23

183 27 40
                                    

Matanya terus menatap tidak percaya pada siluet seseorang di hadapannya. Membuat pemuda yang terus ditatap tidak bisa lagi untuk tidak mengeluarkan perkataannya.

"Ada apa denganmu? Kenapa terus melihatku seperti itu?" Changbin bertanya ingin tahu seraya meletakkan alat makan yang ada di tangannya.

Melihat si pemuda Bang, "Chan..... dia..... benar-benar temanmu?" Lagi, Jisung memberikan pertanyaan yang sama dengan wajah tidak percayanya.

"Yak! Kau ini! Berapa banyak harus dijelaskan?!".

Baiklah, Changbin tidak bisa untuk tidak merasa kesal. Pasalnya, sejak pemuda Han itu terbangun dan melihat dirinya, Jisung telah memberikan pertanyaan yang sama. Bangchan bahkan telah menjelaskan, tetapi, pemuda yang lebih muda itu seakan tidak mengerti.

Menghela nafasnya, "aku hanya merasa dunia sangat kecil hingga harus terus bertemu dengan orang sepertimu" ucap Jisung dengan suara merendahkan.

"Orang sepertiku?" Bingung Changbin.

Menganggukkan kepalanya, "ya. Orang yang sangat menyebalkan seperti dirimu" jawab Jisung datar.

Mendengarnya, Changbin menggigit bibirnya dengan penuh kekesalan. Pemuda yang saat ini adalah kekasih sahabatnya itu selalu saja melakukan konflik setiap bersamanya.

Mengambil berdirinya, Changbin begitu saja mengangkat sebuah sendok di tangannya. Bergerak untuk memberikan pukulan pada kepala Jisung. Hanya saja, Chan bergerak lebih cepat untuk melindungi pemuda Han itu.

"Changbin, apa yang kau lakukan?" Chan bertanya terkejut.

"Aku ingin memberi kekasih kecilmu ini pembelajaran! Jadi menyingkirlah, Tuan Bang!" Balas Changbin kesal.

Melihat Changbin yang kembali terlihat akan memukulnya, Jisung lebih memasukkan dirinya dalam pelukan Bangchan.

"Ya ampun, Changbin, berhenti! Jisung tidak bermaksud berkata seperti itu!" Chan berteriak memberi perlindungan. Membuat pemuda Seo itu pada akhirnya berhenti dan mengambil duduknya lagi.

Melepaskan dirinya, Jisung menatap takut-takut pada pemuda beraura kejam di hadapannya. Hanya sesaat, dan matanya kembali melihat dengan penuh kesedihan pada pemuda Bang kekasihnya.

"Chan, lihat, orang yang memiliki aura gelap ini ingin melenyapkanku".

Dan perkataan Jisung yang terdengar sangat miris berhasil menghidupkan lagi kerusuhan di dalam apartemen mewah itu.

...

"Ssshh!".

Felix meringis kecil saat mendapatkan tembakan di tangannya. Membuat senjata yang tengah dipegangnya begitu saja terjatuh.

Dor dor dor

Beruntung dengan lebih cepat Hyunjin memberikan tembakan pada dua musuh yang akan kembali mengarahkan senjata mereka kepada Felix.

Pertarungan yang cukup hebat itu terus saja terjadi di sebuah gudang besar yang berada di pelabuhan. Bangunan besar yang sudah sangat lama tidak digunakan itu sekarang penuh dengan suara yang merusak pendengaran dengan banyaknya cairan merah dan tubuh tanpa jiwa dimana-mana.

Meski sedikit lebih unggul, para mafia Darkness tetap mendapatkan kesulitan menghadapi musuh mereka yang tidak mudah. FoxBlood bukanlah lawan yang lemah. Mafia yang memiliki tingkat yang sama dengan Darkness itu akan selalu bisa memberikan kekuatan perlawanan yang sama.

"Sial! Mereka menjadi lebih banyak!".

Hyunjin memberikan umpatannya saat menyadari jika para mafia FoxBlood terlihat bertambah. Bersembunyi di balik kontainer dengan Felix yang berada di belakangnya.

"Minho, kau mendengarku?".

"Ya" dari earphone suara Minho yang terengah menjawab.

"Mereka menambah pasukan. Kita tidak bisa melanjutkan penyerangan ini. Katakan pada yang lainnya untuk mundur perlahan".

Pemuda Hwang berbicara pelan melalui earphonenya. Menyadari jika keadaan seakan tidak berpihak pada mereka, Hyunjin segera memberikan perintah. Bukan hanya para mafianya saja yang terluka. Dirinya, bahkan Minho dan Felix juga telah mendapatkan luka di tubuh mereka.

Tentu saja hal itu membuat mereka tidak mungkin untuk melanjutkan pertarungan ini.

...

Ketiganya melangkah tegas dengan bersamaan menaiki lantai latas. Setelah mendapatkan perawatan pada luka mereka, ketiga pemuda yang memiliki wajah tampan itu begitu saja bersamaan untuk menuju kamar seseorang yang berhasil membangunkan kemarahan di dalam diri ketiganya.

Braaak

Pintu kamar yang terbuka keras berhasil mengejutkan pemuda yang baru saja akan memasuki dunia mimpinya. Menyadari wajah kemarahan dari ketiga pemuda di hadapannya, Jisung tanpa sadar menelan ludahnya.

"Min..... akh!".

Jisung baru saja akan berbicara saat Hyunjin sudah terlebih dahulu menarik dan melempar tubuh pemuda bersurai hitam kebiruan itu ke lantai.

Mencengkram kuat rahang Jisung, Hyunjin berkata dengan penuh ketajaman. "Kau berani mempermainkan kami?!".

Lagi, Jisung tanpa sadar menelan ludahnya. Mata memikatnya menatap dengan penuh ketakutan pada manik tajam Hyunjin.

"JAWAB!".

Teriakan Hyunjin membuat Jisung menutup matanya dengan tubuh yang terhentak. Ketakutan menjadi lebih besar di dalam diri pemuda Han itu. Terlebih saat Hyunjin dengan sangat kuat mencengkram surai hitam kebiruan miliknya. Memaksa Jisung untuk berbicara di tengah menahan rasa sakitnya.

"Berbicaralah, Han Jisung! Apa kau tidak mendengarku?!" Hyunjin berkata menekankan.

Seakan tidak perduli dengan penampilan pemuda di hadapannya, Minho dan Felix hanya berdiri diam dengan memperhatikan. Lagipula, hal seperti ini sangat sering terjadi. Membuat kedua pemuda mafia itu pada akhirnya hanya bersikap mengabaikan.

"Akh! Sakit!".

Suara kesakitan Jisung mulai terdengar saat Hyunjin dengan lebih kuat menarik rambutnya. Rasa sakit itu seakan menghilangkan helaian yang berwarna itu dari kepalanya.

"Masih tidak ingin berbicara?!" Hyunjin kembali mengeluarkan perkataannya "baiklah!".

"Tidak! Tidak! Hyunjin!".

Jisung berteriak ketakutan saat Hyunjin menarik paksa dirinya untuk melangkah keluar. Tahu akan kemana pemuda Hwang itu membawanya, Jisung mendapatkan kepanikkan di dalam dirinya. Membuat teriakan ketakutan Jisung memenuhi mansion mewah itu di waktu yang hampir mendekati pagi.

Red Light Of Maniac Where stories live. Discover now