Jisung kembali mengalihkan matanya pada penampilan laut malam dengan ombak. Angin sejuk yang menyentuh kulitnya membuat Jisung mendapatkan kenyamanan di dalam dirinya.

"Apa kau sengaja melakukan ini?".

Pertanyaan Jisung menyadarkan Hyunjin dari pemikirannya. "Ehm. Sangat lama kita tidak menghabiskan waktu seperti ini".

Baiklah, Jisung sungguh merasa tergelitik dengan perkataan Hyunjin. Membuat bibir pemuda Han itu bergerak membentuk sebuah tawa ringan.

"Kau tahu, Hwang. Kau sangat tidak layak untuk terlihat romantis" sindir Jisung.

Mendengar itu, Hyunjin tidak merasa marah. Pemuda Hwang itu justru ikut memperlihatkan tawanya.

"Ya, kau benar. Psikopat sepertiku terlalu baik untuk hal seperti ini" balasnya menggoda.

...

Jika sejak tadi Bangchan terus memperlihatkan wajah senangnya, saat ini, pemuda Bang itu justru terlihat mengalami masa perubahan. Tepat saat dirinya dan ketiga pemuda yang bersamanya menduduki sebuah meja di dalam restaurant yang berada di pinggir pantai, wajah Bangchan dengan sangat jelas memperlihatkan perubahannya.

Changbin yang menyadari ekspresi sang sahabat hanya dapat diam. Ya, pemuda Seo itu mengerti darimana awal perubahan emosi yang dimiliki oleh Bangchan.

"Ada apa? Kenapa kau terlihat tidak menikmati makanan?".

Suara Seungmin bukan hanya mengalihkan atensi Bangchan, tetapi juga berhasil mendapatkan perhatian dari Changbin dan Jeongin.

Mendapatkan Bangchan yang tidak menjawab pertanyaannya, Seungmin bersikap tidak perduli. Pemuda Kim itu sudah sangat terbiasa menghadapi sifat tidak baik dari pemuda yang sialnya justru menguasai hatinya itu.

Berbeda dengan Jeongin, meski berusia lebih muda, tetapi, pemuda Yang itu memiliki sedikit pemahaman yang lebih tinggi. Dirinya telah menyadari perubahan pada diri Bangchan saat mereka berada di dalam restaurant itu. Jeongin bahkan menyadari jika mata Bangchan menyorot tajam ke arah seorang pemuda yang pernah dirinya lihat namun tidak dikenalnya.

"Oh, hyung. Bukankah itu pemuda yang bersamamu saat di pelelangan waktu itu?".

Baiklah, Jeongin sungguh tidak bisa lagi menahan rasa ingin tahunya. Membuat pemuda bermata tajam itu berakhir dengan mengeluarkan pertanyaan yang diberikan kepada Changbin.

Mendengar itu, Changbin dengan reflek melihat ke arah tangan Jeongin. Dan mata pemuda Seo itu terlihat sedikit membulat saat mengerti maksud dari pertanyaan si pemuda Yang.

"Ya. Kami melihat kau bersama dengannya saat itu".

Perkataan lanjutan dari Seungmin membantu detak jantung Changbin menjadi lebih tidak beraturan. Dirinya dengan sedikit ketakutan melihat ke arah Bangchan yang telah memberikan wajah penuh pertanyaan kepadanya.

"Ah, itu...... kami hanya berkenalan" Changbin berkata gugup.

Jeongin menganggukkan kepalanya. Tidak lagi ingin memberikan balasan. Hanya saja, pemikiran pemuda Kim seakan membuat Changbin tidak pernah mendapatkan kemudahan di dalam dirinya.

"Apa hubungan dirinya dengan Darkness?".

Sungguh, jika saja bisa, Changbin akan memberikan pukulan kuatnya untuk menghentikan Seungmin dari berbicara. Pemuda Kim itu selalu saja mengatakan apa yang ingin dikatakannya tanpa berfikir terlebih dahulu.

"Itu.....",

"Aku selesai!".

Suara berat Bangchan dan pemuda itu yang begitu saja berdiri berhasil mengejutkan ketiganya. Mengetahui jika dirinya memiliki kesempatan untuk melarikan diri, Changbin dengan cepat mengikuti langkah sang sahabat.

"Jeongin, bayarkan semuanya" Ucap Changbin dan berlari kecil.

"Yak, hyung? Apa..... tidak, tidak, hyung, kau harus menemaniku untuk membayar terlebih dahulu".

Seungmin baru saja akan mengejar kedua pemuda yang berhasil meluapkan kemarahannya jika saja Jeongin tidak mencegah dirinya. Membuat Seungmin pada akhirnya mengikuti langkah pemuda yang lebih muda untuk menuju meja pembayaran.

Red Light Of Maniac Where stories live. Discover now