41

164 21 50
                                    


Pagi hari, Jisung terbangun saat mendapatkan bias matahari yang mengenai wajah tidurnya. Membuka matanya, pemuda Han bersurai coklat kehijauan itu perlahan mengambil duduknya. Manik kecoklatannya mengamati setiap sudut ruangan. Mencari keberadaan pemuda Bang yang berhasil membuatnya mendapatkan getaran menyenangkan di dalam hatinya.

Ceklek

Pintu yang terbuka mengalihkan atensi Jisung. Dan pemuda itu memperlihatkan senyuman di wajahnya saat mendapatkan Bangchan yang memasuki kamarnya.

"Selamat pagi, Squir. Apa tidurmu nyaman?".

Mendapatkan Bangchan yang bertanya dengan memberikan ciuman singkat pada bibirnya sungguh membuat wajah Jisung memerah. Ah, Jisung malu dan senang secara bersamaan.

Memeluk Bangchan, Jisung menempelkan wajahnya pada dada pemuda Bang itu. "Aku tidak pernah tertidur sebaik ini" jawabnya dengan senyuman.

Ya, Jisung benar. Sejak dirinya hidup bersama ketiga mafia monster itu, Jisung tidak pernah mendapatkan tidur baiknya. Mimpi buruk selalu saja mengganggunya, dan di pagi hari, Jisung akan selalu terbangun dengan perasaan berat yang selalu saja seakan melenyapkannya.

Mendengar perkataan dari pemuda Han di pelukkannya, Bangchan dibuat tersenyum lebar. Tangannya bergerak untuk mengusap surai milik Jisung.

"Ayo, aku akan membantumu membersihkan tubuhmu".

...

Saat ini, keduanya tengah menikmati air hangat berbusa di dalam bathup. Penampilan langit biru dengan gedung-gedung tinggi di depan mereka menambah kenyaman pada keduanya. Jisung memejamkan matanya, menikmati setiap detik yang dihabiskannya bersama dengan pemuda Bang yang dicintainya.

"Kau tahu, Jisung. Aku tidak pernah merasa sangat senang seperti saat ini".

Mendengar ucapan itu, Jisung yang bersandar pada dada terekpose Bangchan membuka matanya. "Kenapa?" Tanyanya tidak mengerti.

Mengeratkan pelukkannya, "aku tidak pernah berfikir bahwa aku akan memiliki seseorang yang akan kucintai" ucap Bangchan dengan suara baik namun terdengar menggoda. Membuat detak jantung si pemuda Han seakan tidak normal setelah mendengarnya.

Memutar tubuhnya, manik Jisung menatap sangat dalam pada netra di hadapannya. Tangannya bergerak untuk memeluk leher si pemuda Bang dan menyatukan kening keduanya.

Dengan suara pelan dan penuh keseriusan, Jisung berkata, "berjanjilah untuk tidak pernah pergi, Chan. Aku mempercayaimu, dan berjanjilah untuk tidak akan menghianatinya".

...

"Tuan, saat ini kami berada di pusat wahana permainan. Kami melihat Tuan Muda berada disini. Hanya saja.....".

Pria berpakaian hitam yang tengah mengenggam ponsel pintar itu tidak dapat melanjutkan perkataannya. Keraguan memenuhi dirinya untuk harus berbicara atau tidak.

"Hanya saja apa?! Berbicaralah dengan baik!".

Mendapatkan suara kemarahan sang Tuan Besar dari dalam ponselnya, pria yang seorang anggota mafia itu dibuat cukup terkejut.

Menelan ludahnya, pria itu berkata dengan dipenuhi kegugupan. "Tuan..... Tuan Muda..... Tuan Muda tengah bersama Cristopher Bang".

...

Braaakkk

Ponsel yang dilempar sangat kuat itu berhasil mengejutkan kedua pemuda berwajah memikat yang tengah bersamanya.

Melihat raut wajah kemarahan Minho, Hyunjin memberikan pertanyaannya. "Apa terjadi masalah?".

"Kita kembali sekarang!".

Mendapatkan Minho yang berkata tegas dan mengambil berdirinya, lagi-lagi membuat Hyunjin dan Felix cukup terkejut.

"Tapi, kenapa?" bingung Felix.

"Dirinya bersama Cristopher sialan itu!" Balas Minho penuh penekanan.

...

Keduanya berlari melewati banyak orang di pusat wahana permainan itu. Mengabaikan beberapa teriakan kekesalan dari orang-orang yang tidak sengaja bertabrakan dengan mereka.

Dengan sangat kuat, Bangchan terus menggenggam tangan yang sedikit berukuran lebih kecil milik Jisung. Membawa pemuda Han itu untuk terus berlari dari kejaran pria-pria dengan pakaian hitam mereka.

Tawa ringan terlihat di wajah keduanya. Seperti hal yang tengah mereka lakukan adalah sebuah permainan yang sangat menyenangkan. Ya, Bangchan dan Jisung menikmati saat diri mereka mempermainkan para mafia bodoh milik Darkness itu.

Mengambil belokan ke kiri, keduanya melewati sebuah jembatan kecil dengan sungai buatan. Memasuki area permainan yang menyediakan lokasi foto dengan arsitektur bergaya Eropa. Keduanya terus berlari mempermainkan para mafia-mafia bodoh itu.

Hingga menuju gerbang masuk wahana, keduanya kembali mengambil arah berbelok ke kiri. Berencana untuk menuju area parkir, hanya saja, beberapa orang bergaya sama yang terlihat dari arah depan membuat keduanya mengalihkan langkah mereka.

Berlari menyusuri toko-toko di pinggir jalan dan memasuki jalanan kecil, Bangchan dan Jisung terus berlari seakan tidak kehilangan tenaga.

Dan keduanya dibuat berhenti saat Bangchan begitu saja menarik Jisung memasuki celah kecil dari sebuah bangunan kosong. Ukuran tempat yang sangat kecil membuat keduanya harus berada pada jarak yang sangat dekat.

Nafas keduanya menderu dengan detak jantung yang tidak beraturan. Perasaan takut perlahan memenuhi diri keduanya. Terlebih saat langkah kaki yang bersahutan terdengar mendekat dan berhenti di dekat mereka.

"Sialan! Kita kehilangan jejak mereka!".

Suara seruan kemarahan seorang mafia itu membuat Bangchan mengeratkan pelukkannya pada tubuh Jisung. Lebih memperdalam wajah pemuda Han itu pada dadanya. Chan tahu, meski Jisung terlihat tenang, tetapi, pemuda yang berusia lebih muda darinya itu memiliki ketakutan yang sangat besar di dalam dirinya.

"Berpencar! Aku yakin mereka tidak jauh dari tempat ini!" Lagi, suara mafia yang sama terdengar "jangan kembali sebelum mendapatkan Tuan Muda".

Tubuh Jisung sedikit terhentak saat langkah kaki-kaki itu kembali terdengar. Hal yang membuat Chan menggunakan tangannya mengusap surai berwarna coklat kehijauan milik Jisung untuk menenangkan pemuda manis itu.

Mendapatkan suara yang tidak lagi terdengar, Bangchan dengan hati-hati melihat sekitarnya. Dan pemuda Bang itu menghela nafas leganya saat tidak ada satupun lagi dari para mafia Darkness yang terlihat.

Memahami situasinya, Jisung mengangkat wajahnya untuk melihat Bangchan. Jarak yang sangat dekat menghasilkan sentuhan pada hidung keduanya. Dan Chan tidak merasa malu untuk mencium bibir Jisung dengan sesapan dalamnya.

Jisung, pemuda Han itu bahkan dengan senangnya membuka mulutnya. Memberi akses pada lidah ahli Bangchan untuk menyentuh setiap inci ruang manisnya.

Red Light Of Maniac Where stories live. Discover now