46

172 26 49
                                    

Dengan kasar, Chan meletakkan piring berisi makanan yang ada di tangannya. Matanya menatap penuh ketajaman pada pemuda di hadapannya yang lagi-lagi tidak ingin menerima makanan pemberiannya.

Dan Jisung, melihat bagaimana sorot tajam dari manik Chan, dengan berani membalas dengan tatapan menyalangnya. Baiklah, Jisung tidak lagi perduli jika dirinya akan berakhir disakiti oleh pemuda Bang di hadapannya itu. Sejak kecil, Jisung sudah terlatih untuk menerima rasa sakit, jadi, jika Chan berakhir dengan menyakitinya, Jisung tidak akan merasa keberatan.

"Jadi, kau benar-benar ingin mengakhiri hidupmu dengan tidak memakan apapun?".

"Jika itu bisa menyenangkanmu, tidak masalah".

Mendengar perkataan itu, Chan cukup dibuat tidak percaya. Sungguh, Chan tidak berfikir jika pemuda Han di hadapannya justru akan mengeluarkan perkataan yang seperti itu.

Tersenyum sinis, tangan Chan bergerak untuk mencengkram dan menarik wajah Jisung lebih dekat padanya. Menekan wajah yang terlihat mulai mengurus itu dengan cengkraman kuatnya.

"Tidak, Jisung! Tujuan utamaku bukanlah melenyapkanmu, tetapi, menghancurkan tiga pemuda sialan itu! Jadi, kau harus bertahan hingga aku berhasil membunuh mereka!" Ucap Chan menegaskan.

...

"Bagaimana, kalian sudah mendapatkan informasinya?".

Minho begitu saja memberikan pertanyannya saat mendapatkan dua orang mafia ter percayanya memasuki ruangan kerja para pemimpin mafia Darkness.

"Ya, Tuan" salah seorang pemuda menjawab "kami mendapat informasi jika Tuan Muda berada di mansion Cristopher yang berada di daerah perhutanan tepat di perbatasan barat".

"Benar, Tuan. Hanya saja, kita masih tidak bisa mengambil tindakan" sambung pemuda lainnya.

"Apa maksudnya tidak bisa mengambil tindakan?" Hyunjin membalas dengan cepat.

"Untuk saat ini, tidak mudah untuk memasuki wilayah FoxBlood. Mereka menjaganya dengan sangat baik. Jadi, kita hanya bisa menunggu hingga Cristopher sendiri yang memberikan sinyal peperangan".

Bukan kedua mafia itu, tetapi, Minho lah yang menjawab pertanyaan Hyunjin dengan suara cukup tenangnya. Hanya saja, reaksi yang diberikan si pemuda Hwang tidaklah setenang intonasi pembicaraan si pemuda Lee. Hyunjin justru mendapatkan kemarahan di dalam dirinya.

"JADI, KAU INGIN KITA HANYA DIAM SAJA SEPERTI INI?! JISUNG BERSAMA DENGANNYA, MINHO! AKU TIDAK BISA MEMBIARKAN ORANG SIALAN ITU MENYAKITINYA!".

Mendengar itu, Minho memijit pelan kepalanya. Hyunjin benar, hanya saja, Bangchan bukanlah musuh yang mudah. Keduanya memiliki kekuatan yang sama. Jika Darkness bertekad untuk menyerang FoxBlood terlebih dahulu, hal yang lebih buruk pasti akan lebih bisa terjadi terutama pada pemuda Han milik mereka.

Jadi, saat ini, mengikuti semua permainan pemimpin FoxBlood adalah cara yang sangat tepat untuk dilakukan.

"Kita akan mendapatkannya kembali. Tenanglah" Minho berkata dengan lebih baik.

...

"Uuugghh, Chan!".

Lenguhan Jisung memenuhi kamar itu. Bagaimana hentakkan yang sangat kuat dari Chan pada titik sensitivenya sungguh membuat perasaan menyakitkan yang sangat familiar kembali dirasakan oleh Jisung.

"Tidak! Aaakkkhh!".

Erangan kesakitan Jisung saat Chan mengangkat salah satu kakinya pada bahu pemuda Bang itu menjadi alunan musik yang sangat nikmat di pendengaran Bangchan. Desahan Jisung, Bangchan sangat menyukainya. Membuat gerakkan Chan menjadi lebih brutal dan bergairah di dalam ruang sempit milik Jisung.

Menarik rambut Jisung, Chan bergerak untuk mencium dan memberi ruam kemerahan dari bibirnya pada leher di hadapannya.

"Apa kau menyukainya?!".

Suara berat Chan di tengah pergerakkan kasarnya tidak bisa membuat Jisung untuk mengeluarkan suaranya selain sebuah desahan. Chan yang sejak tadi telah menghentak tubuhnya dengan gerakkan yang sangat buruk seakan menghilangkan jiwa si pemuda Han dari tubuhnya.

Itu sangat menyakitkan, tetapi, Bangchan seakan tidak perduli. Mengabaikan erangan penuh kesakitan Jisung untuk memuaskan gairah monsternya.

Mengetahui jika pemuda di bawahnya tidak akan berbicara, Chan dipaksa menghentikan gerakkannya. Matanya melihat dengan jelas bagaimana penampilan Jisung yang sangat tidak beraturan dengan nafasnya yang menderu. Bibir merah yang terbuka dengan darah di sudutnya membuat Jisung terlihat lebih menarik.

Sial, Jisung sangatlah menggoda, dan Bangchan tidak bisa untuk tidak mengakuinya.

Menyentuh wajah berkeringat di hadapannya, Bangchan membawa Jisung untuk melihat ke arahnya. Dan kedua manik itu saling menyapa dengan tatapan yang sangat berbeda.

"Kau sangat tampan, tetapi, sayang sekali, aku tidak pernah benar-benar ingin menjadikanmu sebagai milikku".

Perkataan bersuara dalam itu menjadi sebuah senjata yang menembak hati Jisung ribuan kali. Perkataan Chan yang terus mengatakan jika dirinya tidak pernah mencintai Jisung, sungguh menjadi alat yang selalu membunuhnya.

Pemudah Han itu bukan hanya mendapatkan sakit yang menyiksa pada tubuhnya, tetapi juga pada dasar hatinya.

"Bunuh aku, Chan..... bantu aku untuk mengakhiri semua rasa sakit ini".

Red Light Of Maniac Where stories live. Discover now