21

159 31 19
                                    

"Bukankah sudah ku katakan untuk mencuci otaknya!".

Teriakan kemarahan Hyunjin kembali menggema di ruangan berukuran besar itu. Membuat kedua pemuda yang berada bersamanya tidak bisa untuk tidak memperlihatkan wajah mereka yang mengeras karena menahan kekesalan.

"Jangan bodoh, Hwang! Kau berfikir mencuci otak itu benar-benar ada seperti kau mencuci peralatan kotor!" Felix membalas sinis.

"Aku bisa melakukannya jika tidak ada yang bisa!" Lagi, Hyunjin berkata tajam dengan menggunakan pemikiran seorang psikopatnya.

"Dasar psikopat!".

Mendengar suara Felix yang merendahkannya, Hyunjin dibuat mengerang kesal. Pemuda Hwang itu baru saja akan memberikan pukulannya pada Felix jika saja suara Minho tidak menghentikannya.

"Berhentilah, Hyunjin! Kenapa kau selalu saja ingin melakukan pertarungan!".

Memutar tubuhnya, Hyunjin memberikan sorot tajamnya. "Dan kau selalu saja menghentikan ku!" Balas Hyunjin marah "sekarang kau lihat! Dirinya selalu saja mengingat hal sialan itu! Jika bukan karena dirimu, aku pasti sudah membuat Jisung melupakannya!".

"Kau berfikir otaknya terbuat dari robot, Hwang Hyunjin!".

"Teknologi bisa melakukannya, Lee!".

"Dan kau akan membahayakan dirinya!".

Mendengar itu, Hyunjin memperlihatkan tawa sinisnya. "Kau lupa jika hidupnya sekarang lebih berbahaya bersama dengan Monster seperti kita!".

...

Dengan erangan kekesalannya, Chan melempar ponsel pintar miliknya ke atas tempat tidur. Sejak tadi pemuda Bang itu telah berusaha untuk menghubungi sang kekasih. Hanya saja, ponsel milik Jisung sepertinya sedang tidak diaktifkan. Membuat Chan sungguh merasa kesal karena tidak bisa menghilangkan rasa rindunya hanya dengan mendengar suara si pemuda tampan itu.

Mengambil duduknya, helaan nafas berat Chan memenuhi kamar berukuran sangat besar itu. Saat ini, Chan tengah merasa sangat lelah dengan semua masalah dan pekerjaannya. Biasanya, dirinya memiliki Changbin sebagai teman berceritanya. Tetapi, pemuda Seo itu saat ini juga tengah menyelesaikan pekerjaannya.

Sungguh, pemuda bersurai kecoklatan itu benar-benar merasa cukup frustasi saat ini.

Tiiinnng

Bunyi bel kamarnya berhasil mengambil alih pemikiran Chan. Dengan malas, pemuda Bang itu tetap melangkahkan kakinya untuk membuka pintu itu.

"Membutuhkan teman, Tuan?".

Mendengar itu dari pemuda di hadapannya, Chan tidak segera menjawab. Oh ayolah, dirinya ingin mendapatkan ketenangan, bukan justru menambah masalah lainnya.

Mengetahui jika pemuda Bang tidak akan menjawab pertanyaannya, Seungmin kembali berbicara. "Baiklah, aku tidak akan memaksa".

Pemuda Kim itu barusaja akan melangkahkan kakinya, saat suara berat Bangchan menghentikkan dirinya.

"Apa kau ingin minum bersama?".

Kembali memutar tubuhnya, "sepertinya, itu bukan pertanyaan orang yang pintar".

...

Pada akhirnya, kedua pemuda berwajah memikat itu menikmati alkohol malam mereka di dalam bar yang terdapat di mansion seorang Cristopher Bang. Keduanya hanya duduk sejak beberapa menit yang lalu di meja bartender tanpa memiliki pembicaraan.

Tidak bisa menahan kesunyian yang ada, Seungmin akhirnya menjadi orang yang memulai pembicaraan.

"Kau bisa bercerita jika kau mau. Tidak baik menyimpan semua masalahmu sendiri".

Perkataan Seungmin membuat Bangchan segera mengalihkan matanya pada pemuda bersurai coklat yang berada di sebelahnya. Bagaimana wajah datar namun terlihat menarik milik Seungmin tertangkap sangat baik di manik kecoklatannya. Seungmin itu tampan, dan Chan mengakuinya.

Menyadari tatapan Chan kepadanya, Seungmin berkata, "apa aku sangat tampan hingga membuatmu melihatku seperti itu?" godanya dengan tawa ringan.

Hal yang justru juga berhasil memperlihatkan tawa seorang Cristopher Bang. "Aku akan menjadi pembohong jika tidak mengakui ketampananmu, Kim" balasnya.

Tanpa sadar Seungmin menghilangkan senyumannya. Perkataan Bangchan yang baru saja didengar Seungmin menghadirkan perasaan menggelitik yang sangat menyenangkan di dalam hatinya. Menghasilkan getaran yang membuat pemuda Kim itu selalu menyukainya.

"Tidak bisakah, Chan?".

Tawa Chan berhenti saat mendengar suara Seungmin, membuatnya menatap wajah pemuda yang saat ini juga menatap dalam tepat di maniknya.

"Tidak bisakah kau memberikan ku kesempatan?" Lanjut Seungmin dengan suara rendahnya.

...

Jisung menikmati makan paginya dengan semangat. Tentu saja, dirinya tertidur selama dua hari, dan saat ini perutnya benar-benar seperti tempat kosong yang harus diisi.

"Pelan-pelan, Jisung. Tidak ada yang akan mengambilnya".

Suara Minho yang memperingati tidak diperdulikan oleh si pemuda Han. Jisung hanya diam dengan mulut yang terisi penuh makanan. Membuat pemuda yang lebih muda itu sungguh terlihat menggemaskan dengan wajah penuhnya.

"Setelah ini, minum obat yang akan diberikan Felix".

Baiklah, jika tadi Jisung bersikap tidak perduli, lain saat ini, perkataan Minho justru menghentikan pergerakkan Jisung dengan sangat cepat.

"Apa kalian akan kembali memberikanku obat sialan itu lagi?!" balas Jisung kesal.

Menghela nafasnya, Minho bahkan Hyunjin dan Felix sudah dapat mengetahui reaksi seperti itu pasti akan diberikan oleh pemuda yang lebih muda.

"Ini untuk kebaikkan mu, Jisung" ucap Minho lembut.

"Sialan!".

Jisung yang begitu saja berdiri dengan melempar alat makan yang ada di tangannya cukup mengejutkan ketiganya. Pemuda Han itu melangkah begitu saja menuju kamarnya tanpa mengeluarkan perkataan lagi.

Melihat itu, Felix mengalihkan tatapannya. "Apa harus melakukan itu?" Tanyanya pada Minho.

"Untuk kebaikkannya". Bukan Minho, tetapi, pemuda Hwang yang berada di sebelahnya lah yang menjawab.

Membuat Felix memutar malas matanya. "Aku bertanya pada Minho hyung! Bukan dirimu, Hwang!" Kesalnya.

Menghentikan gerakan makannya, Hyunjin kembali membalas dengan suara datarnya. "Aku mengetahui jawabannya, jadi, tidak salah jika aku membantu Minho untuk menjawabnya".

Baiklah, Felix benar-benar harus melatih dirinya untuk menahan kemarahan yang selalu disebabkan oleh pemuda bersurai blonde di hadapannya itu.

Red Light Of Maniac Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon