32

160 23 50
                                    

Jisung melenguh saat tubuhnya diletakkan Felix di atas tempat tidur. Pemuda yang berusia lebih muda itu kembali mendapatkan tubuhnya yang hancur karena ketiga pemuda yang tidak memiliki hati itu. Ya, ketiganya memaksa Jisung untuk melakukan aktivitas panas di dalam kolam hingga waktu yang hampir mendekati tengah malam.

Menaiki tempat tidur, tangan Felix bergerak membenarkan bathrobe yang dikenakan oleh Jisung sebelum dirinya mulai menarik selimut untuk menutupi tubuh keduanya. Memberikan pelukan untuk menghangatkan pemuda Han yang merasa kedinginan.

Jisung tidak melawan, pemuda dengan mata terpejam itu justru lebih memasukkan dirinya ke dalam pelukkan pemuda Lee itu. Menyentuh dada Felix yang tidak tertutup di balik bathrobe dengan wajahnya.

Merasakan kulit wajah Jisung yang terasa sangat dingin, Felix reflek mengeratkan pelukannya. Matanya mengamati bagaimana wajah yang berhasil menarik hatinya itu dengan tatapan dalam. Membawa jarinya pada sudut bibir memerah Jisung yang memiliki luka karena pukulan kuat dari Hyunjin.

"Seharusnya kau menjadi lebih mengerti hingga tidak harus berakhir seperti ini".

Felix bersuara sangat pelan. Menyentuh lembut wajah Jisung yang memiliki ruam kebiruan di pipinya. Perasaan sakit mengalir di dalam hatinya saat melihat bagaimana pemuda Han yang tengah bersamanya kembali mendapatkan rasa sakit dari dirinya dan kedua sahabatnya.

Minho, Hyunjin dan Felix, ketiganya menginginkan Jisung yang bersikap lebih baik. Hanya saja, Jisung justru memperlihatkan sikap yang sebaliknya. Pemuda yang telah bersama mereka dalam waktu yang sangat lama itu justru terlihat menjadi lebih pemberani bahkan melakukan perlawanan.

"Bersikap baik lah, Jisung. Dan kau tidak akan mendapatkan sakit ini lagi" lirih Felix yang memberikan ciuman pada surai kebiruan Jisung.

...

"Demamnya cukup tinggi. Tetapi, tidak perlu khawatir. Itu akan segera turun".

Mendengar penjelasan dari dokter pribadi mereka, ketiganya hanya bereaksi biasa. Jisung yang sakit seperti mengalami demam sudah menjadi hal yang sangat biasa terjadi. Pemuda Han itu sepertinya memiliki pertahanan tubuh yang sangat lemah.

"Baiklah, Tuan. Kalau begitu, saya permisi".

Mengambil berdirinya, In Guk mulai melangkah keluar kamar setelah membungkukkan tubuhnya pada ketiga pemuda dengan usia yang lebih muda darinya. Menghormati ketiga pemuda yang menjadikan dirinya sebagai dokter pribadi dengan harga yang mahal.

Mendapatkan pintu yang sudah ditutup, ketiga pemuda berpakaian kemeja itu melangkah mendekat ke arah tempat tidur.

"Aku sudah yakin dia akan seperti ini" Felix berbicara seraya membenarkan selimut Jisung dan mengambil duduknya di atas tempat tidur.

"Kita menghukumnya cukup lama di dalam air" balas Minho.

"Itu seimbang dengan dirinya yang mulai menjadi pemberani!".

Perkataan Hyunjin berhasil mengalihkan mata kedua pemuda Lee ke arahnya. Membuat wajah tampan pemuda Hwang itu mendapatkan tatapan tajam dari kedua pemuda di hadapannya.

...

Memasuki ruangan yang sangat jarang dikunjungi olehnya, siluet In Guk berhasil mengejutkan pemuda berahang tegas yang tengah beraktivitas di meja kerjanya.

"Kebiasaanmu tidak berubah!".

Mendengar perkataan berintonasi kesal dari sang adik, In Guk tidak mempermasalahkannya. Lagipula, kebiasaan dirinya yang tidak pernah mengetuk pintu ruangan milik sang adik setiap akan masuk menurutnya bukanlah hal yang buruk.

Melihat sang Hyung yang mengambil duduk dengan santainya, Changbin dibuat menghela nafasnya. "Ada apa? Tidak biasanya kau berkunjung" tanyanya.

"Tsk" In Guk berdecak saat mendapatkan suara tidak bersahabat dari Changbin "kebiasaanmu tidak berubah ternyata".

Baiklah, Changbin tidak percaya jika sang Hyung akan mengembalikan perkataan itu kepadanya. "Yak! Aku yang mempunyai kalimat itu! Kau tidak bisa menirunya!" Protesnya.

Tangan In Guk bergerak untuk mengusap pendengarannya yang terasa berdengung karena teriakan besar dari mulut pemuda bungsu Seo itu.

"Tidak bisakah kau mengecilkan suaramu?! Itu merusak pendengaran ku!" In Guk balas memprotes.

Menghela nafasnya lagi, Changbin tahu, perdebatan dirinya dengan sang Hyung tidak akan selesai jika tidak ada yang memulai untuk berbicara dengan benar.

Jadi, "apa yang membawamu kesini?" Changbin mulai berkata serius.

"Setidaknya, buatkan minuman dulu untuk hyungmu ini".

Sungguh, jika bukan karena pemuda di hadapannya memiliki tipe darah yang sama dengannya, Changbin pasti sudah menendang tubuh In Guk melalui ruang kerjanya yang berada di lantai tertinggi sejak lama.

Menahan dirinya, tangan Changbin bergerak untuk mengambil telepon yang berada di atas mejanya.

"Buatkan kopi dingin dengan sedikit gula. Bawakan ke ruang..... Yak! Apa yang kau lakukan?!".

Changbin lagi-lagi mengeluarkan suara besarnya pada In Guk saat mendapatkan pemuda yang berusia lebih tua darinya itu begitu saja mengambil teleponnya dan mematikan sambungannya.

"Aku tidak ingin buatan orang lain" In Guk berkata "jadi, pergi dan buatkan kopi itu untukku".

...

"Tsk. Makan".

"Aku tidak lapar!".

"Sedikit saja".

"Tidak!".

Menghela nafasnya, Hyunjin berusaha untuk menahan kemarahan yang sejak tadi akan meluap dari dalam dirinya.

"Sedikit saja. Kau harus meminum obatmu" lagi, pemuda Hwang itu berkata dengan suara baiknya.

"Tidak, Hyunjin! Aku tidak lapar! Kenapa kau terus memaksaku?!".

Baiklah, Hyunjin benar-benar melupakan fakta bahwa pemuda di hadapannya ini adalah pemuda yang sangat keras kepala seperti dirinya.

Dengan kemarahan, piring berisi makanan yang ada di tangan Hyunjin dilempar dengan kasar ke atas lantai. Membuat tubuh Jisung terhentak dengan keterkejutan saat mendapatkan hal buruk itu.

"Kau tidak ingin makan?!".

Jisung tanpa sadar menelan ludahnya saat suara sangat dingin Hyunjin memasuki pendengarannya. Bagaimana mata Hyunjin menatap dengan penuh ketajaman ke arahnya berhasil membekukan tubuh pemuda Han itu.

...

Keduanya hanya dibuat menghela nafas berat mereka bersamaan saat mendapatkan apa yang dilakukan oleh pemuda Hwang itu pada pemuda yang lebih muda.

"Dia sakit, dan kau justru melakukannya?" Minho berkata dengan penuh ketidak percayaan.

"Dirinya tidak ingin makan, jadi, aku harus membantunya".

Mendengar jawaban Hyunjin yang terdengar sangat datar, Minho dan Felix lebih dibuat tidak percaya.

"Membantunya dengan memberikan cairan menjijikkan mu itu?!" Felix berkata sinis.

Mendapatkan itu, Hyunjin hanya mengangkat bahunya tidak perduli.

Sungguh, kedua pemuda Lee itu tidak bisa memahami bagaimana cara pemikiran Hyunjin berkerja. Pemuda berkarakter psikopat itu dengan tenangnya menikmati tubuh Jisung dengan alasan untuk membuat pemuda Han itu merasa kenyang.

Baiklah, Minho dan Felix tidak bisa menyalahkan si pemuda Hwang begitu saja. Kesalahan tetap ada pada diri mereka karena sangat bodoh mempercayai Jisung untuk dijaga oleh seorang psikopat seperti Hyunjin.

...

"Apa kondisinya sangat buruk?" Changbin memberikan pertanyaan serius kepada pemuda di hadapannya.

"Tidak. Hanya demam biasa. Dan Jisung sudah terbiasa mengalami itu" jawab In Guk meyakinkan.

Menghela nafasnya, Changbin dibuat tidak mengerti bagaimana bisa dirinya justru mendapatkan kekhawatiran pada pemuda yang selalu saja memiliki konflik tidak bersahabat dengannya itu. Mengetahui dari sang Hyung jika Jisung tengah sakit, Changbin bahkan merasa miris dengan pemuda Han itu.

"Changbin?" Suara In Guk yang kembali terdengar berhasil menyadarkan pemuda Seo yang berusia lebih muda dari pikirannya.

"Bangchan..... apa dia benar-benar mencintai Jisung?".

Red Light Of Maniac Where stories live. Discover now